Gimana? Masih setia buat baca 'kan?
Langsung aja yuk scroll buat baca.
Happy reading:)
------
"Bal, lo mau ke mana?!" teriak Bastian sambil berlari mengejar Iqbal yang sudah hampir sampai di gerbang.
"Lo mau ke mana?" ulangnya lagi sambil mengatur nafasnya.
Iqbal mengernyit bingung, "heh?, Kenapa lagi tanya-tanya tentang dia? Lo mau ikut-ikutan kayak temen lo itu yang sukanya adu domba orang?" tanya Iqbal sewot.
"Enggak, gue cuma mau tanya aja lo mau ke mana, kalo lo mau ke rumah sakit gue juga mau ikut."
"Idih, ngapain ke sana. Lo mau buat masalah di rumah sakit hah?!"
"Ck, enggak Bal. Gue cuma mau jenguk dia aja." jelas Bastian.
Iqbal menggeleng cepat, "enggak! Lo nggak boleh ke sana, yang ada malah buat ribut lo di sana nanti. Udah sana lo main aja sama temen-temen lo yang jahat. Hush hush." usirnya sambil mengibaskan kedua tangannya.
Bukan hanya itu, Iqbal juga mendorong bahu Bastian untuk menjauh dan tidak mengikutinya ke rumah sakit.
***
Soraya menatap penampilan putra sulungnya dari atas sampai bawah. Tidak seperti biasanya, ketika pulang sekolah Rio pasti akan tidur atau bermain. Tapi kali ini ia sudah rapi dan terlihat semangat.
Soraya menggelengkan kepalanya sambil berdecak melihat putranya. "Mau ke mana kamu?" tanyanya yang tak lepas dari penampilan Rio.
"Mm, mau pergi sebentar ma," jawab Rio.
"Ke mana? Oh mama tau, pasti kamu lagi mau kencan sama cewek itu 'kan, siapa namanya? Oh iya Nisa." ucap Soraya.
Rio menaikkan sebelah alisnya. "Enggak kok"
"Loh terus mau ke mana rapi begini?"
"Mau ke rumah sakit."
Soraya terkejut. "Siapa yang sakit?" tanyanya sambil memelankan suaranya.
"Nisa," jawab Rio singkat.
Soraya menutup mulutnya, "ya ampun, calon menantuku sakit apa?" tanyanya histeris.
"Adalah pokoknya. Udahlah Rio mau berangkat dulu." pamitnya sambil mencium punggung tangan Soraya.
Soraya mengangguk, "hooh. Eh, jangan lupa mama titip salam buat dia. Sekalian pulang nanti beliin martabak yang di perempatan jalan ya!" teriaknya sambil melihat putranya yang sudah melajukan motornya.
***
"Kamu nggak papa 'kan, apa ada yang sakit?" tanya Dani kepada Nisa.
Nisa hanya menggeleng dan kemudian melepas oksigen yang menutup hidungnya. Anna membantunya mengatur posisi agar bisa menjadi duduk.
"Saya sudah kasih tahu, seharusnya dia tidak ditinggal sendirian. Ini 'kan yang terjadi, untung tadi saya cepet datang ke sini dan langsung periksa keadaannya." kata Dani yang sudah sangat cemas karena tadi ketika ia datang untuk memeriksanya keadaan Nisa, gadis itu sudah tidak sadarkan diri.
Mata Anna memanas dan tidak kuasa menahan air mata. Ia sudah ceroboh karena meninggalkan Nisa hanya untuk membeli air mineral. Seharusnya ia memanggil suster atau Ara untuk menjaganya sementara dirinya pergi.
Sementara itu, di luar ruangan sudah ada Rio dan Iqbal. Mereka berdua berdebat hanya untuk menentukan siapa yang masuk terlebih dahulu.
"Gue duluan!" kata Rio sambil memegang gagang pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Nisa [COMPLETED]
Teen Fiction[REVISI] Hey kamu! Iya, kamu. Kamu yang sudah mencuri semua mimpi-mimpiku. Kamu lebih indah dari mimpi dan membuatku sulit tertidur karena terus memikirkan dirimu. ~MMR~ Mario Malviano Ravindra si cowok tampan dan cerdas. Namun, karena sifatnya yang...