R&R. 16

1.2K 103 0
                                    

Siska dan Firda tadi melihat kejadiannya. Persis! Sangat jelas. Tapi kalau kalian tanya mengapa mereka tidak membantu Reva. Jawabannya adalah itu kemauannya sendiri. Reva tadi bilang bahwa dia ingin berjuang sendiri, bukan bantuan dari orang lain. Maka dari itu mereka hanya menatap iba sahabatnya.

Mereka yang melihat Reva pergi menjauh dari kerumunan niatnya ingin mengejar tapi ada aja halangannya. Kalau kalian ingin tanya maka author jawab kaki Siska halangannya.

"Sis tungguin! Kaki gue ga bisa diajak kompromi kampret!" keluh Siska. Firda berdecak sebal, karena kaki sahabatnya yang pincang ini Reva semakin tak terlihat.

"Ck! Lo sih. Udah jauh kan Revanya! Kan tadi udah dibilangin sama Reva kalo masih sakit nggak usah ikut juga gapapa! Ngeyel sih lo!" ujar Firda kesal.

"Kok lo nyolot sih! Kan gue juga gatau kalau semuanya bakal kaya gini! Lagi pula gue ga mau dia kaya gini!" ujarnya membela diri.

"Serah deh lo kekelas aja ok! Kasihan Reva Sis! Dia sendirian! Yah.. Gue tinggal gapapa yah.."

"Eh eh eh.. Jangan dong gue jalannya gimana!?"

Firda berpikir. "Berpikir, berpikir, berpikir" gumam Firda sembari mengetuk dahinya dengan telunjuk kanan.

Firda menjentlikkan jarinya kala melihat seseorang. "DAMARRR!!!" panggilnya.

Damar yang merasa terpanggil menoleh dan mendapati Firda yang sedang melambai kearahnya. Mau tak mau dia menghampirinya.

"Damar gue minta tolong. Bantuin Siska ke kelas yah! Gue mau ngejar Reva dulu sebelum tertinggal jejak! Jagain dia ok! Bye! Selamat bersenang-senang" ujarnya lalu berlari meninggalkan dua sejoli itu.

"Woy Fir! Gamau sama dia gue!!! FIRDAA!!!"

Jetlak

"Adoh! sakit ogeb"ucap Siska seraya mengelus jidatnya yang disentil oleh Damar.

" gausah malu-maluin goblok! Kalo ga mau juga gapapa ogah juga gue disuruh nganter lo, emang lo penting?! Bye!" Damar melangkahkan kakinya meninggalkan Siska.

"Woy jamal! Tungguin gue ga bisa jalan!!! Elah baperan banget si lo?! Naksir gue mampus lo!"


***

Beralih ke posisi Reva sekarang yang sedang duduk termenung dan melamun di taman belakang sekolah. Tempatnya merenung memang disini bukan?.

Reva melupakan sahabatnya yang mungkin sedang panik atau... Tidak? Entahlah.

Apakah ini akhir dari perjuangannya? Tapi bukankah selogannya dulu tak akan menyerah sebelum melengkungnya janur kuning dan surat undangan pernikahan dibagikan?

Tapi Reva juga tak mau membuat dia yang ia sayangi merasa terusik. Reva juga mengingat kata-kata Niko bahwa Reva tidak boleh egois dengan menghalalkan segala cara, dan cinta tidak harus memiliki bukan?

Mungkin ini yang terbaik. Untuknya maupun untuk orang lain. Reva tak mau dicap sebagai pelakor ataupun semacamnya. Bahkan mungkin dia sudah dicap sebagai wanita murahan? Oh ayolah..

Memang merelakan hal yang bisa dicoba oleh Reva saat ini. Air matanya mengalir kembali kala memikirkannya. Rasanya tak rela, tapi dia tak boleh egois! Sungguh sakit saat cintanya hanya bertepuk sebelah tangan. Reva terisak merasakan betapa mirisnya dia saat ini.

"Udah belom nangisnya?" ucapan yang tiba-tiba terdengar dari belakangnya membuat Reva menoleh.

Dapat dilihat Firda mata yang sembab, hidung yang memerah, pipi yang membiru, isakan yang dapat didengar olehnya. Firda jadi kasihan melihatnya.

"Ini yang gue takutin. Dan semuanya terjadi" Reva terdiam mendengarkan Firda berbicara.

"Gue ngga mau lo sedih Re! Ngga untuk kesakitan yang kedua kalinya setelah pria brengsek si Keza itu! Gue jadi benci sama cowok sekarang! Brengsek semua!"

"Reva takut. Reva takut Reza benci Reva Fir, dan Reva marah sama Diana yang beraninya sangkut pautin orang tua Reva! Apa bener dia pacaran sama Reza? Apa bener itu? Reva ngga rela tapi Reva ngga boleh egois! Reva harus gimana?" adunya. Dengan inisiatifnya sendiri Firda memeluk Reva guna menyalurkan kehangatan agar Reva bisa sefikit tenang.

"Lo udah berupaya banyak dari dulu kan buat dapetin Reza? Dan lo bilang ini yang terakhir kalinya buat dua tahun lo udah berjuang buat Reza. Dan lo juga bilang bakal merelakan Reza kalau Reza benar-benar nggak nganggep elo kan? Sekarang buktiin ucapan lo Re! Itu yang harus dilakuin! Lo bakal lebih brengsek dari Reza maupun Keza saat lo sendiri nggak membuktikan omongan lo. Jangan sampai lo bernazar karna melanggar janji"

Reva masih terdiam dipelukan Firda. "Jangan terlalu rasain sedihnya. Rasain hikmahnya! Mungkin dia bukan jodoh lo atau perjuangan lo masih diuji tuhan. Tapi gue mohon sekali lagi jangan lakuin apapun yang melanggar janji lo tadi dilapangan kalo lo nggak bakal deketin Reza lagi. Kalo lo masih sayang atau cinta sama dia. Pantau dia dari jauh. Seenggaknya bisa jadi hal yang baik. Biarlah karma tuhan yang menjalankan tugasnya dengan baik. Kalo perlu lo cari cowok lain! Bukan Reza doang yang cowok dibumi ini! Gue dukung kalo lo mau! Tadi aja gue nitipin Siska sama Damar dan mungkin mereka lagi lempar umpatan satu sama lain" lanjutnya yang diakhiri kekehan.

Reva ikut tertawa mendengarnya mungkin mereka sedang kesal-kesalan. Sedangkan Firda yang mendengar tawa kecil Reva tersenyum. Setidaknya dia bisa menghiburnya sedikit dan membantunya melupakan sedikit kejadian tadi.

"Kita ke UKS aja yuk gue obatin lukanya pasti sakit yah" ujar Firda yang baru saja mengingat memar dipipi Reva.

"Firda bisa ngobatinnya?" tanya Reva ragu.

"Ye.. Ngeraguin kemampuan gue lo! Selain bisa bikin orang bonyok gue juga bisa ngobatinnya kali. Tadi aja kalo kagak dicegah Siska pengen gue tonjok tuh muka brengsek. Muak gue!" Reva yang mendengarnya terkekeh.

"Mau yah!" ajaknya lagi. Mau tak mau Reva mengangguk menerima ajakan Firda. Sekalian mau lihat gimana kemampuan Firda dalam mengobati. Hahaha!

Dengan semangat Firda menarik lengan Reva untuk ia bawa ke UKS. "Yuk!"

***

Moga suka:)
Jangan lupa komen dan vote:)

Reza dan Reva [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang