"Kita pulang. Gue yang anter" dengan wajah yang memerah, mata yang sembab dan isakan pelan Reva membuka matanya dengan amat sangat terkejut.Deg
Mimpikah Reva sekarang? Kalau benar, maka jangan bangunkan ia! Biarkan dirinya bermimpi untuk sementara waktu! Untuk mengobati rasa sakit karna tersia-siakan.
Reva masih mematung tak percaya dengan kenyataan saat ini. Reza tersenyum. What Reza tersenyum? Reva menatap wajah Reza dengan lamat tak berkedip. Menikmati senyuman indah yang selama ini dirinya pancing agar keluar untuk dirinya. Dan sekarang? Tanpa dipancing dengan segala tingkah Reza melayangkan sebuah senyuman hangat yang menenangkan untuk dirinya?! Inikah pangeran yang Damar maksud?
Pandangan Reva ia alihkan ke arah Keza yang masih tersungkur di belakang Reza. Apa dia pingsan?
Reza yang mengerti arah pandang Reva kini juga menoleh ke belakang lalu menatap Reva lagi. "Gausah ngurusin dia. Udah sore, nanti orang tua lo nyariin" ujar Reza.
Reva pun menatap Reza. Benar. Hari semakin sore. Mau tak mau Reva mengangguk tanpa mengucap sepatah kata. Reza membantu Reva untuk bangun dari posisi duduknya. Lalu menggenggam tangannya guna ia tarik ke arah motornya berada.
Tatapan Reva tak lepas dari genggaman tangannya. Apa ini benar-benar mimpi? Pipi Reva bersemu sekarang. Tak menyangka Reza mau melakukan hal ini terhadapnya.
Tapi tunggu, bagaimana dengan Diana? Otak Reva berpikir. Mungkinkah jika dirinya diperlakukan seperti ini Diana akan cemburu? Secara kan Diana berstatus sebagai 'pacar' Reza. Mungkinkah Reva jahat?
Jika iya, tegur dia.
Genggaman Reza terlepas di depan motornya. Reza mulai menaiki motornya. "Naik" titahnya tatkala helm sudah ia sempurnakan di kepalanya.
Reva membeku. Bingung harus bagaimana. Disisi lain Reva sangat bahagia, sangat hingga rasanya tak ingin menolak. Namun disisi lain Reva juga harus menjaga perasaan Diana yang lebih berwenang bukan. Bayangannya, membayangkan jika dirinya yang menjadi Diana pasti juga sakit hati.
Reza yang bingung dengan lawan bicaranya mengangkat sebelah alisnya. "Naik. Keburu si brengsek maksa lo lagi" lo juga brengsek tolol!
"Tapi nanti Diana-"
"Untuk sekarang jangan bahas Diana dulu. Dia gak tau, cepetan. Atau lo mau gue tinggal disini?"
Hei! Sejak kapan Reza peduli?
Hingga Reva pun menganggukkan kepalanya sebagai tamggapan menerimanya. Tanpa ada kata, Reva langsung menaiki motor sport Reza dengan bantuan pundak Reza.
"Udah?" Reva mengangguk.
Posisi yang tadi Reva irikan pada Siska kini benar-benar Reva alami sendiri, duduk diatas jok motor merah Reza. Rasanya,, seperti terbang keatas awan dengan jantung yang berdetak cepat.
Oh, tuhann. Mimpinya indah sekali.
Sepanjang perjalanan tak ada sepatah kata pun yang terucap dari mulut Reva. Reza sebenarnya agak bingung. Sedangkan disisi Reva, kini ia menyadari bahwa dirinya telah melanggar janjinya sendiri.
Apa Reva wajib bernazar?- batin Reva bertanya.
Tapi,, bukan kah Reza yang menawarkan tumpangannya? Yah! Itu dia! Jadi, disini Reva tidak bersalah bukan?
Tumben di toa bisa diem kalo di deket gue?- batin Reza. Secara kan selama ini, Reva selalu mengoceh dengan segala tingkahnya untuk menarik perhatian Reza. Tapi sekarang? Wow! Apa permintaannya sedang dilaksanakan Reva?
Reza tersenyum dibalik helm full fice-nya. Kesannya agak beda jika Reva yang biasanya excited kini diam melamun dia atas jok motornya.
"Rumah lo dimana?" tanya Reza membuyarkan lamunan Reva. Reva mengerjab, matanya ia edarkan ke kanan kirinya guna mengamati wilayah sekitarnya. "Em, di perempatan depan belok kanan" Reza mengangguk. Dan melajukan motornya mengikuti setiap intruksi arah dari Reva.
Hingga kini motor sport merahnya berhenti di depan rumah sederhana. Reza meneliti rumahnya. Rumahnya persis kayak orangnya, sederhana. Reza membatin.
Reva yang salah mengartikan tatapan meneliti Reza pada rumahnya meringis pelan. "Rumah Reva jelek yah? Mungkin Reza nggak punya level rumah ginian. Maaf yah. Dan-oh iya makasih ya udah mau ngasih tumpangan hehe"
Reza tersadar bahwa tatapan menelitinya tertangkap salah oleh sang tuan rumah. "Bukan. Bukan gitu, eng. Oh iya gapapa gue- balik ya kalo gitu. Salam buat bonyok lo" ujarnya.
Reva yang mengerti bahwa Reza tak betah berlama-lama di lingkungan rumahnya mengangguk. Secarakan, rumah Reza yang bertingkat level holkay alias Holang Kaya, pasti tak mungkin betah berlama-lama dilingkungan yang levelnya jauh dibawah lingkungan yang serba mewah. Reva memakluminya.
Mungkin benar. Reva tak sebanding dengan Reza. Dan Reva harus mengingat itu. Mungkin, Reva harus mrngubur dalam-dalam selogannya pada part pertama diatas. (R&R. 1)
Motor sport Reza meninggalkan tempat berdirinya Reva. Reva menghela nafasnya dengan mata terpejam. Hari ini Reva bermimpi indah. Senyumnya terbit sempurna di depan pagar rumahnya.
Reva yang tersadar akan keberadaan dirinya yang belum memasuki rumah pun membalikkan badan dan membuka gerbang rumahnya.
Di ruang tv ternyata bundanya sedang terduduk dengan raut- gelisah?. "Assalamu'alikum"
Bunda Reva menoleh. Beliau menghela nafas lega. "Waalaikum salam. Kamu baru pulang Re? Pulang naik apa? Sama siapa? Gak ada yang ganggu kan? Tadi abang bilang dia lupa nggak ngabarin kamu kalo ada jam tambahan jadi bunda was-was mana ayah ditelfon gak diangkat lagi" ocehan khawatir bundanya membuat Reva mengembangkan senyumnya.
"Bun. Reva lagi mimpi ya?" bundanya menyerngit. "Kenapa tanya gitu? Ngigo kamu? Malem-malem tanya mimpi mau bunda cibit?" Reva mengangguk.
"Aws bunda sakit ih" pekiknya tatkala bundanya benar-benar melakukan apa yang ia setujui tadi.
"Tadi katanya minta dicubit. Gimana sih" Reva menyengir memamerkan deretan giginya. "Tadi Reva dianterin Reza bun, hehe. Reva kira ini mimpi ternyata bukan. Ugh Reva jadi seneng" ujarnya dengan pipi merona. Bundanya menggeleng-gelengkan kepalanya heran.
"Duhh, udah ada tanda-tanda cintanya terbalaskan belum?" Reva tersenyum malu. "Ihh bunda mah, Reva mau kekamar mau mandi babay bun, muach" ucap Reva menghindari pertanyaan bundanya dengan akhiran mengecup pipi sang bunda sebagai pernyataan bahagianya hari ini.
"Anak sekarang" gumam bunda pelan melihat putrinya berjalan dengan bersenandung riang. Bunda menggeleng tak habis pikir. "Walaupun bunda ga tau cerita cinta kamu. Bunda cuman bisa doain biar kamu selalu bahagia Re" lanjutnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Reza dan Reva [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA:)] "REZAAAAAAAAA..... TUNGGUIN REVAAAA" "REZAAA.. BERENTIII.." "REZAAA DENGER NGGAK SIH.." "AELAH REZAAA TUNGGUINNN" "REZAAAAAAAAAA...." "Apa?" "Hosh..Hosh..Hosh.. Re hosh zha hosh bre hosh enthi.." ujar Reva ngos ngosa...