Aku update lagi guys. Hish aku kesel banget, keyboard aku rusak, mana hp ngelag lagi ishh.Happy reading;)
-------
Ara sudah menangis dalam dekapan Halimah. Ia tidak mau jika kakaknya meninggal. Ara tidak mau. Halimah melepaskan pelukannya, ia memberikan Ara kepada Rio dan langsung disambut dekapan oleh Rio.
"Kak, Ara nggak mau. Kak Nisa meggak boleh ninggalin Ara." ucap Ara sambil menggeleng.
Rio menghapus air mata yang keluar dari mata Ara. Sama dengan Ara, Rio pun tidak ingin jika Nisa meninggalkannya. Rio masih belum percaya. Seperti inikah rasanya kehilangan seseorang yang amat dicintai. Rasanya sangatlah sakit, bahkan jika ini hanyalah mimpi, maka Rio tidak mau lagi menutup matanya hanya untuk tidur.
Rio mendekap Ara. Gadis kecil itu memiliki wajah yang mirip dengan Nisa, hanya saja bibir Ara lebih tipis dan juga Nisa memiliki lesung pipi di kedua pipinya. Ia membawa Ara untuk mendekati Nisa. Ia menggenggam erat tangan Nisa yang lemas dan juga sedikit dingin itu.
"Lo marah sama gue tapi lo nggak boleh ninggalin gue Sa." Rio menghapus air matanya.
"Gue belum sempet minta maaf sama lo." Rio mendekatkan wajahnya untuk berbisik.
"Apa lo tau, gue udah mulai jatuh cinta sama lo, dan lo mau ninggalin gue Sa? Bukannya ini yang lo mau selama ini? Jadi apa gue nanti kalo lo nggak ada. Gue nggak bisa Sa." Rio menundukkan kepalanya pada tangan Nisa. Tidak kuat untuk berbicara lagi. Rasanya sangat sakit. Beginilah rasanya kehilangan.
Semuanya benar-benar merasa kehilangan. Nisa sudah tidak ada lagi. Nisa yang selama ini adalah gadis yang ceria, penyayang, dan juga baik hati kini sudah meninggalkan mereka semua. Meninggalkan sejuta kenangan dan juga harapan. Keceriaan dan kebahagiaan yang selama ini mereka dapatkan darinya kini hanya sebuah kenangan. Kenangan manis dari Nisa. Bahkan Farzan saat ini tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Gadis yang sedari kecil menemaninya dan juga menjadi sahabatnya kini pergi mendahuluinya. Gadis yang selalu kuat walau ternyata dia rapuh.
Rio masih terus menangis sambil menunduk dan menggenggam tangan Nisa. Membiarkan air matanya membasahi tanah gadis itu. Rio masih belum menerima jika ia harus kehilangan Nisa. Rio masih belum meminta maaf kepadanya bahkan belum bisa membuat gadis itu bahagia. Ia hanya menyakitinya dan terus menyakiti gadis itu. Bahkan ketika gadis itu sakit Rio tidak mengetahuinya. Rio benci, Rio benci dengan dirinya sendiri. Ia belum bisa menebus kesalahannya kepada Nisa.
Nisa membuka matanya sedikit dan menarik nafasnya dengan panjang. Mimpi buruk yang membuatnya sulit untuk bangun. Rasanya Nisa ingin menangis saat ini juga. Ia begitu ketakutan.
Rio mendongak saat tangan Nisa yang ia gunakan untuk tumpuan, kini mulai bergerak. Ia bisa melihat jika Nisa yang sudah bernafas walaupun mata gadis itu masih terpejam. Bahkan Rio bisa merasakan denyut nadi dari tangan Nisa yang ia genggam.
"Om, Nisa." lirihnya kepada Dani.
Dani yang melihat jika adanya pergerakan dari jari Nisa dan juga nafas dari gadis itu, segera memasangkan selang oksigen dan menyambungkan kembali detak jantung Nisa pada monitor. Masih ada harapan kali ini walaupun detak jantung Nisa masih lemah. Setidaknya gadis itu kembali lagi.
Anna tersenyum sambil menangis, ia mendekati Dani lalu menepuk pundaknya. "Aku bilang juga apa, anakku lagi tidur, kamu aja yang langsung copot selang oksigen jadinya dia bangun." ucapnya sambil mengelus rambut putrinya.
Semua orang terharu. Perasaan mereka campur aduk. Sempat juga mereka berpikir bahwa Nisa benar-benar sudah meninggal. Bahkan Iqbal juga sudah menangis sambil duduk di sofa, benar-benar merasakan kehilangan sosok sahabat yang selama ini bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Nisa [COMPLETED]
Teen Fiction[REVISI] Hey kamu! Iya, kamu. Kamu yang sudah mencuri semua mimpi-mimpiku. Kamu lebih indah dari mimpi dan membuatku sulit tertidur karena terus memikirkan dirimu. ~MMR~ Mario Malviano Ravindra si cowok tampan dan cerdas. Namun, karena sifatnya yang...