Sebelum baca vote dulu ya, dan jangan lupa setelah baca kasih komennya juga.
Happy reading:)
------
"Loh, kamu mau ke mana, kok udah naik motor duluan, jadi nggak?" tanya Indy kepada Farzan yang sudah naik di atas motor sambil mengaitkan helmnya.
"Maaf ya, kayaknya nggak jadi deh. Hari ini aku mau ke rumah sakit."
"Ck, kenapa sih kamu selalu aja lebih pentingin Nisa daripada aku. Aku ini pacar kamu Zan." tegas Indy.
Farzan menghela nafasnya. "Kamu gimana sih, dia itu lagi sakit dan aku mau ke rumah sakit buat jenguk dia. Kamu juga sahabatnya kenapa kamu malah gini sih Ndy?"
Indy menekuk wajahnya, niat untuk pergi bersama dengan Farzan harus hilang karena Nisa. Lagi-lagi Farzan lebih mementingkan Nisa daripada dirinya. Jelas-jelas gadis itu sudah merusak acara ulang tahunnya dan juga sudah merebut perhatian Farzan darinya.
"Ya kamu selalu pentingin dia daripada aku!" geramnya kepada Farzan.
"Dia sepupu aku Indy!" bentaknya dan kemudian menyalakan mesin motornya dan melajukan motornya meninggalkan Indy yang sedang mencak-mencak.
***
Nisa mengerjapkan matanya saat silau cahaya lampu mengusik tidurnya. Ia melepas oksigen dari hidungnya dan menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya. Ia melirik ruangannya yang kosong tidak ada tanda-tanda orang di sekelilingnya. Mungkin bundanya sedang keluar dan Ara sedang di rumah.
Saat matanya sedang menyapu seisi ruangan, tidak sengaja ia melihat ada sebuah kertas berbentuk pesawat di atasnya. Sudah jelas itu merupakan surat yang selalu diterima oleh Nisa. Tangannya meraba meraih kertas itu dan kemudian dibukanya.
Tuhan selalu memberikan ujian kepada hambanya. Bersabarlah dengan ujian yang sedang diberikan Tuhan kepadamu. Jangan pernah berpikir untuk berputus asa dalam menjalani hidup ini. Meskipun dunia sedang membencimu, ingatlah jika masih ada orang yang menyayangimu dan selalu bersamamu.
Nisa tersenyum tipis membaca surat itu, meskipun ia tidak tahu siapa pengirimnya, setidaknya menjadi semangat baginya untuk tidak mudah menyerah dan terus berusaha untuk bisa sembuh dari penyakitnya.
"Tadi Rio kesini sayang," kata Anna yang baru saja masuk ke dalam ruangan.
"Tadi dia cuma tanya keadaan kamu gimana terus habis itu pulang." Anna berjalan menuju sofa sambil meletakkan tote bag yang berisikan baju ganti Nisa.
"Tadi bunda keluar dulu sebentar dan terus dia masuk, nggak tau ngapain." katanya sambil mengedikkan bahunya.
Nisa meletakkan surat itu kembali di atas nakas. Ia melirik sebuket bunga dan sekotak susu di sampingnya yang berada di samping ia meletakkan surat itu.
"Ini juga dari Rio bun?" tanya Nisa namun sepertinya Anna tidak mendengarnya karena sedang asyik membereskan baju ganti Nisa yang dibawanya dari rumah.
Nisa tersenyum dan meletakkan kembali bunga itu di atas nakas. Ia sempat melihat sekotak susu putih yang lagi-lagi ia dapati, mengapa tidak susu cokelat saja pikirnya. Dan mengapa juga selalu saja susu putih.
Ia kembali mengubah posisinya agar nyaman untuk berbaring. Tak mau ambil pusing, Nisa memejamkan matanya untuk berusaha tidur karena nafasnya yang sedikit sesak. Memaksa matanya untuk terpejam walaupun tidak mengantuk.
***
"Gimana dapet nggak?" tanya Gilang sambil memasukkan keripik pisang ke dalam mulutnya. Setelah pulang sekolah, ia memutuskan untuk bermain ke rumah Rio sekaligus membicarakan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Nisa [COMPLETED]
Teen Fiction[REVISI] Hey kamu! Iya, kamu. Kamu yang sudah mencuri semua mimpi-mimpiku. Kamu lebih indah dari mimpi dan membuatku sulit tertidur karena terus memikirkan dirimu. ~MMR~ Mario Malviano Ravindra si cowok tampan dan cerdas. Namun, karena sifatnya yang...