Reva turun dari taksi online nya, tak lupa juga ia memberikan lembaran kertas yang mempunyai nilai mata uang kepada sang supir.
"Makasih ya, pak" ujarnya ramah pada dang supir taksi online.
Lalu Reva meneliti bangunan aparterment itu. Reva menghela nafasnya untuk menenangkan diri. Reva pun berjalan memasuki aparterment dengan tangan yang memegang tali tasnya. Resah.
Rasa tak sabarnya kini tergantikan dengan rasa cemas. Reva takut, takut mama Reza tak menyukainya.
Ahh, Reva bingung. Bagaimana nanti ia akan bersikap pada mama Reza? Sok dekat? Sok kenal? Anggun? Pendiam? Malu-malu meong?
Tidak tidak. Reva harus tampil apa adanya malam ini.
Setelah langkah kakinya telah membawa tubuh Reva di depan pintu aparterment. Reva terdiam. Menatap pintu itu dengan bingung. Pendengarannya ia tajamkan, seolah-olah dirinya tengah menerawang keberadaan seseorang di dalam sana dengan alat pendengarannya.
Rasanya tidak ada orang di dalam. Di sini senyap. Apa Reva dibohongi?
Dengan sedikit ragu, Reva memegang knop pintu tersebut. Lalu ia buka pintunya. Terbuka. Mengapa aparterment Fara tidak di kunci dengan sandi?
Perlahan namun pasti, walaupun hatinya ragu dan sedikit takut karena hawanya sidikit mencekam. Reva masuk ke dalam aparterment Fara.
Tidak ada orang, disini tidak ada orang sama sekali. Tunggu, dimana Fara? Dimana Reza? Dimana keluarga Reza? Bukankah Reza memintanya agar datang ke aparterment Fara? Katanya acara akan digelar disini? Tapi?
Banyak pertanyaan yang Reva pikirkan sekarang. Reva bingung, dimana semua orang?
Reva merogoh tasnya, lalu ia keluarkan ponselnya dan mendial nomor Reza. Lama menunggu, hingga akhirnya telepon Reva benar-benar tidak diangkat.
Reva mencoba mendial nomor Niko. Sama saja, beberapa kali di telpon, Niko tidak menjawab.
Reva mendesah kecewa. Apa ia benar-benar dibohongi? Mata Reva memanas. Reva mendial satu nomor lagi. Siska.
Setidaknya Siska mau menjemputnya disini. Namun, sepertinya sama saja. Siska tidak menjawab. Bagaimana ini? Kemana semua orang?
Tak mungkin jika ia menelpon abangnya. Pasti dia sibuk. Firda? Ah, jangan pasti dia tengah sibuk dengan suaminya.
Bundanya? Reva pasrah sekarang. Lebih baik ia pulang.
Reva menyeka air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Reva memesan kembali taksi onlinenya. Setelahnya, Reva pun berjalan keluar dari aparterment Fara, tak lupa dia juga menutup pintu aparterment nya kembali. Kemudian berjalan keluar gedung aparterment.
"Padahal Reva udah berusaha buat tampil perfect malem ini. Tapi, Reza bohongin Reva lagi? Kalau emang nggak niat, harusnya jangan bikin bingung kayak gini"
Di pinggir jalan, Reva menunggu taksi yang sudah ia pesan beberapa menit yang lalu. Tapi, menagap taksi itu tidak datang juga? Apa ada masalah dengan mobil taksinya?
Reva berdecak. Hari sudah mulai larut. Disini Reva juga sendirian. Semua orang tidak bisa dihubungi. Reva benar-benar takut sekarang, bagaimana jika ada seseorang yang mau menyelakainya?
'Anak gadis nggak boleh keluar sampai malem-malem'
'Reza, Reza dimana?'
Batin Reva. Kedua telapak tangannya ia gosokkan satu sama lain, hawa disini semakin malam semakin dingin rasanya. Apa lagi Reva yang hanya memakai dres dengan lengan pendek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reza dan Reva [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA:)] "REZAAAAAAAAA..... TUNGGUIN REVAAAA" "REZAAA.. BERENTIII.." "REZAAA DENGER NGGAK SIH.." "AELAH REZAAA TUNGGUINNN" "REZAAAAAAAAAA...." "Apa?" "Hosh..Hosh..Hosh.. Re hosh zha hosh bre hosh enthi.." ujar Reva ngos ngosa...