01. Sebuah Awal

821 40 32
                                    

Setelah Bemi resign bulan lalu, Eksa harus merangkap pekerjaan selama beberapa waktu. Posisi akunting yang belum terisi membuatnya lumayan keteteran karena pekerjaan yang begitu banyak. Seperti pagi ini, Eksa terlihat bingung harus mengerjakan yang mana dulu. Laporan bulanan, laporan pajak, anggaran mingguan, semuanya menanti untuk disentuh.

"Diem aja dari tadi. Gimana, butuh bantuan?"

Wanita berponi rata itu menggeleng pelan. Kalau boleh jujur, sih, dia sangat butuh bantuan. Namun, belum ada yang bisa membantunya saat ini. "Nggak, aku masih bisa handle."

"Yakin?" Satria, laki-laki berlesung pipi yang menjabat sebagai marketing di kantor yang sama dengan Eksa, kembali melontarkan tanya.

"Bener. Kamu nggak usah khawatir."

"Gimana nggak khawatir? Kamu kurusan gitu sekarang."

Eksa mendengkus. Dia menilik lengannya yang terbalut kemeja lengan panjang. Ah, sepertinya benar yang dikatakan Satria. Bajunya tampak lebih longgar jika dibandingkan dengan beberapa waktu lalu. Akhir-akhir ini memang terasa lebih berat karena Eksa harus double job untuk sementara.

"Makan dulu aja, yuk!"

"Ini masih jam berapa, deh? Udah ngajak makan aja."

Satria menghela napas. "Jangan jadi workholic juga kali, Sa. Kerja, tuh, ingat waktu."

"Kayak kamu ingat waktu aja," sahut Eksa.

Kedua sudut bibir Satria tertarik perlahan. "Nih, lihat jam berapa!" kata Satria sembari menyodorkan ponselnya pada Eksa.

"Lho, udah jam setengah satu aja ternyata."

"Makanya, makan siang dulu, yuk!"

Eksa mengangguk, lalu mematikan komputer setelah lebih dulu menyimpan beberapa data. "Ya udah, yuk! Aku juga laper."

"Makan apa?"

"Lagi pengin penyetan deket kantor."

"Oke, gas!"

Mereka berdua berlalu pergi menuju warung makan yang berada tidak jauh dari kantor. Tidak begitu ramai ketika mereka sampai. Hanya ada beberapa orang yang masih menikmati makanan. Wajar sih, waktu istirahat makan siang sudah hampir berakhir. Eksa memilih meja yang berada tidak jauh dari kasir. Posisi startegis supaya tidak begitu gerah karena cuaca Jogja hari ini sangat panas.

"Kamu mau pesan apa?"

Eksa melirik Satria sekilas dengan tangan yang masih membolak-balikan buku menu. "Nasi lele aja, deh. Sama sambel bawang. Ah, iya, minumnya es teh aja."

"Oke, tunggu bentar aku pesan dulu."

Eksa mengangguk dengan lengkungan kurva yang menghiasi wajah. Sementara Satria memesan makanan, dia memilih untuk memainkan ponsel. Membuka beberapa pesan yang masuk. Senyum wanita itu mengembang ketika melihat pesan paling atas. Pesan dari seseorang yang berstatus sebagai kekasihnya. Buru-buru Eksa buka pesan itu, sebelum akhirnya mengetik balasan.

Deka
Siang, Beb. Udah makan? Maaf, ya, aku nggak bisa nemenin makan siang hari ini. Ada acara makan sama teman-teman kantor.

Nope. Aku makan bareng Satria, kok.
Enjoy your meal ^^

"Kenapa, deh, senyum-senyum sendiri?"

Refleks Eksa terdongak, menatap Satria yang kini sudah kembali dari memesan makanan. "Eh, udah?"

"Udah. Kenapa, sih? Kayaknya asyik banget."

"Kepo!"

"Dih!" cibir Satria. "Eh iya, Sa, kok aku lihat Deka, ya?"

Ending Scene ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang