Makasih banyak loh buat kalian semua yang masih tetep setia baca Diary Nisa.
Pokoknya cinta deh sama kalian semua.
Jangan lupa rekomendasikan ke temen-temen kalian, saudara-saudara kalian buat baca cerita Diary Nisa ya.Oke gak usah banyak cing-cong. Langsung aja ya.
Happy reading:)
------
"Kenapa?" tanya Rio kepada Farzan.
Farzan menghela nafasnya. "Karena Nisa jatuh gara-gara bang Gilang, dan dari situ Nisa punya penyakit jantung."
"Bang Gilang merasa bersalah dan yah... lo tau kan gimana sifatnya Gilang, dia nggak mau lagi main sama Nisa katanya takut nanti Nisa kenapa-napa karena dia." lanjut Farzan.
Rio mengangguk paham. Matanya kembali menatap ke arah Nisa, kapan gadis itu akan bangun dari tidurnya. Rio sudah tidak sabar menunggunya. Saat Nisa sadar nanti, ia akan segera meminta maaf kepada gadis itu.
"Ayahnya udah lama meninggal dan bundanya harus menghidupi keluarganya. Terkadang gue salut sama Nisa, dia anaknya mandiri. Untuk biaya sekolah, bundanya mungkin cuma kasih uang saku, dan soal SPP udah ditanggung sama pihak sekolah." ucap Farzan.
Rio tahu, Nisa mendapatkan keringanan biaya sekolah karena prestasinya yang selalu menjunjung tinggi nama baik sekolah di ajang kejuaraan taekwondo yang sering diikutinya. Sekolahnya merupakan sekolah favorit dan Nisa bisa masuk karena jalur prestasi.
Rio bisa melihat jika Nisa gadis yang mandiri. Disaat semua siswa bersekolah dengan diantar mobil atau menggunakan motor oleh orang tuanya, Nisa justru lebih memilih untuk bersepeda.
"Oh iya gue mau tanya dong Yo. Sebentar lagi kita kelas dua belas nih. Habis lulus lo mau kuliah dimana?" tanya Farzan.
Rio berpikir sejenak. Kuliah? Saat ini belum ada gambaran di mana ia akan kuliah nantinya, tapi Andi sudah menawarkan kepadanya untuk memilih kuliah di luar negeri.
"Gue juga lagi mikir nih, bokap sih nyuruh gue ke Singapur aja." jawab Rio.
"Lo nggak mau ngambil yang di sini aja? Kayak di UI atau di UGM gitu?" tanya Farzan.
Rio menghela nafasnya. "Gue juga nggak tau, pikir gue sih gue pengen banget masuk IPDN. Gue minat banget masuk situ." ucap Rio.
"Kenapa di IPDN?" tanya Farzan.
"Ya nggak papa, kan enak tuh, lulus kuliah udah langsung positif PNS. Ah, udahlah biarin aja, lagian kita juga masih kelas XI."
Farzan manggut-manggut. "Iyalah, secara lo kan pinter tuh."
Rio terkekeh, lantas ia menyisir rambutnya ke belakang. "Iyalah gue kok." ucapnya bangga. "Tapi ya Zan, apapun dan dimana pun sekolahnya intinya tergantung sama anaknya. Kalau lo mau kuliah di universitas paling bagus kalo lo nggak pinter ya sama aja bohong." ucap Rio dan.
Farzan terkekeh pelan, ia menepuk pelan bahu Rio. "Iya, iya gue juga tau kali."
***
Sudah hampir dua Minggu ini Nisa belum juga membuka matanya. Dan Rio pun sering datang ke rumah sakit hanya untuk memastikan apakah Nisa sudah sadar. Rio tidak bosan-bosannya menjenguk, bahkan ia juga terkadang mengajak Nisa berbicara walaupun tidak dijawab oleh gadis itu.
Belum ada respon sama sekali dari Nisa. Hanya ada bunyi detak jantungnya dari mesin monitor. Dani mengatakan jika tubuh Nisa sedang berusaha untuk menerima jantung barunya dan membuat gadis itu berada di bawah alam sadarnya. Bisa dikatakan jika Nisa sedang koma.
Saat mendengar itu, Anna sedih. Ia semakin takut, seharusnya setelah operasi putrinya sembuh dan kembali tersenyum seperti dulu lagi. Tapi saat ini putrinya mengalami koma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Nisa [COMPLETED]
Teen Fiction[REVISI] Hey kamu! Iya, kamu. Kamu yang sudah mencuri semua mimpi-mimpiku. Kamu lebih indah dari mimpi dan membuatku sulit tertidur karena terus memikirkan dirimu. ~MMR~ Mario Malviano Ravindra si cowok tampan dan cerdas. Namun, karena sifatnya yang...