Nisa membuka matanya karena merasa silau dengan cahaya lampu yang menyorot dengan terang. Matanya mengerjap, meneliti seluruh isi ruangan tersebut. Nisa merasa aneh dan mengapa ia bisa ada disini dan mengapa pula kepalanya terasa pusing.
Nisa mengubah posisinya menjadi duduk sambil memijat pelipisnya. Ia mendongak dan mendapati seseorang yang sedang tertidur di sofa UKS. Mengapa cowok angkuh itu ada disini. Menunggui dirinya tersadar sampai dia sendiri tertidur.
"Eh, lo udah sadar Sul?" tanya Farzan yang baru saja masuk sambil membawakan sebungkus roti dan sebotol air mineral.
Gadis itu mengangguk sambil mengusap tengkuknya yang terasa sedikit pegal.
"Emang tadi gue kenapa Zan?" tanya Nisa mengapa dia bisa berada di UKS.
Farzan menghembuskan nafasnya dan meletakkan sebungkus roti dan air mineral tersebut di atas meja. Ia berjalan mendekati Nisa yang duduk di atas ranjang UKS.
"Lo tadi pingsan." jawabnya Farzan seadanya.
"Lagian lo tuh kenapa sih Sa, apa lo kecapekan? Lo habis ngapain. Kan gue udah bilang lo nggak boleh terlalu capek." omel Farzan tak ada habisnya.
Dengan tidak diselimuti rasa bersalah gadis itupun menyengir menampilkan deretan gigi-gigi putihnya. "Udah sih kayak apa aja lo." jawabnya santai.
"Apa lo bilang? Heh Nisul bayangin kalo misalkan lo-"
Mengingat bahwa disini bukan hanya mereka berdua melainkan ada Rio, Nisa langsung saja menutup mulut Farzan dengan tangannya. Ya walaupun Nisa tahu jika Rio sedang tertidur, tapi bagaimana jika cowok itu hanya pura-pura tidur dan mendengar semuanya.
"Syuut! Lo bisa diem nggak sih ada Rio disini." bisik Nisa.
Farzan menjauhkan sedikit tubuhnya dari Nisa dan merapikan letak dasinya. "Ya maaf. Tapi coba bayangin kalo lo kecapekan lagi. Terus tiba-tiba lo drop, penyakit lo kumat. Lo mau?" tanya Farzan dengan suara yang pelan.
"Nggak lah." jawab Nisa cepat.
"Yaudah makanya lo nggak boleh capek-capek lagi. Dan inget lo harus rutin minum obat lo. Nih makan dulu." ucapnya sambil menyodorkan sebungkus roti tersebut.
Nisa menerimanya dan kemudian mulai memakannya. Farzan berjalan mendekati Rio yang sedang tertidur pulas di sofa. Farzan menarik dasi laki-laki tersebut sampai membuat Rio mengaduh dan terbangun dari tidurnya.
"Apa-apaan sih lo." Rio menampilkan wajah kesalnya kerena Farzan sudah mengganggu tidurnya yang nyenyak.
"Lo ngapain disini. Pake tidur disini segala lagi."
"Bodo gue tadi males aja mau ke kelas. Lagian gue pengen tidur di tempat yang empuk."
"Halah alasan aja lo Yo. Atau jangan-jangan lo nungguin Nisa ya dari tadi" goda Farzan sambil menaik-turunkan alisnya.
Rio mengernyitkan dahinya. Menagapa Farzan menanyakan hal itu kepadanya. Jelas sudah apa yang telah dikatakannya barusan bahwa ia memang ingin tidur di tempat yang empuk dan sofa UKS lah yang menjadi tempat favoritnya selama ini jika ia mengantuk dan malas berada di dalam kelas.
"Sotoy lo Zan. Siapa juga yang mau nungguin cewek gila kayak dia." katanya sambil menatap Nisa yang sedang memakan roti.
Nisa yang mendengar itu langsung menoleh dan memberikan tatapan tajam kepada Rio.
"Apa lo bilang?!"
"Nah kan, baru begituan aja udah teriak-teriak. Kebiasaan di hutan tuh bocah," ucap Rio sambil memalingkan wajahnya.
"Hey! Siapa bilang?"
"Gue" jawabnya santai.
"Udah-udah. Kenapa lo berdua jadi berantem gini sih." lerai Farzan sambil merentangkan kedua tangannya berniat untuk menyudahi percakapan mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Nisa [COMPLETED]
Teen Fiction[REVISI] Hey kamu! Iya, kamu. Kamu yang sudah mencuri semua mimpi-mimpiku. Kamu lebih indah dari mimpi dan membuatku sulit tertidur karena terus memikirkan dirimu. ~MMR~ Mario Malviano Ravindra si cowok tampan dan cerdas. Namun, karena sifatnya yang...