Part 23: Kaget

271 17 1
                                    

Bacanya pelan-pelan aja guys, santay aja ye, tapi tetep fokus.

Happy reading:)

-----

Nisa merasa jengah ketika menatap keluar jendela. Perkiraan cuaca hari ini sangat cerah dan dengan begitu ia bisa pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku. Apa boleh buat, gedung perpustakaan yang jauh dari kelasnya dan juga di luar sedang hujan deras.

Duduk di kelas dengan ditemani ocehan dari teman sekelasnya membuat dirinya kesal. Memang karena Nisa tidak suka suasana yang ribut. Terlebih lagi guru sedang mengadakan rapat.

Indy menyenggol lengan Nisa yang membuat lamunan Nisa buyar. Padahal ia sedang membayangkan jika dirinya mendapatkan sebuah penghargaan.

"Apa?" tanya Nisa sewot.

"Lo tau nggak,"

"Nggak tau lah" jawab Nisa cepat.

Indy berdecak, "Ish buka itu. Gini gue mau cerita sama lo"

"Tinggal ngomong aja"

"Gini, lo liat nggak tuh" tunjuk Indy pada dua orang yang sedang berjalan melewati kelasnya.

Mata Nisa mengikuti arah telunjuk Nisa yang mengarah pada Rio dengan seorang gadis. Nisa mengangguk dan kemudian kembali menatap Indy. "Iya, gue tau itu Rio"

"Nah, dia lagi jalan tuh sama cewek. Dan lo tau nggak, selama lo nggak berangkat si Rina anak OSIS itu nempel terus sama si doi, Sa."

Nisa membulatkan matanya, "serius lo?" tanyanya keras sambil menggebrak meja.

Seketika satu kelas menatapnya tajam dengan dahi yang mengkerut. Nisa menyatukan tangannya sambil menyengir. Dan kemudian keadaan kembali seperti semula.

"Serius lo Ndy ngomong begituan?" ulang Nisa.

Indy mengangguk, "hooh, bener dah suer" ucapnya sambil mengacungkan jari tengah dan telunjuknya.

"Haduh, gue harus gercep ini mah, nggak bisa dibiarin. Yuk kita ikutin mereka mau kemana" Nisa menarik tangan Indy untuk keluar kelas mengikuti Rio dan Rina.

Lantas Nisa dan Indy mengikuti Rio dengan jarak yang sedikit jauh. Jalan ini menuju kantin dan ternyata memang benar, Rio dan Rina pergi ke kantin. Mereka berdua duduk di bangku yang dekat dengan tembok, sedangkan Nisa dan Indy duduk di dekat tembok yang ada di ujung.

Nisa kesal melihat cara Rio berbicara kepada Rina. Dia terlihat lebih hangat jika mengobrol dengan Rina, sedangkan jika dengan dirinya selalu saja berdebat.

"Sa, lo mau pesen nggak?" tanya Indy pelan.

"Iya dong! Hujan-hujan begini enaknya duduk di pojokan anget!" seru Nisa berniat menyindir Rio dan Rina.

Indy yang faham hanya bisa tertawa lirih dan terus mengikuti permainan Nisa.

"Siap deh, lo mau apa?" tanya Indy tak kalah sinis.

"Gue mau bakso aja mumpung hujan nih enak yang anget-anget." sindirnya sambil melirik ke arah Rio yang juga sedang menatapnya.

Indy mengangguk dan kemudian pergi memesan bakso. Selang beberapa menit, bakso yang dipesan pun jadi. Nisa mulai memberinya saus, kecap dan juga sambal. Nisa dan Indy mulai memakan baksonya. Baru beberapa sendok Nisa kembali melirik Indy untuk melanjutkan aksinya. Nisa mengibaskan tangannya sambil mengusap keningnya yang tidak berkeringat.

"Gila pedes banget Sa" kata Indy sambil menyeruput kuah baksonya.

"Iya, gila ini panas juga kayak liat doi sama yang lain!"

Diary Nisa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang