Part 34: Ungkapan

256 20 7
                                    

Hai semuanya!
Gimana kabarnya, masih sehat semua kan?
Aku update lagi, bacanya pelan-pelan ya say, dihayati, dan jangan lupa buat kasih vote dan komen ceritanya.
Oke guys langsung aja ya.

Happy reading:)



-----


Nisa menarik tangan Iqbal untuk berdiri dan menghentikan kegiatan cowok itu yang selalu sibuk dengan ponselnya.

"Ayok Bal, ke kantin. Bosen gue setiap istirahat nggak ke sini mulu."

"Iya, iya sabar. Lagian kenapa sih buru-buru. Kantin nggak akan pindah kali Sa." ujar Iqbal sambil mematikan ponselnya.

"Ayolah gue laper ini." Nisa menarik tangan Iqbal.

"Iya sabar dong."

Mereka berdua berjalan menuju kantin. Nisa sendiri tidak masalah jika harus berjalan beriringan dengan Iqbal yang sambil bernyanyi-nyanyi tidak jelas. Dan tidak malu juga jika harus berdekatan dengannya. Baik laki-laki maupun perempuan ia anggap sama dan tidak membeda-bedakannya.

"Eeh, syuut diem-diem. Orangnya udah nongol tuh." ucap Amel saat Nisa dan Iqbal memasuki kantin.

Mereka semua yang tadinya sempat bergerombol kini kembali ke maja makannya masing-masing. Tidak peduli dengan Nisa, seolah-olah mereka tidak melihatnya.

"Gue pesenin dulu ya Bal,"

Iqbal mengangguk dan Nisa pergi untuk memesan makanannya. Sementara Iqbal mencari tempat duduk yang masih kosong.

"Bu, Nisa pesen nasi goreng sama es tehnya satu, terus sama mm, roti cokelatnya satu ya Bu." Nisa memberikan uangnya dan kemudian ibu kantin itu menyiapkan pesanannya.

"Ini nduk," ibu kantin itu menyerahkan pesanan Nisa.

Setelah menerima kembaliannya, Nisa berjalan menuju meja yang sudah ditempati Iqbal di sana.

Dari awal Nisa masuk ke kantin, ia sudah curiga dengan sikap teman-temannya yang diam saja dan tidak mengejek atau menghujatnya seperti biasanya. Nisa curiga dengan apa yang sedang direncanakan oleh mereka semua.

Semuanya diam, yang terdengar hanyalah ocehan dari Amel dan teman-temannya. Nisa sendiri bingung ada apa sebenarnya.

"Bal, apa ada yang salah?" tanya Nisa sedikit berbisik.

"Nggak tau juga ini, kok jadi pada diem gini sih."

Nisa mengedikkan bahunya. Ia kembali membuka rotinya untuk dimakannya. Nisa menghentikan kunyahannya saat mendengar suara seseorang yang mengatainya.

"Bener 'kan kata gue dia tuh udah nggak ditemenin."

"Iya anjir, semuanya udah nggak mau temenan sama dia alasannya pada takut."

Benar dugaan Nisa, ketika salah seorang membuka mulut mereka semua ikut membicarakan dirinya. Bergosip satu sama lain dan itu juga di depannya.

"Ih,  kasian gue sama Faisal muka dia jadi bonyok,"

"Iya yang lebih memalukan lagi ya waktu di ulahnya Indy. Udah jatohin meja, makanan diberantakin."

"Iya tapi gue yang paling ngakak waktu dia kejebur di kolam dan gitu nggak bisa berenang. Hahahah"

Semakin Nisa menyimak obrolan itu, semakin sulit juga baginya untuk menelan sisa roti yang ada di dalam mulutnya. Iqbal juga yang berada di sampingnya sudah menggerutu tidak jelas sambil matanya melirik tajam kesana-kemari.

"Yuk, Sa ke kelas aja. Nggak usah didengerin omongan mereka semua." ujarnya sambil menarik tangan Nisa.

Nisa menelan sisa roti yang ada di dalam mulutnya dan kemudian berdiri.

Diary Nisa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang