Part 33: Penangkap Mimpi

243 19 2
                                    


Oke bacanya pelan-pelan aja karena bakal ada sensasi yang berbeda pas bacanya.

Langsung aja yuk scroll baca.

Happy reading:)


-----

Nisa memasuki perpustakaan untuk meminjam beberapa buku. Setalah dari kantor untuk menanyakan tugas apa saja yang harus dikerjakan ketika dirinya tidak masuk, ternyata tugasnya sangat banyak dan untuk membantunya Nisa harus meminjam beberapa buku di perpustakaan.

Baru sehari ia berangkat sekolah, semua orang yang ia temui mulai dari di kelasnya, kantin dan juga koridor semuanya sedang membicarakannya.

Untunglah di perpustakaan tidak diperbolehkan untuk berisik, jadi dia memanfaatkannya untuk fokus mengerjakan soal-soal yang sudah diberikan oleh guru.

"Baru tau gue kalo sekarang lo jadi rajin ke perpus. Nggak ada tempat lain apa?" tanya Rio yang sudah duduk di sampingnya.

"Sejak kapan lo ada di sini?"
tanya Nisa saat mendapati Rio yang sudah duduk di sampingnya.

"Udah lama." jawab Rio singkat.

Nisa mengalihkan pandangannya pada kursi penjaga perpustakaan yang ternyata kosong.

Nisa kembali mengerjakan soalnya tanpa memedulikan Rio yang tidak tahu sedang melakukan apa di sampingnya.

"Pulang sekolah tungguin gue di depan gerbang ya?"

Nisa berhenti menggerakkan bolpoin di tangannya. "Kenapa?" tanyanya.

"Nggak papa, tunggu aja lagian lo nggak ada yang jemput 'kan?" tebak Rio.

Nisa mengangguk setuju. Apa yang harus ia lakukan saat ini. Apakah ini pertanda bahwa Rio sudah mulai menyukainya, atau hanya Nisa yang salah mengartikan maksud Rio.

Kembali Nisa ingin bertanya dan ternyata Rio sudah menghilang dan tidak ada lagi di sampingnya. Oke, mungkin Nisa senang karena siang ini ia akan diantar oleh Rio. Tapi ia tidak mau salah paham, bisa saja Rio mengantarnya hanya karena kasian kepadanya karena tidak ada yang menjemputnya.

Tenang aja Sa

***

"Nih buku catetan lo yang waktu itu gue pinjem."

Indy membanting buku di meja Nisa. Membuat Nisa yang sedang bermain ponselnya sedikit terkejut.

Nisa melihat buku catatannya yang beberapa lembarnya menjadi keriting. Ia mendongak menatap Indy yang juga menatapnya dengan raut wajah juteknya.

"Apa? Lo mau marah sama gue? Itu nggak sengaja waktu itu ketumpahan minumnya Citra." ucapnya yang sedikit sewot.

Nisa menghela nafasnya panjang, ia memasukkan buku itu ke dalam tasnya.

"Kalo gue marah, emang ngaruh sama kalian?" tanya Nisa balik.

Sebenarnya ia tidak masalah jika bukunya keriting ataupun sedikit sobek. Yang menjadi pertanyaan Nisa adalah apakah ketika dirinya memprotes apakah itu akan berpengaruh bagi teman-temannya?

Indy memilih diam tidak mau menjawab dan langsung pergi meninggalkannya. Nisa mencoba untuk tersenyum walaupun dirinya merasa terabaikan. Yang ia pikirkan saat ini adalah bagaimana cara mengembalikan keadaan seperti semula.

***

Sebuah motor berhenti di sampingnya ketika ia sedang berjalan menuju gerbang. Sesuai dengan janjinya, Nisa akan menunggu Rio di depan gerbang.

"Mau bareng nggak?" tanya si pemilik motor yang tak lain adalah Bastian.

"Oh enggak. Makasih." tolak Nisa sopan.

Diary Nisa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang