R&R. 21

1.3K 96 8
                                    

"Hari ini Reza mau cek-"

"Ini neng pesanannya" dengan terpaksa Niko memberhentikan ucapannya. Hampir saja keceplosan. Niko menepuk mulutnya meruntuki mulut lamisnya ini.

"Eh Re mau bantuin nggak nih?" Reva terlihat menimbang tawaran Niko lalu mengangguk. "Iya deh Reva juga susah bawanya" dua piring cilok diserahkan ketangan Niko sedangnya Reva membawa jusnya.

Mereka berjalan dengan pandangan menyapu seluruh kantin sekolah untuk mencari keberadaan Siska. Melihat satu tangan melambai Reva menoleh kearah lambaiannya.

"Eh itu Siska"

"Yaudah yuk"

Langkah kaki keduanya membawa kearah meja yang sudah diduduki Siska dan Damar. Eh?! Tunggu! Damar? Tak biasanya.

"Damar juga gabung?" tanya Reva dengan polosnya. Siska memutar bola matanya malas. "Kalo ni anak nggak maksa gue juga gamau dia numpang disini"

"Apaan si lo! Lo masih hutang budi ya sama gue!"

"Hutang budi, hutang budi! Kalo kagak Firda yang nyuruh gue juga kagak mau bego!". Kalian ingat part 16? Saat Firda menyuruh Damar untuk mengantar Siska ke ruang kelas? Nah itu yang dimaksud Dimas hutang budi.

"Mulut lo itu minta dicium apa gimana? Kasar bener jadi cewek"

"Ogah gue dicium sama lo yang ada ketularan gila gue! Mending gue ngehalu sama ceye dari pada sama lo!"

"Ceye ceye apaan lagi tuh?"

"Kampung lo! Ceye aja ga kenal. Ceye tu calon masa depan gue. Dia humoris, ganteng, jago dance, bisa nyanyi. Ngehalu tapi"

"Halu aja dibanggain"

"Sana lo. Males gue deketan sama lo"

"Dih sapa juga yang mau deketan elo!"

"Yaudah sana!"

Reva dan Niko menggeleng heran dengan pasutri gesrek didepannya ini. "Yaudah Re gue nyamperin Dimas ya" Reva teringat dengan keberadaan Niko pun menoleh dari pemandangan ribut didepannya.

"Oh iya. Makasih ya" Niko mengangguk.

Selepas peninggalan Niko, Reva kembali menatap pasutri didepannya. "Gimana acara debat pilkadanya?" sontak Siska dan Dimas yang sedang ribut terdiam dan menatap Reva.

"Haha gak cocok ngelawak lo Re"

"Tapi ketawa kan?" skak Damar terdiam. "Hahaha muka lo mal" tawa Siska pecah seketika, Damar yang melihatnya memutar bola matanya malas.

"Gak gue kasih boneka Mail lo!" dan itu mampu membuat Siska menghentikan tawanya dan menatap Damar dengan binar.

"Lo punya?"

"Punya lah! Jangankan Mail abang Salleh aja gue punya!" mata Siska semakin berbinar mendengarnya. "Bagi donggg! Gue cuman punya boneka Upin, Ipin tapi banyak fariasi ukuran sama pakaiannya"

"Tenang nanti gue beliin khusus buat lo"

"Gue tagih janji lo"

Reva yang melihat dialog antara Siska dan Damar hanya tersenyum kecut. Disana terlihat Damar yang mempunyai rasa lebih untuk Siska, Reva bukan lagi anak kecil yang tak tau apa-apa tentang tatapan mata yang mempunyai rasa. Andai Reza yang perhatian seperti yang dilakukan Damar, mungkin Reva sangat bahagia sekarang. Buruknya itu hanya andai-an dari Reva kepada Reza. Miris!

"Reva berasa jadi nyamuk sekarang" gumamnya yang dapat didengar Siska. Siska yang mendengarnya menoleh dan tersadar.

"Astaga maaf ya Re gue jadi ngga inget lo. Hehe"

Reza dan Reva [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang