Hai guys! Aku update lagi.
Seperti biasa bacanya pelan-pelan dan jangan lupa kasih vote dan komen setelah baca.
Awas baper ya guys.
Oke guys langsung aja ya.Happy reading:)
-----
Nisa merasa geli mendengar Bastian memanggil namanya.
"Sorry Bas, makasih gue naik angkot aja." tolak Nisa sopan sambil kembali berjalan.
Bastian melepas helmnya dan kemudian berjalan menyusul Nisa. "Gue anter ya, sekali aja."
Nisa berdecak pelan. "Gue bilang nggak ya nggak Bas. Sebenarnya apa sih rencana lo?" tanya Nisa sedikit sewot.
Bastian mengernyit. "Rencana? Gue nggak ada rencana apa-apa."
Nisa mendesis mendengarnya. Bastian teman Faisal dan pasti juga ia sedang merencanakan sesuatu kepadanya. Nisa menghela nafasnya.
"Maaf Bas, gue nggak mau." tegas Nisa kemudian berjalan kembali namun tangannya lebih dulu dicekal oleh Bastian.
Nisa berdecak dan kemudian membalikkan badannya dengan kesal. "Gue bilang nggak mau, kenapa lo mak-"
Ucapan Nisa terpotong saat di belakang Bastian yang jaraknya sedikit jauh ada Rio yang duduk di atas motornya dan memperhatikannya. Nisa yang melihat sorot mata tajam Rio, segara melepaskan cekalan Bastian.
"Yaudah kalo lo emang nggak mau nggak papa." Bastian kembali memakai helmnya dan menyalakan mesin motornya. "Gue duluan ya." pamitnya.
Nisa diam dan tidak menjawab ucapan Bastian. Sampai Bastian berlalu dari hadapannya, pandangannya hanya fokus pada Rio yang sudah kembali menyalakan motornya dan melewatinya begitu saja, tanpa sapaan ataupun lirikan.
Nisa mendengus. Rio sama sekali tidak meliriknya. Padahal Nisa sudah berharap jika Rio berhenti di depannya dan menawarkan tumpangan untuknya.
Sayangnya itu semua cuma harapannya yang tidak tercapai.Nisa kembali berjalan menuju gerbang dan menunggu angkutan umum yang lewat. Nisa melambaikan tangannya saat sebuah angkot dari arah yang berlawanan sedang menuju ke arahnya. Setelah angkot itu berhenti di depannya, segera Nisa memasukinya.
***
Nisa membuka pintu dan masuk ke dalam kamar Ara. Ara yang sedang mengerjakan tugasnya dengan posisi tengkurap di atas kasur merubah posisinya menjadi duduk.
"Kenapa kak?" tanyanya sambil menutup pena.
"Nggak papa. Bunda mana sih, kok tumben jam segini belum pulang?" tanya Nisa sambil melirik jam dinding yang menunjukkan pukul enam sore.
Ara mengedikkan bahunya. "Nggak tau juga kak, tapi tadi bunda emang pesen sama Ara kalo bunda pulangnya bakal lebih lambat dari biasanya."
"Emangnya kenapa?" tanya Nisa.
Ara menggelengkan kepalanya. "Ara nggak tau juga. Oh iya kak Nisa, tadi waktu pulang sekolah Ara ketemu sama kak Yugo, dia nyariin kak Nisa."
"Terus apalagi?" tanya Nisa penasaran.
"Katanya sih suruh ke tempat latihan, kakak udah jarang latihan juga 'kan?" tebak Ara.
Nisa mengangguk dan kemudian menggaruk tengkuknya. "Iy..iya sih emang jarang sekarang. Oke deh lusa kayanya 'kan pas sama jadwal latihan, tapi nggak tau juga," jawab Nisa.
"Yaudah kalo gitu." ucap Nisa dan kemudian keluar dari kamar Ara.
Nisa berjalan menuju dapur untuk melihat apakah ada bahan makanan yang bisa ia masak sambil menunggu bundanya pulang. Saat Nisa membuka kulkas, pintu samping rumahnya terbuka dan menampilkan sosok bundanya yang baru saja pulang dengan membawa sekantung kresek putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Nisa [COMPLETED]
Teen Fiction[REVISI] Hey kamu! Iya, kamu. Kamu yang sudah mencuri semua mimpi-mimpiku. Kamu lebih indah dari mimpi dan membuatku sulit tertidur karena terus memikirkan dirimu. ~MMR~ Mario Malviano Ravindra si cowok tampan dan cerdas. Namun, karena sifatnya yang...