Part 24: Pasar Malam

234 17 0
                                    


Please buat kalian yang baca di bagian ini jangan baper ya. Semakin ke sini semakin nyes-nyes gimana gitu.

Bacanya pelan-pelan aja biar fokus oke?

Oke sampai di sini dulu, jangan lupa nanti kasih komentar tentang bagian ini ya.

Happy reading:)

-----

Nisa berjalan di belakang Rio sambil mengikuti ke mana Rio pergi. Bagi Nisa malam ini terasa sangat indah. Siapa yang tidak suka jika pergi ke pasar malam dengan cowok yang disukai. Pasti sangat senang dan itu yang dirasakan oleh Nisa.

"Yo, nyokap lo enakan ya orangnya," kata Nisa membuka pembicaraan setelah lama rasa canggung menyelimuti mereka berdua.

Rio diam tidak menanggapi ucapan Nisa. Ia terus berjalan mengelilingi pasar malam yang ramai pengunjung. Sebenarnya ia malas untuk pergi ke pasar malam, tapi Luna memaksanya untuk ikut bersamanya.

"Itu tadi bokap lo ya? Baru tau gue. Gue kira tadi rumah siapa, eh ternyata rumah lo" ucapnya yang masih diabaikan oleh Rio.

"Kebetulan banget ya, eh bukan deng, ini 'kan udah takdir kita ketemu dan ke sini bareng. Gue seneng deh Yo," katanya lagi sambil menyatukan telapak tangannya.

Rio tidak menghiraukan Nisa dan terus berjalan yang ia juga tidak tau ingin ke mana. Sangking tidak ingin memperdulikan omongan Nisa, Rio berhenti karena tidak lagi mendengar ocehan gadis tersebut. Ia membalikkan tubuhnya dan benar saja Nisa sudah tidak ada di belakangnya. Kepala Rio menengok ke kanan-kiri guna mencari keberadaan Nisa. Jangan sampai gadis itu hilang dan tambah membuat Rio repot.

Mata Rio berhenti menyapu seluruh tempat dan fokus pada seorang gadis yang sedang membeli permen kapas. Nisa berjalan menghampiri Rio dengan dua permen kapan yang besar di kedua tangannya.

"Nih," Nisa menyodorkan salah satu permen kapas itu kepada Rio.

Rio mengangkat sebelah alisnya dan kemudian menerimanya. Ia kembali berjalan dan kemudian duduk di salah satu bangku yang dekat dengan penjual jagung bakar dan diikuti oleh Nisa yang duduk di sampingnya.

Sebenarnya Rio tidak seberapa suka dengan permen kapas. Karena rasanya yang manis dan Rio juga tidak suka dengan yang terlalu manis apalagi seperti gulali tersebut. Rio melihat Nisa yang memakannya dengan perlahan. Rasanya ia kesal sendiri melihat itu. Padahal gulali tersebut permen kapas yang jika masuk ke dalam mulut langsung mengempis dan mengapa Nisa memakannya dengan sangat lambat.

Rio memasukkan ujung permen kapas tersebut ke dalam mulutnya dan kemudian sebelah tangannya lagi digunakan untuk mendorong gulali tersebut agar masuk semua ke dalam mulutnya. Dan benar saja begitu masuk ke dalam mulutnya gulali tersebut langsung mengempis. Nisa yang melihat itu membandingkan dengan gulali miliknya yang masih utuh. Tentu saja melihat ekspresi Rio yang seperti itu membuat Nisa tidak bisa menahan tawanya.

Rio bingung mengapa Nisa menertawainya. Ia bisa melihat wajah Nisa yang semakin cantik ketika tertawa. Mata gadis itu menyipit dan kedua pipinya yang terdapat lesung pipi akibat gadis itu tertawa. Tak disangka Rio pun ikut tertular rawa dari Nisa. Rio terkekeh melihat Nisa yang tertawa. Tidak biasanya ia tertawa hanya karena seorang gadis. Malah biasanya ia dibuat kesal dengan gadis yang ada di sampingnya ini.

"Sumpah lo lucu Yo," ucapnya sambil mengusap air mata yang keluar dari sudut matanya.

"Lo kalo makan gulali gitu ya? Gue jadi pengen coba deh sensasinya makan gulali ala Rio gimana"

Nisa mengikuti seperti yang dilakukan oleh Rio. Bukan seperti Rio yang berhasil memasukkan gulali tersebut ke dalam mulutnya dan langsung mengempis, permen kapas yang ia makan malah terlalu banyak untuk masuk ke dalam mulutnya yang kecil dan menyebabkan pipi Nisa mengembung.

Diary Nisa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang