Sudah lebih dari setengah jam mobil melaju, tetapi tidak ada percakapan antara dua orang laki-laki yang duduk di kursi depan. Sementarabdua perempuan berbeda usia yang duduk di kursi belakang terlihat asyik. Membicarakan banyak hal acak mulai dari pekerjaan hingga makanan.
Memalingkan wajah ke luar jendela, Husni menghela napas pelan di balik masker. Pandangannya tertuju pada deretan ruko di sepanjang jalan. Namun, pikirannya hanya tertuju pada sosok berponi rata yang kini tengah tertawa bersama Qiana.
Jika akan berakhir begini, Husni jelas akan memilih untuk tidak ikut. Lebih baik pulang ke rumah atau berkunjung ke kontrakan Wildan. Misal terlalu mager, akan lebih menenangkan dengan tidur seharian di akhir pekan. Namun, itu semua tinggal sebuah pengandaian.
"Nggak balik, Hus?"
Refleks Husni menoleh. Kedua netranya bertemu dengan milik Satria selama beberapa sekon. Setelahnya laki-laki berlesung pipi itu kembali fokus pada jalan raya.
"Nggak, Mas." Menyahut datar, Husni sempat memaki pelan tanpa suara. Kesal karena Satria seolah tidak menyukai kehadirannya di sini.
Kalau begitu, sama. Husni tidak suka berada dalam keadaan seperti ini bersama seniornya itu. Mungkin jika tidak melibatkan Eksa, semuanya akan biasa saja. Namun sayangnya, ini berkaitan dengan wanita yang sedang asyik berbincang dengan Qiana.
"Mas Satria sendiri nggak ada acara apa gitu?"
Satria menoleh sekilas. "Ada."
"Terus?"
"Ya, ini acaraku, Hus."
Husni tertegun. "Hah?"
Satria tertawa kecil. Kedua tangannya memutar roda kemudi ketika jalanan berbelok. "Kenapa, kaget, ya? Aku yang ngajak Eksa main."
Rasanya Husni ingin mengubur dirinya dalam-dalam. Mengetahui hal itu membuatnya malu sekaligus mati kutu. Berarti dalam acara dadakan kali ini, dialah yang menjadi sosok tidak diinginkan. Mengingat ini adalah ajakan Satria, jadi tidak mungkin dia menyuruh Eksa untuk mengajaknya ikut serta, kan?
Hendak balik, tetapi sudah tanggung. Perjalanan telah mencapai area Gunungkidul. Lagi pula tidak mungkin Husni turun di tengah jalan.
"Santai aja, Hus." Seperti paham dengan keadaan Husni saat ini, Satria kembali bersuara. Kini diiringi dengan lengkungan kurva yang membuat satu lesung pipinya tercetak dalam. "Anggap aja liburan kantor."
"Mm." Husni hanya menanggapinya dengan gumaman samar.
Kembali dia alihkan pandang di luar jendela. Menikmati hijau pepohonan dan padi yang mulai menguning di area sawah. Husni harap, liburan dadakan kali ini tidak akan seburuk yang dipikirkan.
🥀🥀🥀
"Pantai lagi?"
Husni terbangun ketika samar-samar suara Eksa terdengar. Perlahan kelopak matanya terbuka sempurna, yang langsung disuguhi pemandangan laut lepas. Mengerjap beberapa kali, Husni lantas menegakkan tubuh. Membiarkannya bersandar sejenak pada jok mobil.
"Loh, emang kapan aku ngajak kamu ke sini?" tanya Satria kemudian.
"Ya ... enggak, sih. Aku baru ke sini aja beberapa waktu lalu."
Mendengar jawaban Eksa, membuat Husni menarik kedua ujung bibir di balik masker. Meski agak kesal, tetapi dalam hati dia tertawa menang. Lihat, siapa yang berada satu langkah di depan?
"Sama siapa?"
Husni tahu, bahkan sangat mengerti jika Satria sedikit tidak suka dengan apa yang Eksa bilang. Terdengar dari suaranya yang agak ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ending Scene ✓
Roman d'amourCOMPLETED Semuanya berawal ketika Eksa melihat Deka pelukan dengan Nares di Jogja Expo Center. Padahal pamitnya pergi gladi resik acara reuni, bukan bermesraan dengan wanita lain. Sejak saat itu, rasa percaya Eksa pada Deka semakin berkurang. Ditamb...