Halow!
Akhirnya ketemu sama part setelah republished ya hehe.
Ngomong-ngomong, ini agak panjang. Sekitar 2500 words. Mau bilang itu aja sih, takut bosen karena kepanjangan. Cuma misal mau aku cut ke part selanjutnya, nanti kurang greget wkwk.Oke hepi riding ❤️
🥀🥀🥀
Hari Senin yang sedikit mendung ini, Deka berniat untuk memberikan sedikit kejutan pada Eksa. Minggu lalu dia sudah membeli sebuah cincin. Dia ingin mengawalinya sebelum melakukan lamaran secara secara resmi.
Ah, Deka tidak sabar!
"Gue tahu lo lagi bahagia. Cuma, bisa kali nggak usah cengar-cengir kek kuda gitu?"
Deka memang sedang good mood hari ini. Sangat good mood. Maka dari itu senyumnya tak kunjung luntur sejak dia masuk ruang kerja. Membuat sahabat sekaligus rekan kerjanya mengernyit heran karena tak biasa melihat Deka yang secerah hari ini.
"Kenapa, sih?" Akhirnya Bagas bertanya, setelah menahan rasa penasaran sejak Deka masuk ruangan. "Menang undian apa gimana?"
Deka tersenyum lebar, membuat kedua matanya juga ikut tersenyum. "Yang jelas lebih wow daripada menang undian."
"Masa? Emang apaan? Mau lamar anak orang?" gurau Bagas, yang dibenarkan oleh Deka dengan sebuah anggukan.
"Tuh, bener."
Kelopak mata Bagas melebar. Kontan dia alihkan seluruh atensi pada Deka yang masih tersenyum lebar. Menatap tidak percaya ke arah sahabatnya itu. "Bohong lo!"
"Dih, tadi nanya. Pas gue jawab malah ngatain bohong," ucap Deka dengan senyum tidak lagi terpatri di wajah. Tangannya beralih pada tas yang ada di atas meja. Selanjutnya dia mengambil kotak kecil dari benda tersebut. "Bagus nggak?" tanya Deka sembari membuka kotak berwarna dongker.
Ada sebuah cincin berwarna silver di sana. Bentuknya sederhana, dengan tiga manik kecil berjajar. Namun, terlihat sangat elegan.
"Dek ... serius?"
Deka berdecak. "Emangnya kelihatan bercanda?"
Bagas mengerjap. Dia tatap bergantian antara Deka dan kotak kecil yang menampilkan sebuah cincin. "Serius?"
Rasanya Bagas speechless. Tak disangka seorang Deka yang lebih banyak tidak seriusnya, mendadak akan meminang sang kekasih. Selain itu, setahu Bagas belakangan mereka berdua sedang ada masalah.
"Emang lo udah baikan sama Eksa? Bukannya kemarin-kemarin berantem mulu?"
Setelah kalimat itu terucap, satu rematan kertas melayang ke arah Bagas. "Ngomong, tuh, yang bener!"
"Kampret!"
Deka mendengkus. "Ya, masa berantem terus? Gue udah baikan lama, udah clear jauh-jauh hari. Lo aja yang nggak tahu."
"Dih, itu namanya gue nggak kepo sama hubungan orang!" Bagas merotasikan bola mata. Tangannya tergerak menyentuh mouse, kemudian dia menutup beberapa jendela yang terbuka di layar komputer. Sebelum akhirnya mengklik tulisan sleep.
"Tapi serius, Dek, udah mau nikah?" Kembali Bagas bertanya setelah layar komputer berubah gelap. Dia menggeser kursi hingga mendekat ke meja Deka yang berada di sebelah.
"Nikahnya belum tahu mau kapan." Deka menggedikan bahu. "Cuma, mau gue resmiin dulu. Pembicaraan soal nikah, nanti bisa dirundingkan lagi."
"Terus, mau lamaran di sini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ending Scene ✓
RomanceCOMPLETED Semuanya berawal ketika Eksa melihat Deka pelukan dengan Nares di Jogja Expo Center. Padahal pamitnya pergi gladi resik acara reuni, bukan bermesraan dengan wanita lain. Sejak saat itu, rasa percaya Eksa pada Deka semakin berkurang. Ditamb...