Part 37: Hilang

344 22 2
                                    

Author update lagi!
Baca baik-baik dan pelan-pelan.
Awas BAPER.

Jangan lupa vote dan komen di cerita ini.

Happy reading:)

------

Anna mengeratkan pelukannya pada Nisa. Ia bingung mengapa setelah pulang sore tadi Nisa tiba-tiba ingin dipeluk olehnya.

Sudah berulang kali Anna bertanya kepadanya namun putrinya hanya diam dan tidak menjawab pertanyaannya.

"Makan dulu yuk, kamu belum makan loh. Bunda udah masakin sayur sop." ucap Anna sambil melonggarkan pelukannya.

Nisa tidak menjawab dan kemudian kembali memeluk bundanya. Rasanya semua sakit, mulai dari tubuh dan juga hatinya semuanya sakit. Bahkan untuk berbicara Nisa tidak kuat.

"Kamu kenapa sayang, bunda bingung ini kamu kenapa?"

Anna menghela nafasnya dan kemudian melepaskan pelukannya. Menyuruh putrinya untuk tidur dan kemudian menyelimutinya karena udara yang sangat dingin malam ini.

Sebelum Anna menutup pintu kamar putrinya, ia bisa melihat jika Nisa sedang meringkuk di atas kasur sambil menangis. Perasaan Anna tidak enak, sebenarnya ada apa dengan putrinya sampai-sampai ia merasa sedih seperti itu. Anna segera menutup pintu kamar putrinya dan menuju kamar Ara yang disebelahnya.

Nisa berusaha untuk tidak menangis, namun semakin ia menahan tangisan itu semakin terasa tercekat pula tenggorokannya dan membuatnya terisak-isak. Setiap hati pasti pernah patah, dan Nisa merasakannya.

Patah hati ternyata juga sangat menyakitkan. Nisa semakin meringkuk di bawah kasur dan terus membekap mulutnya agar tidak mengeluarkan suaranya. Memperjuangkan perasaannya sendiri ternyata sulit dan dipenuhi dengan luka. Apa yang harus dirinya lakukan? Menyerah untuk tidak lagi mengejar Rio atau mempertahankan perasaannya kepada Rio yang jelas-jelas sudah menolaknya.

Salahkah jika Nisa menyukai seseorang dan memperjuangkannya? Sudah menjadi kodratnya sebagai manusia untuk menyukai lawan jenis dan apakah Nisa salah dengan memiliki perasaan kepada Rio?

Rasanya hancur, Nisa mematikan lampu tidurnya dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

***

"Oke sepulang sekolah nanti jangan lupa kita kumpul di ruangan ini. Sekian dari saya terima kasih." ucap Aksa sambil menutup map berwarna biru di meja.

Setelah acara rapat OSIS ditutup oleh Aksa, semua anggota OSIS keluar dari ruangan. Hanya tinggal beberapa struktur OSIS dan organisasi lainnya yang masih berada di ruang OSIS.

"Lo pada nggak balik kelas?" tanya Aksa kepada semua orang.

"Nggak ah, males gue. Gue mau nge-push dulu." ucap Gavin sambil membuka ponselnya.

"Main di luar sana, mau gue kunci ni ruangan." ucap Aksa sambil bangkit dan merogoh sakunya untuk mencari kunci.

Mereka semua berdecak dan menghela nafasnya. Niat untuk membolos pelajaran di ruangan OSIS tidak jadi karena ulah sang ketua OSIS. Mereka semua keluar dari ruangan kemudian Aksa menutup dan mengunci ruangan OSIS.

"Kantin dulu yuk Yo, beli minum haus gue." ajak Rina kepada Rio.

Rio tidak menolak ajakan Rina, ia mengangguk dan kemudian berjalan beriringan menuju kantin. Setelah rapat OSIS, Rio merasa haus dan juga lapar, lagipula sebentar lagi bel istirahat berbunyi.

***

"Beb kantin yuk," ajak Iqbal yang sudah berada di kelas Nisa.

Nisa tidak menjawab, bahkan Nisa lebih memilih untuk melipat kedua tangannya dan menjadikannya sebagai bantal.

Diary Nisa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang