Part 39: Kuatkan Aku

421 30 2
                                    


Please ya guys. Nggak tau lagi harus ngetik apa buat di part ini. Intinya kalian harus siapkan hati dan jantung kalian. Jangan lupa untuk minum.

Kasian banget, menurut aku sih karena aku yang nulis, wkkwkw.

Cus langsung baca yuk.

Happy reading:)

-----

Farzan membuka pintu kamar Nisa namun tidak mendapati Nisa di dalamnya. Ia berjalan menuju kamar Ara di sampingnya.

"Ara, kak Nisa mana?" tanya Farzan di ambang pintu.

Ara menghentikan nyanyiannya. Ia mengedikkan bahunya, "nggak tau, coba tanya bunda."

Farzan memundurkan kepalanya dan kemudian menutup pintunya. Ia berjalan menuju dapur. Di sana ada Anna yang sedang mencuci beberapa piring yang baru saja digunakan untuk makan malam.

"Bun, Nisa mana?" tanyanya sambil mengambil susu kotak di dalam kulkas.

"Tuh di belakang." jawab Anna.

Farzan melangkahkan kakinya menuju teras belakang rumah Nisa. Farzan melihat Nisa yang sedang duduk sambil menyandarkan kepalanya pada tiang.

Farzan ikut duduk di samping Nisa sambil meminum susu cokelatnya. Farzan membuka ponsel dan memainkannya. Farzan ikut diam karena Nisa sama sekali tidak mengatakan sesuatu atau meliriknya.

"Apa yang harus gue lakuin Zan?" tanya Nisa, pandangannya masih lurus ke depan.
Farzan mematikan ponselnya, ia menoleh ke arah Nisa.

"Kenapa?" tanya Farzan bingung.

Nisa menghela nafasnya. Ia memejamkan matanya sejenak dan kemudian menatap langit. Farzan mengikuti arah pandang Nisa. Gadis itu seperti sedang menikmati angin malam yang berhembus menerpa wajahnya.

Nisa memejamkan matanya. Lagi-lagi ia teringat dengan semua yang terjadi padanya. Bibirnya bergetar menahan isakan. Nisa menyandarkan kepalanya pada bahu Farzan.

"Gue pengen ikut ayah Zan. Nggak akan ada lagi rasa sakit yang bakal gue rasain, gue pengen ikut ayah." lirih Nisa.

"Lo ngomong apa sih Sa?" tanya Farzan tidak terima.

Nisa menarik kepalanya dari bahu Farzan. Ia mengusap air matanya. "Kenapa? Gue cuma mau semuanya berakhir. Gue nggak kuat kalo begini terus Zan. Ngerepotin orang lain." ucapnya sambil terisak.

"Gue cuma nggak mau kalian terbebani karena kondisi gue. Gue coba untuk ikhlas menjalaninya...hiks...tapi semua nggak semudah yang kalian bayangin."

"Hiks..hikss..lo nggak tau kan gimana rasanya gue mati-matian menahan rasa sakit selama ini?" ujarnya sambil menekan dada kirinya yang selalu terasa nyeri dan sesak.

"Mending gue mati aja daripada nyusahin orang terus-menerus Zan!"

Farzan memeluk tubuh Nisa dengan erat. Membiarkan Nisa menangis dalam pelukannya. Jangan, Farzan tidak sanggup mendengarnya. Farzan sendiri tahu apa yang dirasakan oleh Nisa selama ini. Berat hidup yang harus dijalani gadis itu.

"Lo nggak boleh ngomong begitu. Lo pasti sembuh, gue yakin lo pasti sembuh, Nisa." ucap Farzan yang juga ikut menangis.

"Tapi gue udah nggak...hiks..kuat lagi Zan. Hiks..tiap kali perasaan gue nggak enak...gue selalu merasa sakit Zan. Gue lemah...hikss..gue nggak kuat lagi..." ucap Nisa sambil terisak-isak.

"Rasanya sakit, setiap sakit gue berpikir kalo gue bakal meninggal waktu itu juga."

Farzan menggeleng cepat. "Nggak lo pasti sembuh, gue yakin Nisa. Lo terima ya, tawaran om Dani buat operasi transplantasi jantung lo." tawar Farzan.

Diary Nisa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang