Rasaku tak sebesar gunung,tak setinggi langit,tak pula seluas samudra, hanya seujung kuku kecil yang mungil namun selalu tumbuh meskipun dipotong setiap waktu.
______________________________________
"Jadi?"Reva menutup resleting tasnya lalu menoleh kearah Niko dan mulai bercerita.
"Jadi tadi sehabis beli kado kita bertiga ke caffe karna laper sebelum nonton"
"Terus?"
"Ngga sengaja Reva liat Reza sama Diana tatap-tatapan muka kayaknya ngomong serius gitu"
"Terus?"
"Ya Reva ngga terima aja rasanya kalo Reza dekat sama yang lain walaupun Reva tau kalo Reva bukan siapa-siapa nya" ujarnya menunduk malu karna sifat kekanakannya. Reva menyadarinya. Terlalu childish!. Batinnya mengaku.
"Cuma karna itu lo sedih? Cemen ih" ledeknya berusaha menghibur.
"..." tak ada jawaban dari Reva.
"Jangan buang air mata lo buat hal yang ngga penting! Gitu aja nangis"
"Reva ngga nangis tau!" bantahnya
"Terus?"
"Cuman sedih ngga rela aja, masa sama Reva dia cuek giliran sama Diana bisa seserius itu"
"Itu kan haknya dia ya terserah dialah. Jadi lo sekarang mau tetep jadi pengagum yang terabaikan gitu?"
"Reva ngga bisa ngapa-ngapain lagi kecuali menunggu"
Niko menatap dalam iris coklat itu. "Belom juga jadi pacar udah cemburuan gimana kalo jadian? Langsung ngajak putus kali ah, menunggu tanpa kepastian itu sakit Re"
Reva tetap menunduk diam mendengarkan ocehan sebelahnya itu.
"Gue jadi ragu buat ngelanjutin ini" ujar Niko lagi seraya nenatap rembulan yang terang diatas sana.
Reva menatap Niko bingung. "Maksudnya?"
Niko menoleh. Lalu tersenyum. "Gue tau gimana perasaan lo ke Reza itu sebesar apa. Walaupun beberapa kali lo ditolak mentah-mentah lo tetep kukuh buat dapetin hatinya. Sampe tadi lo nangis cuma liat gebetan lo berduaan sama orang lain. Segitu ga relanya? Gue tambah yakin kalo gue seandainya tetep mau nerusin rasa yang gue rasain saat ini bakal ngalangin lo buat dapetin Reza"
Reva masih menyerngit bingung "Reva belom paham"
"Gue suka sama lo"
Deg!
Reva diam tak menyangka.
"Tapi gue ngga maksain lo buat jadi milik gue. Karena gue tau kalo lo cintanya sama Reza bukan sama gue. Jadi gue ngerti" ujarnya lagi.
Reva terdiam mencerna kata-kata yang dilontarkan Niko. Cukup kaget. Kalo Niko akan menyatakan perasaannya. Jadi selama ini Niko care dengannya karena memiliki perasaan terhadap dirinya?
"Gue cukup jadi penenang lo, kalo lo butuh sandaran gue siap jadi sanderan. Karna cinta tak harus memiliki bukan?" Ujarnya bijak. Hey! sejak kapan Niko menjadi sebijak ini. Niko tersenyum tulus.
Reva tetap sama dengan posisinya tetap diam memikirkan apa yang Niko ucapkan.
"Kalo gue ngga bisa jadi pacar lo, gue bisa jadi abang kedua lo setelah bang Dino karna rasa sayang gue kayaknya ga bisa ilang Re. Dan gue ngga mau ngalangin usaha lo buat dapetin Reza. Tapi inget kalo dia ngga mau diperjuangin tinggalin. Karena bisa nyakitin hati lo kalo masih diperjuangin, lo buang-buang waktu untuk itu. Semua pilihan ada di tangan lo, gue cuman berharap yang terbaik buat lo. Masih ada gue dibelakang lo"
Reva terkagum dengan apa yang Niko ucapkan tadi. Sungguh mengaggumkan. Bisa mengikhlaskan demi orang yang dicintainya bahagia. Apa Reva juga harus begitu? Melepaskan Reza yang selama ini tidak menganggapnya sama sekali?
Reva menatap Niko dalam, terlihat dari matanya bahwa Niko berujar benar-benar tulus padanya. "Makasih udah mau ngertiin Reva" ujarnya lirih.
Niko mengangguk. "Udah yuk gue anter pulang gak baik anak cewek pulang malem apalagi cewek polos kayak lo" ujarnya yang diakhiri kekehan dan dibalas anggukan oleh Reva.
***
Bintang masih menemani bulan dimalam larut seperti ini. Udara yang dingin tidak mengusik ketenangan seorang gadis yang termenung di balkon rumah nya. Reva. Dia termenung memikirkan ucapan Niko tadi saat ditaman sambil menatap bulan yang masih saja bersinar.
Ikhlas.
Apa Reva bisa seperti Niko?
Tapi, rasanya akan sangat jahat jika dirinya mengikhalskan Reza saat Niko yang terlihat tulus menyayanginya sudah melepasnya untuk memperjuangkan lagi cintanya.
Bingung.
Dia harus apa?
Dengan sesekali bibirnya menyesap kopi panas yang menemaninya di malam yang dingin ini. Reva membuang nafasnya kasar entah sudah berapa kali dia melakukannya malam ini.
Tiba-tiba ketukan pintu kamarnya terdengar. Sepertinya Dino yang mengetuk pintu, dari cara mengetuknya sudah ketara kalau itu adalah Dino, berbeda dengan sang bunda maupun ayahnya. Dino terlalu tidak sabaran.
"Dek!!" panggilnya.
Reva berdecak malas lalu bangkit dari duduknya dan meletakkan cangkirnya di meja nakas. "Apaan sih bang.. Ganggu tau!"
"Ini darurat!!" teriak Dino lagi.
Ceklek
"Apa?" tanya Reva ketus dengan bibir mengerucut. Alih-alih ekspresinya menjadi menyebalkan tapi Reva terlihat menggemaskan dimata Dino entah bundanya mengidam apa saat mengandung adiknya ini.
"Bantuin ngetik tugas gue dong.." pintanya dengan mata yang dibuat-buat berbinar. Ekspetasinya agar menjadi imut malah menjadi menyebalkan dimata Reva. Haha terbalekk!
Reva memutar bola matanya malas. "Bantuin apa lagi sih bang udah malem Reva ngantuk mau tidur. Bye!" dengan tidak santuynya Reva menutup pintu dengan keras. Dino yang berada didepan pintu terlunjak kaget mengelus dadanya. Mungkin adiknya itu sedang ada masalah tidak biasanya dia seperti itu. Dino mengedikkan bahunya cuek tak mau ikut campur pun melenggang pergi meninggalkan kamar Reva menuju kamarnya.
Reva berjalan lesu kasurnya. Tubuhnya ia jatuhkan kekasur dengan kasar dengan posisi akhir tengkurap.
Mungkin Reva harus berjuang lagi apasalahnya mencoba lagi. Seperti tujuannya semula tak akan pernah pantang dalam mengambil hati seorang Reza. Iya! Reva harus berjuang lagi.
Tapi kalau seandainya dirinya ditolak mentah-mentah lagi?.
Pasti Reza akan memilih Diana nanti. Karena Diana itu cantik, kaya, dari fisiknya terlihat sempurna. Berbeda dengan dirinya yang hanya gadis sederhana yang berpenampilan ala kadarnya. Barang mewah memang lebih menarik perhatian daripada barang sederhana.
Reva membuang nafas lesu memikirkannya, sudah berkali-kali dirinya menyatakan perasaannya dan sudah berkali-kali pula dirinya ditolak mentah-mentah oleh Reza, dan sudah berkali-kali pula dirinya dipermalukan didepan umum karena aksinya itu.
Mungkin Reva harus lebih meyakinkan Reza lagi kalau dia benar-benar tulus mencintainya.
Keputusan yang tepat! Kalau pun seandainya perjuangannya ini disia-siakan lagi Reva akan mengikhlaskan Reza seperti Niko yang melepasnya walaupun hatinya pasti sakit. Tapi cinta tidak harus memiliki bukan? Kata-kata Niko berhasil membuat solusi untuknya.
Mungkin Reva tau harus apa sekarang.
"Reva harus tidur sekarang. Besok Reva harus bangun pagi" gumamnya lirih.
Sebelum menutup matanya Reva melirik jam hello kitty-nya yang menempel didinding kamarnya. 22.43 Sudah larut ternyata. Reva pun menutup matanya dan terjun kealam bawah sadarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reza dan Reva [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA:)] "REZAAAAAAAAA..... TUNGGUIN REVAAAA" "REZAAA.. BERENTIII.." "REZAAA DENGER NGGAK SIH.." "AELAH REZAAA TUNGGUINNN" "REZAAAAAAAAAA...." "Apa?" "Hosh..Hosh..Hosh.. Re hosh zha hosh bre hosh enthi.." ujar Reva ngos ngosa...