16. Tak Seindah Ekspektasi

103 19 33
                                    

"Kenapa? Kayaknya lihatin aku mulu dari tadi."

Kedua sudut bibir Eksa tertarik. Jemarinya mengaduk jus jambu yang belum berkurang. "Nggak apa-apa, lagi seneng aja."

"Seneng karena bisa makan siang bareng, ya?"

Bukan apa-apa sebenarnya, tetapi ucapan itu sukses membuat pipi Eksa dirambati rona merah. Membuat Deka yang duduk di hadapannya tergelak karena gemas.

"Aduh, sampe blushing gitu."

Memalingkan wajah, Eksa berusaha untuk menghindari tatapan laki-laki itu. Hanya dengan begitu, jantungnya bisa dikontrol. Jika tidak, Eksa yakin wajahnya akan semakin memerah. Mengalahkan warna merah tomat yang sering dia masak.

"Apa, sih? Nggak lucu!"

Masih dengan sisa tawanya, Deka mengulurkan tangan. Diacaknya pelan puncak kepala wanita berambut legam itu. "Iya-iya, nggak aku ledek lagi, deh."

Eksa kembali mengalihkan pandang pada Deka. "Oh iya, aku mau bilang sesuatu."

Deka menarik tangannya, lalu beralih pada jus alpukat yang sudah berkurang sedikit. "Soal?"

Eksa tidak lekas menjawab. Dia lebih dulu meminum jus yang sudah berembun. Menyisakan isinya hingga setengah. Jemarinya tergerak untuk menyelipkan anakan rambut, mengurangi rasa gugup yang mendadak datang. "Weekend ini, aku mau jalan sama temen kantor."

"Agenda kantor?" tanya Deka dengan kening berkerut. Dia kembali menikmati jus, lantas lanjut mengambil kentang goreng yang sudah mulai dingin.

Sebenarnya Eksa agak takut, tentang kemungkinan yang akan terjadi jika dia berkata jujur. Ini soal ajakan Satria tempo hari. Sudah lama sekali sejak mereka bisa jalan-jalan atau setidaknya sejenak refresh dari semua kegiatan kantor.

"Enggak juga, sih. Cuma mumpung akhir pekan pada free, jadi jalan-jalan aja," jelas Eksa sembari menyelipkan anakan rambut ke belakang telinga.

"Sama siapa?"

Ini yang Eksa takutkan. Dia khawatir Deka akan marah jika tahu dengan siapa dia pergi. "Sama Satria."

Dalam hati Eksa merapal doa, semoga semua baik-baik saja. Dia tidak ingin hubungan yang baru membaik, harus kembali diterpa masalah karena hal seperti ini.

"Dia doang?"

Eksa mengerjap, sedikit kaget dengan tanggapan Deka.

Nggak salah, nih?

"Paling sama Husni atau Juna."

"Masa cowok semua?"

Ini saja Eksa mengarang cerita. Dia hanya tidak ingin mengecewakan Satria dengan menolak ajakan laki-laki itu. Namun, dia juga tidak ingin membohongi Deka dengan jalan berdua diam-diam. Akan lebih baik dia izin terlebih dahulu. Soal boleh tidaknya masalah nanti. Meskipun sebenarnya ini salah satu dari bohong juga.

Ah, rumit!

"Ngajak Qiana juga."

Semakin ngarang, tetapi ide bagus. Eksa bisa membujuk adik Satria supaya ikut.

"Oke."

Oke?

"Boleh?"

Deka mengangguk. "Boleh aja. Lagian nggak berdua doang. Kalau berdua, aku cemburu."

Perlahan Eksa mengembuskan napas lega. Deka yang dia kira akan marah, ternyata tidak. Laki-laki itu memberinya izin. Jadi, dengan begitu Eksa tak perlu khawatir akan hal yang tidak diinginkan.

"Oh iya, aku juga mau bilang sesuatu."

Kening Eksa berkerut. "Soal?"

"Awal bulan depan, kantor mau ngadain tour ke Batu, Jawa Timur."

Ending Scene ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang