Udah terlanjur sayang,
Eh dianya malah ngilang.-F-
_________________________________________
Reva dan Siska keluar dari kelas secara bersamaan dan beriringan. Yang membedakan wajah Reva ceria sedangkan Siska cemberut murung. Dan tiba-tiba Damar keluar dari kelas pula.
"Ishh! Semua nya gara-gara elo!" semprot Siska pada Damar yang baru saja keluar.
"Lah kok gue?!"
"Ya iya lah! Kalo bukan elo siapa lagi hah?! Reva udah bikin contekan buat gue malah lo embat! Gue jadi kehabisan waktu kan! Pokoknya gamau tau! Gue kesel sama lo! Arghhhh boneka mail gue manaaaaaa!!!!" erangnya pada Damar.
Tadi jam pelajaran Laras dan digelar acara ulangan dadakan dikelasnya. Seharusnya bagi mereka yang diajar bu Laras harus siap sedia kala tiba-tiba bu Laras menggelar acaranya tersebut.
"Pasti PMS blom kekar yak? Btw boneka mail lo belom gue beli!"
"Ck! Ketua kelas gatau diri! Rese! Arghh kesel gue sama lo! Kekantin yok Re!"
Siska menarik tangan Reva yang sedari diam menjauhi Damar untuk kekantin sekolah. Bertanya tentang Firda, dia hari ini tidak berangkat ternyata, keterangan yang diketahui Siska dan Reva dia izin. Tapi entah untuk apa. Sudah dihubungi beberapa kali tetap saja hasilnya nihil, tidak ada tanda-tanda kehidupan ponsel Firda aktif.
Mungkin pulang sekolah mereka akan menjenguknya.
Setelah sampai di pintu kantin. Siska dan Reva seperti biasanya. Clingak-clinguk mencari meja kantin yang kosong untuk mereka duduki.
Mata Reva yang sedang mencari tempat kosong kini terpaku oleh meja pojok kanan yang diduduki Niko, Dimas dan- Reza. Mata Reva berbinar kala melihat Reza berangkat sekolah.
Hingga kenyataan kembali menyadarkannya bahwa mulai saat ini dirinya harus lebih berjaga jarak dari Reza.
"Re itu meja masih kosong satu" ujar Siska yang menunjuk meja kantin disebelah Reza. Tunggu! What! Tidak lagi tuhan..
Mata Reva membola. "Kenapa lo?" tanya Siska bingung. Reva kikuk sendiri sekarang. "Harus banget yah meja yang itu" ujarnya menggaruk belakang telinganya yang tidak gatal sama sekali.
"Ck! Nggak ada meja lain Revaa. Udah tenang aja ada gue Reza ngga bakal macem-macem"
Mau tak mau dirinya mengalah. Baiklah setidaknya ini bukan sengaja ia lakukan seperti waktu itu. Siska dan Reva pun menduduki bangku yang kosong.
Mata Reva sempat melirik Reza yang berada tepat di sampingnya. Ingin rasanya Reva menyapa, tapi Reva kembali disadarkan dengan janjinya dan sekarang Reva memilih diam dan memperhatikan dengan tertutup.
Tak sadarkah Reva bahwa Reza juga melakukan hal yang sama? Saat Reva melirik, Reza membuang tatapannya. Dan saat Reva membuang tatapannya Reza kembali memperhatikan. Sungguh apa mau mereka sebenarnya?
Dan kelakuan sejoli itu diperhatikan oleh Niko. Niko tersenyum geli walaupun dilubuk hatinya agak cemburu. Tapi bagaimana pun, kalau ini yang bisa membuat Reva bahagia kenapa tidak?
Dimas yang melihat Niko tersenyum tidak jelas menyenggol kaki Niko dengan sengaja. Niko pun menoleh, Dimas menaikkan sebelah alisnya mencoba memberi tahu bahwa ia sedang berbicara lewat ekspresi yang bertanya 'kenapa lo?'
Niko yang mengerti menunjuk dengan dagunya kearah Reza dan Reva yang sedang malu-malu kucing mencuri pandang satu sama lain.
Dimas menjatuhkan tatapannya pada arah yang ditunjukkan Niko. Benar. Mereka sedang bercuri pandang ternyata.
"Ekhem! Kemarin kayaknya nyuruh menjauh deh sekarang malah nyuri pandang nih? Kalo suka bilang aja kali" sindir Dimas pada Reza. Orang yang merasa tersindir membuang wajahnya dan membenarkan posisi duduknya agar ekspresi gugup terciduknya tak terlalu terlihat.
Naas semuanya sudah terlihat oleh Niko dan Dimas. Reza memandang mereka yang sedang tertawa memutar bola matanya malas. "Dim beli makanan sono" ujarnya.
"Nik. Ngalihin topik dia hahaha" ujar Dimas menertawakan Reza. Gengsian!
Reza mengeluarkan dua lembar uang merahnya dihadapan Dimas. "Cepet!"
"Hahaha santuy kali. Salting amat. Apaan nih?"
"Ck! Serah lo mau beli apaan. Kembaliannya buat lo berdua biar ngga rese"
"Iya peka gue kalo lo takut ketahuan nyuri pandang. Haha, makasih uang tutup mulutnya" ujar Dimas lalu bangkit cepat dari duduknya menghindari Reza yang mungkin akan mengamuk.
"Bangsat" dengusnya.
Uang tutup mulut katanya? Hey apakah bisa dibilang tutup mulut saat Dinas sudah membeberkan bahwa dirinya takut ketahuan mencuri pandang? Gendeng.
Reza akui tadi dirinya memang mencuri pandang kearah Reva. Niko menggelengkan kepalanya biasanya yang bersikap nyeleneh adalah dirinya tapi entah mengapa akhir-akhir ini dirinya lebih memilih diam mengamati.
"Puas belom merhatiinnya?" goda Niko lagi.
"Gak ada niatan buat nyuri pandang pacar lo! Gue- gue, gue lagi- lagi nyari Diana" alibinya ddngan gugup.
"Gengsi lo terlalu tinggi bro" ujar Niko yang diakhiri kekehan.
"Serah"
Sedangkan disisi sudut pandang Reva. Hatinya berbunga-bunga sekarang kalau sebenarnya Reza juga melakukan hal yang sama sepertinya. Reva berdoa semoga ini bukan mimpi yang hanya halusinasi baginya. Ah... Senangnya dalam hati,,
Reva tersipu malu mendengar penuturan Dimas tadi. Reva sempat memperhatikan percakapannya dan menyadari bahwa dirinyalah yang dimaksud.
"Seneng banget kayaknya Re" ujar Siska.
"Apaan sih" jawabnya dengan rona merah dipipinya.
"Hahaha seneng gue kalo lo gini. Yaudah gue pesen dulu ok. Baek-baek disini, mungkin kalo gue pergi bentar lo lebih leluasa pandang-pandangannya. Hahaha" goda Siska lagi.
"Siskaaaaaa"
Siska pun bangkit dari duduknya dan melangkah menuju pedangang makanan yang bisa mengganjal rasa laparnya setelah berperang dengan kertas ulangan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Reza dan Reva [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA:)] "REZAAAAAAAAA..... TUNGGUIN REVAAAA" "REZAAA.. BERENTIII.." "REZAAA DENGER NGGAK SIH.." "AELAH REZAAA TUNGGUINNN" "REZAAAAAAAAAA...." "Apa?" "Hosh..Hosh..Hosh.. Re hosh zha hosh bre hosh enthi.." ujar Reva ngos ngosa...