Hahah sengaja update banyak wkwk biar kalian bacanya gak ngegantung kayak perasaan dia ke aku:vAuthor bucin nih.
Udah nggak penting langsung aja baca yups.
Happy reading:)
-------
Mendengar jika yang sedang menjadi bahan pembicaraan adalah Nisa, membuat Farzan dan Aksa melengos. Ternyata mereka semua asyik meng-ghibahi Nisa.
Tak lama kemudian Ipul datang dengan membawa nampan berisikan pesanan Farzan dan Aksa serta dirinya.
"Nih, punya kalian." Ipul menyerahkan pesanan Farzan dan Aksa.
"Wiih mantap gan." kata Farzan dan mulai memakannya.
"Eh btw gimana keadaan Nisa, baik 'kan? Gue cuma takutnya setelah ini dia banyak yang hujat." ucap Ipul.
"Emang udah banyak." sahut Aksa.
"Kabar Nisa baik kok, udah nggak papa. Nisa 'kan orangnya nggak peduli kalo masalah kayak begituan." ujar Farzan sambil memasukkan kembali sendoknya ke dalam mulut.
Ipul mengangguk. "Gue harap sih gitu."
***
Hari ini Nisa sudah mendapatkan izin dari Dani untuk pulang. Sebenernya Nisa masih harus dirawat sehari lagi, tapi Nisa terus memohon dengan alasan dia bisa tertinggal pelajaran jika terus menerus di rumah sakit.
"Gue masih penasaran sama siapa yang sering kirim surat dan susu buat gue." gumamnya sambil berjalan mendekati lemari dan kemudian membukanya.
Nisa mencari sesuatu di dalamnya. Siapa tahu ia bisa menemukan petunjuk di dalamnya. Tapi bagaimana bisa ia menemukannya, sedangkan ia sama sekali tidak tahu harus berbuat apa setelah membuka lemari.
Nisa kembali menutup lemari itu kemudian berjalan menuju samsak yang menggantung di kamarnya dekat dengan jendela.
"Gue kangen banget sama lo. Udah berapa lama lo nggak kena pukul dari gue." Nisa memeluk sambil mengelus samsak itu.
"Harusnya lo yang gue pukul dan bukan orang lain."
"Gue jahat banget buat anak orang babak belur. Gue jahat banget." lirihnya.
Nisa melepaskan pelukannya dan kemudian berjalan menuju meja belajarnya. Membuka buku hariannya yang tinggal tersisa sepuluh halaman lagi. Entah sudah berapa banyak ia menulis cerita tentang cintanya dan juga keluh kesahnya.
Ayah. Nisa salah, seharusnya Nisa nggak begitu dan seharusnya Nisa memang tidak boleh begitu. Tapi memang semua perbuatan harus mendapatkan balasannya dan itu balasan yang tepat buat orang yang sudah menghina sahabat Nisa sendiri.
Coba saja ayah masih di sini dan pasti semuanya bakal baik-baik saja. Dan coba saja waktu itu Nisa nggak minta ayah suruh beliin gelang unik Nisa. Nisa masih ingat semuanya, dan ketika itu datang dalam mimpi Nisa, sakit yang sama kembali hadir. Semua mimpi terasa hilang dan digantikan dengan rasa sakit. Demi ayah dan bunda Nisa harus kuat, apapun itu.***
Hari ini, pagi ini Nisa sudah tiba di sekolah. Menghirup udara segar dan merasakan keramaian di sekolah. Sambil mengeratkan gelang talinya Nisa terus berjalan menuju kelasnya.
Seperti dugaannya setelah apa yang diperbuatnya, semua orang sedang membicarakannya. Dulu semua orang membicarakan tentang kebaikannya dan sekarang mereka semua membicarakan tentang keburukannya.
Manusia memanglah kita pernah lepas dari perilaku ghibah, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Pepatah selalu mengatakan bahwa mulutmu adalah harimaumu dan itu memang benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Nisa [COMPLETED]
Teen Fiction[REVISI] Hey kamu! Iya, kamu. Kamu yang sudah mencuri semua mimpi-mimpiku. Kamu lebih indah dari mimpi dan membuatku sulit tertidur karena terus memikirkan dirimu. ~MMR~ Mario Malviano Ravindra si cowok tampan dan cerdas. Namun, karena sifatnya yang...