"Bunda," panggil Nisa yang baru saja pulang dari sekolahnya.
Wanita paruh baya yang sedang berada di dapur itu menoleh dan berjalan menuju sumber suara.
"Sayang udah pulang kamu." kata Anna sambil menyalimi putrinya.
"Masak apa bun? Nisa udah laper nih,"
Nisa berjalan menuju dapur dan membuka tudung saji. Disana sudah ada nasi dan sayur serta lauk pauk kesukaannya. "Wiiih.. kayaknya enak nih. Nisa makan ya Bun,"
"Ganti baju kamu dulu."
"Hem," Nisa kembali menutup tudung saji itu dan berjalan menuju kamarnya.
Nisa sudah mengganti pakaiannya dan duduk di kursi meja makan. Anna nampak senang memperhatikan putrinya yang makan dengan lahap. Ia teringat akan sesuatu yang sedari tadi mengganjal di pikirannya.
"Kamu nggak bareng Farzan, Sa?"
Pertanyaan Bundanya itu membuat sendok yang akan masuk ke dalam mulutnya terhenti. Nisa menurunkan sendoknya dan meneguk air putih.
"Aku tinggal dia. Lagian dia juga naik motor. Mungkin bareng sama temen-temennya." Ucapnya dan kemudian kembali memasukkan sendok itu kedalam mulutnya.
"Nggak biasanya dia nggak mampir dulu,"
Nisa mengedikkan bahunya "Nggak tau, mungkin juga nanti malem dia dateng kesini buat minta makan."
"Hushh.. jangan gitu."
"Ya lagian dia kalo kesini cuma ngabisin makanan aku, Bun."
"Kamu ini bisa aja."
"Emang bener kan Bun, dia selalu ngajak berantem. Kalo bukan sodara aja mungkin udah aku patahin tangan dia."
Anna kembali melotot "Hushh... Nggak boleh ngomong kayak gitu."
"Iya Bun, maaf," lirihnya.
Nisa hampir saja tersedak nasi yang ada di dalam mulutnya saat mendengar suara teriakan yang sangat menggelegar dari arah pintu rumahnya.
Ia memutar kepalanya untuk melihat siapa yang sudah berani-beraninya mengganggu acara makannya. Nisa dengan segera meminum air yang ada di dalam gelas dan berjalan menuju pintu rumahnya.
"Kamu ini kenapa sih. Baru dateng kok udah teriak-teriak." Omel Anna yang sudah berdiri di depan pintu sambil bertolak pinggang.
Nisa bisa melihat wajah Farzan yang merah karena kesal. Nisa rasanya ingin tertawa keras saat Farzan meliriknya tajam.
"Bun.. masa ban motor aku digembesin sama Nisa Bun..." Rengek Farzan.
"Apa iya?" Tanya Anna sambil menatap Nisa.
Nisa menggelengkan kepalanya "enggak kok Bun.."
"Halah. Lo nggak usah bohong ya, Sul." ucap Farzan sinis.
"Eh Tarzan. Makanya lo nggak usah macem-macem sama gue." Ucap Nisa sambil memalingkan wajahnya.
"Emang Farzan ngapain kamu, Sa?" Tanya Anna.
"Tadi tuh ya Bun.. Nisa tuh-" belum sempat menyelesaikan ucapannya, mulutnya sudah dibekap oleh tangan Nisa.
"Udah Bun jangan percaya sama si Tarzan jelek ini."
"Ish.. apa-apaan sih lo," ucap Farzan sambil melepaskan tangan Nisa dari mulutnya. "Tangan lo asin." Lanjutnya.
"Ihhh... DIEM DULU SIH....AKU TUH LAGI HAFALAN BANYAK INI!!" Teriak seorang gadis dari dalam kamar depan yang membuat mereka bertiga langsung menutup mulutnya rapat-rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Nisa [COMPLETED]
Teen Fiction[REVISI] Hey kamu! Iya, kamu. Kamu yang sudah mencuri semua mimpi-mimpiku. Kamu lebih indah dari mimpi dan membuatku sulit tertidur karena terus memikirkan dirimu. ~MMR~ Mario Malviano Ravindra si cowok tampan dan cerdas. Namun, karena sifatnya yang...