"Diundur awal bulan, Mbak. Kemarin sore aku rapat sama Pak Januar terkait anggaran dan beberapa hal. Terus nyinggung dikit soal rencana liburan."
Eksa baru merapikan beberapa berkas ketika Husni berbicara. Laki-laki itu duduk di kursi depan meja kerjanya sembari menyerahkan beberapa dokumen. Membuat gerakan tangan Eksa berhenti dan mengalihkan perhatian pada Husni.
"Hee? Gagal liburan, dong?"
"Diundur aja, sih, Mbak," ulang Husni. "Oh iya, ini kemarin e-billing yang diajukan sama marketing. Udah aku anggarin semua buat pembayarannya, jadi aku serahkan ke Mbak."
"Oke thank you." Eksa menerima dokumen yang diserahkan oleh Husni. "Balik lagi ke rencana liburan, kenapa diundur?"
Husni mengedikkan bahu. "Kurang tahu, sih. Tapi kayaknya ada acara mendadak di kantor cabang. Denger-denger sana lagi ngadain RUPS, jadi gitu."
"Lagian, RUPS bukannya pemegang saham doang? Pak Januar aja, dong? Kenapa liburan ikut kena imbas, sih." Eksa mulai julid.
"Ya, bapaknya mau ikut liburan, Mbak. Jadi, nggak mau ketinggalan. Gimana, sih?" Husni tertawa pelan, kemudian merogoh ponsel yang disimpan di saku celana. "Mbak, mau tahu hot news nggak?"
Kening Eksa berkerut. Sebelum menjawab, dia lebih dulu lanjut merapikan berkas yang sempat tertunda. Baru setelah itu dia memusatkan perhatian penuh pada Husni yang memegang ponsel sembari menumpukan siku di meja.
"Apaan? Tumben kamu heboh."
"Mika."
Eksa langsung antusias ketika nama laki-laki jangkung yang lama tidak ditemuinya itu disebut. "Kenapa, Mika?"
"Kayaknya mau serius sama Mbak Bemi."
Kelopak mata Eksa melebar, kaget mendengar ucapan Husni barusan. Bagaimana bisa? Padahal selama beberapa waktu saling bertukar kabar, sahabatnya itu tidak pernah membahas soal Mika. Paling hanya curhat tentang adik perempuannya dan pemuda bernama Naja. Wah, sepertinya Eksa ketinggalan banyak hal.
"Dia bilang ke kamu?"
"He'em." Husni mengangguk. "Enggak secara gamblang juga, sih. Cuma dari beberapa chat yang dia kirim, aku nangkepnya gitu."
"Dih, Bemi jahat bener nggak bilang apa pun." Eksa kesal, yang justru membuat Husni tersenyum tipis.
"Mbak, pulang kerja ada acara nggak?" tanya Husni mengalihkan topik.
"Gimana emang?"
"Ngopi, yuk!"
🥀🥀🥀
Eksa tidak terbiasa minum kopi, tetapi dia tidak menolak jika ada yang menawari atau mengajaknya untuk ngopi. Kadang, kalau sedang ingin minum minuman pekat tersebut, dia membelinya. Atau saat sedang butuh kafein guna membantunya terjaga hingga malam karena lemburan. Namun, lebih sering tidak berefek. Karena pada akhirnya Eksa akan terlelap juga.
Menerima ajakan Husni untuk ngopi di salah satu kedai kopi yang ada di Jogja adalah kali pertama. Maksudnya, itu perdana bagi keduanya. Husni lebih sering mengajaknya berburu kuliner daripada kopi. Jadi, ketika mendadak ajakan itu terlontar, Eksa cukup antusias.
"Kamu tahu tempat ini dari mana, Hus?"
Sembari melepas helm, Eksa mengamati huruf besar yang terpampang pada bagian depan kedai kopi. Namanya kopi Uncle Brew. Cukup asing di telinga Eksa yang jarang pergi ke tempat seperti ini. Pun, tempatnya cukup jauh dari pusat kota Jogja. Ada di Jalan Palagan, yang berjarak sekitar dua belas kilometer dari indekos yang Eksa tinggali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ending Scene ✓
RomanceCOMPLETED Semuanya berawal ketika Eksa melihat Deka pelukan dengan Nares di Jogja Expo Center. Padahal pamitnya pergi gladi resik acara reuni, bukan bermesraan dengan wanita lain. Sejak saat itu, rasa percaya Eksa pada Deka semakin berkurang. Ditamb...