R&R. 37

1.2K 79 0
                                    

"Maksudnya?" Reza tersenyum kecil saat mendengar pertanyaan Reva.

Reza mencondongkan badannya lalu menatap Reva lekat. Sang empu yang ditatap salah tingkah sekarang. "Lupain" ujar Reza dengan tangan yang sedikit mengacak rambut Reva.

Blush

Pipi Reva memanas, dengan perlahan wajahnya ia tundukkkan untuk menutupi rona merah yang ada di pipinya. Reza yang melihatnya rona merah di pipi Reva  tersenyum kecil.

Baru saja Reza menarik nafas untuk mengucapkan sebuah kalimat. Firda datang yang diikuti Siska dibelakangnya.

Langkah keduanya bagai ragu-ragu untuk mendekati kursi yang didudukinya tadi. Firda meletakkan sepiring nasi goreng dihadapan Reva dan segelas es teh. Lalu berujar. "Em, Re. Gue ambil pesenan lagi ya. Lo baik-baik ya disini" ujarnya.

Reva menyerngit. "Kenapa nggak di bawa sekalian?"

"Anu, gue- susah bawanya tadi" ucap Firda dengan cengirannya. Kemudian Firda melangkah menjauhi meja yang diduduki Reva Dan Reza. Sedangkan Siska tiba-tiba ikut melangkah pergi.

"Eh, Siska mau kemana?"

Siska menoleh. "Gue mau, nganter Firda takutnya ntar ilang. Yaudah nikmatin ya suasananya. Bye"

Siska pun ikut menjauhi meja kantin yang diduduki Reva. Reva menghela nafasnya. Ia tahu bahwa temannya tadi hanya bersandiwara. Mereka cuma tidak mau menjadi penonton karena disini ada Reza. Ah, rasanya Reva sedikit menyesal karena telah mengizinkan Reza untuk gabung.

Pikirannya agar, Siska Dan Firda juga ikut bersama. Jadi, Reva tidak khawatir akan sifat gugupnya ini jika dipandang Reza lekat seperti sekarang.

"Di makan" ucap Reza tiba-tiba.

Reva menoleh. "Em, iya" ucapnya lalu dengan ragu Reva mengambil sendoknya dan menyendok nasi goreng lalu memasukkannya ke mulut. Reva mengunyahnya dengan penuh penghayatan. Rasanya panas nasi goreng yang baru saja dimasak ini tidak terasa saat Reza menatapnya seperti itu.

"Enak?"

Reva mengangguk. "Reza mau coba? Enak kok" ucap Reva spontan. Reza tersenyum lalu menggeleng.

Reva teringat sesuatu. Bodoh!. Bagaimana mau Reza memakan di bekasnya. Lagi pula, Reva bukan seseorang yang Reza dekati mungkin. Tapi tunggu, dimana Diana? Mengapa dia tidak memarahinya saat pacarnya ini duduk di hadapannya.

"Ohh, iya. Pasti bekas Reva. Reza mau Reva pesenin nasi goreng yang sama?" Reza terdiam. "Bukan karena bekas lo. Gue liat lo makan aja udah kenyang. Jadi, biar gue kenyang, lo makan aja yang banyak" ujarnya.

Sedikit bingung tadi, karena ucapan Reza yang membolak-balik setiap katanya. Tapi, setelah dicerna dengan baik. Reva mengerti maksudnya. "Bener nggak mau?"

Reza tersenyum lalu mengangguk. "Iya, Re"

Rasanya puluhan kupu-kupu terbang diperutnya saat Reza memanggilnya dengan nama. Oh astaga, mengapa Reza sangat mudah membuatnya salah tingkah begini?

Reva hanya mengangguk lalu memakan lagi makanannya. Cukup waktu beberapa menit, nasi goreng dan es Teh Reva habis. Reva celingukan mencari keberadaan Siska dan Firda.

"Udah habis?" Reva pun menatap Reza. Lalu mengangguk menanggapi. "Gue anter ke kelas ya" tawar Reza.

Reva sedikit tercengang. "Ehm. Reva nungguin Siska sama Firda aja" tolaknya dengan lembut.

Reza terdiam sejenak. Apa ini yang dinamakan sebuah tolakan? Mengapa rasanya sedikit tidak rela Dan hampa? Apakah selama ini Reva selalu merasakan hal yang sama saat dirinya menolak Reva? Ditolak lembut saja rasanya hampa, apa lagi di tolak dengan kasar seperti caranya dulu?

Reza mengetahui perasaan Reva selama ini sekarang. Dan itu semua karenanya.

"Mereka udah balik duluan" ujar Reza.

"Dari mana Reza tahu?"

Reza mengedikkan bahunya. "Nebak"

Reva menghela nafasnya. Bisa saja dirinya kembali seorang diri, tapi mengapa temannya itu meninggalkannya?

Reva pun bangkit Dari duduknya hendak pergi meninggalkan kantin. Reza yang melihatnya turut ikut bangkit Dari duduknya. Reva bingung.

Tak ambil pusing Reva pun melangkah menjauhi Reza. Dia tak mau ada cacian Dan makian yang dikeluarkan pada netijen di sana.

Anehnya saat Reva berjalan menjauhi area kantin, dibelakangnya serasa ada yang mengikuti. Dengan penasaran Reva menghentikan langkahnya dan berbalik melihat siapa yang membuntutinya.

Reva terkejut. "Reza ngapain ngikutin Reva? Bukannya arah kelas Reza ke sana?" Ujarnya dengan menunjuk arah jalan dibelakang Reza.

Reza pun mengikuti arah telunjuk Reva sejenak lalu menatap Reva kembali. Sang empu yang ditatap kembali menatap Reza bingung.

Reza yang tahu kalau dirinya di tatap bingung hanya menunjukkan senyum kecil nya. Lalu dipegangnya tangan Reva yang tadi menunjukkan arah jalan lalu ia gandeng untuk melanjutkan jalan yang tertunda tadi.

Reva tertegun, Dan menatap Reza yang lebih tinggi darinya. Sedangkan yang ditatap menatap lurus. Lagi-lagi pipi Reva merona.

Reva sadar bahwa ini salah, tidak seharusnya bukan? Dengan sedikit memaksa Reva melepaskan gandengan Reza. Dan itu mampu mengundang pandangan bingung Reza.

"Nanti Diana marah, Reva nggak mau kalian salah paham lagi. Apa lagi nanti Diana marah-marah sama Reva" ujarnya.

Reza menatap Reva dengan diam. Apa selama ini dia benar-benar menyia-nyiakan seseorang yang sangat menjaga perasaan orang lain? Reza merasa bodoh sekarang.

"Diana nggak akan marah" ucapnya.

Reva menggeleng. "Biar gimana pun, Diana pacar Reza. Dia bakal sakit hati kalo Reza gandeng tangan Reva kayak tadi. Dan itu pasti sakit" ucapnya. Reva kembali teringat saat dirinya masih berjuang mendapatkan Reza. Reva yang selalu menatap nanar tangan Reza yang bergandengan mesra dengan Diana.

Reva yang bukan siapa-siapanya saja rasanya sangat sesak. Apa lagi Diana yang berstatus sebagai pacarnya? Pasti lebih sakit dari yang Reva alami dulu.

"Dia bukan lagi pacar gue"

Ucapan Reza mampu membuat Reva menatapnya. Hubungan mereka Kandas? Tapi, mengapa? Apa ini karenanya?

"Kalian putus?" Tanya Reva hati-hati. Dan Reza mengangguk.

Reva terdiam sejenak. "Gara-gara Reva ya? Gara-gara Reva yang masih deket-deket sama Reza? Reva minta maaf ya Za. Reva nggak bermaksud gitu. Pasti Diana salah paham. Reva harus minta maaf sama Diana" ucapnya dengan mata yang berkaca-kaca.

Reza kebingungan, dia menggaruk belakang telinganya yang tidak gatal. "Buk-bukan karena elo, jadi gini. Lo, lo jangan nangis dong. Gue ceritain tapi nggak disini" ujarnya.

Rasanya Reza ikut sedih saat melihat mata Reva yang berkaca-kaca. Ada apa ini?

"Nanti pulang sekolah, lo pulang bareng gue. Tapi kita ke bengkel dulu gak papa?"

Reva mengusap matanya yang berair sebelum mengangguk menanggapi.

Reza tersenyum lalu mengacak puncak kepala Reva yang hanya sebatas dadanya. "Jangan sedih, gue putus bukan karena lo. Ini salah dia sendiri. Harus nya yang minta maaf Diana bukan lo" ujarnya.

Reva mendongak. "Kok gitu?"

Reza tersenyum. "Nanti gue jelasin. Sekalian kita jalan sore mau?"

Pipi Reva lagi-lagi memanas tanpa ragu Dan sangat pasti Reva mengangguk.

***

Reza dan Reva [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang