Part 36: Promise

255 24 2
                                    

Hello! Aku update lagi.
Bacanya pelan-pelan ya. Inget sama jantung dan hati, awas hati-hati ya.
Awas BAPER guys.

Jangan lupa setelah baca vote dan komen ceritanya.

Happy reading:)


-----

"Udahlah Sa, lo nggak perlu mikir macem-macem dulu. Inget sama kesehatan lo." ucap Farzan setelah sampai di rumah.

"Terus gimana sama tawaran om Dani buat operasi jantung itu?" tanya Farzan.

Nisa menghela nafasnya, ia mendudukkan tubuhnya di atas sofa dan menyandarkan kepalanya.

"Gue juga nggak tau Zan. Kalau pun operasi mau dapet duit dari mana?"

Farzan melepas dasinya dan berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air putih dan juga obat Nisa.

"Nih, lo minum obat lo, gimanapun juga lo harus tetep minum ini." ucapnya sambil memberikannya kepada Nisa.

Nisa menolaknya dan meletakkan obat itu di atas meja. "Nanti aja, gue lagi males."

Setelah pulang dari rumah sakit entah mengapa Nisa merasa sangat lelah dan dadanya sedikit sesak. Ia pikir ini hanya karena dirinya kelelahan saja.

Farzan mengehela nafasnya. "Yaudah kalo gitu, bunda kemana?" tanyanya.

"Masih belom pulang, oh iya pulang sana lo gue mau mandi nih lagian juga udah mau Maghrib." ucapnya sambil memijat pelipisnya.

"Lo ngusir gue?"

"Iya. Balik sana!"

Farzan berdecak malas dan kemudian bangkit dari duduknya. Ia meraih tasnya kemudian beralih mengacak-acak rambut Nisa dan segara lari sebelum Nisa berteriak.

"Farzan!" geram Nisa yang tidak kuat untuk berteriak.

Nisa memejamkan matanya sejenak, kepalanya terasa sangat pusing dan dadanya sedikit sesak dan nyeri. Nisa sengaja mengusir Farzan untuk cepat-cepat keluar dari rumahnya karena sejak pulang dari rumah sakit tadi ia sudah merasakan sesak di dadanya.

***

Ada yang mau gue omongin sama lo. Siang ini di taman.

Nisa tersenyum membaca pesan dari Rio. Ada apa ini? Mengapa Rio tiba-tiba mengajaknya untuk bertemu, dan hal penting apa yang ingin dibicarakan.

Nisa segera mencari baju untuk dikenakannya siang ini. Nisa sudah membayangkan pasti Rio akan menyatakan cinta kepadanya. Senangnya Nisa siang ini sampai-sampai Anna bingung melihat putrinya yang tidak biasanya tersenyum sambil bernyanyi-nyanyi.

"Mau ke mana sayang?" tanya Anna yang juga ingin pergi ke bandara.

Nisa mengehentikan langkahnya, "Nisa mau ke taman bun, tadi Rio bilang mau ngajak ketemu."

"Tapi sayang, lebih baik kamu di rumah aja dulu lagian nenek kamu juga mau dateng." ucap Anna sambil membenarkan letak peniti di jilbabnya.

"Sebentar aja kok bun, lagian bunda pulangnya masih lama juga 'kan. Tenang aja sebelum jam lima mungkin Nisa udah sampai rumah kok." jawab Nisa dan kemudian berpamitan kepada Anna.

"Yaudah ya bun, Nisa berangkat dulu. Rio udah nungguin." ucapnya dan kemudian berlalu keluar rumah.

***

Nisa duduk di bangku taman kota yang sesuai dengan janji Rio. Untung saja siang menjelang sore kali ini tidak panas dan sedikit mendung.

Nisa memainkan ponselnya sambil bersenandung kecil. Ia melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul tiga sore. Sempat ia melihat gelang merah maroon yang melingkar pada pergelangan tangannya. Ia teringat kepada Rio yang juga laki-laki itu masih menggunakan gelang pemberiannya.

Diary Nisa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang