R&R.8

1.3K 111 0
                                    

"Hey! Kenapa kalian bertiga malah asik-asikan disini!" ujar Pak Mahmud dengan tegas yang mendapati muridnya sedang membolos pelajaran dan asik menikmati rokok di roftoop sekolah.

Reza, Niko, dan Dimas yang terkejut karena suara Pak Mahmud tadi reflek berdiri dan membuang rokoknya kesembarang arah dan mengangkat kedua tangannya, mirip seperti orang yang terciduk mencuri dan tertangkap polisi.

"Nggak ada pak saya nggak ngerokok kok" ujar Niko.

"Diam kamu!" ucap Pak Mahmud dengan kedua mata yang melotot.

"Kalian ini ya! Gak pernah nurut kalo dibilangin! Sekarang kalian hormat didepan tiang bendera lapangan utama. Sekarang!" lanjutnya lagi tak mau dibantah.

"Loh nggak bisa gitu dong pak! Kemaren saya lihat si Roni nyuri kaca mata bu Kirna aja dikasih skor tiga hari!" ujar Niko membantah.

Pak mahmud menepuk jidatnya keras dan beristighfar berkali-kali. lebay ah!
"Maaf saya lupa kalo kalian bertiga ini sedikit miring otaknya." ujar pak Mahmud.

"Ya bapak mah sukanya gitu, masa sama murid sendiri gitu" ujar Reza menimpali.

"Ya gimana saya nggak ngomong gitu! Dimana-mana kalo murid yang waras mending milih hormat sama bendera dari pada diskors!"

"Serah bapak deh! Bapak tuh nggak tau apa kita tuh beda dari yang lain pak! Limited edition, kan bapak sendiri yang ngasih tau kalo kita harus bisa jadi diri sendiri!" ujarnya tak mau kalah.

"Astaghfirullah... Nyebut saya nyebut! Makan apa tadi saya bisa nemu murid sengklek kaya kalian bolos diatap sekolah." ucap pak Mahmud dengan mengelus dada berkali-kali dan menggeleng-gelengkan kepalanya heran.

"Baiklah sekarang kalian minta dihukum apa? Saya pasrah sekarang" ujar pak Mahmud pasrah.

"Nah gitu dong dari tadi! Gini deh pak gimana kalo kita dipulangkan hari ini biar bapak nggak naik darah terus kalo ketemu sama kita. Gimana?" ide Niko.

"Bapak pasrah! Sekarang kalian ambil tas kalian dan pulang!" pasrah pak Mahmud atas keinginan muridnya.

Reza,Niko dan Dimas pun bertos ria dan mengambil semua bungkus rokok dan gitarnya untuk dibawa pulang. "Kita pamit dulu ya pak! Assalamu'alikum" ujar Niko kepada pak Mahmud.

"Waalaikum salam. Ya Allah kapan saya pensiun ngajar mereka bertiga." ujar pak Mahmud menggeleng-gelengkan kepalanya.

***

Kini tiga serangkai itupun telah sampai di garasi rumah Reza dimana rumah Reza lah yang paling banyak cemilan. Mereka memarkirkan motornya dan melepaskan helm mereka masing-masing lalu turun dari motor besarnya.

Terlihat Bimo mengenakan jas kebesarannya tengah melangkah dari dalam rumah. Bimo yang melihat adik beserta temannya datang pun menyerngitkan dahinya bingung.

"Ngapain lo pada kesini? Mau minta uang?" ujar Bima bingung.

"Dikira gua anak lo bang!"-Niko.

"Maaf uangku masih cukup untuk berkebutuhan hidup"-Dimas.

" sok dramatis lo"ejek Bima jepada Dimas.

"Dasar warga +62" ujar Reza ikut menimpali sambil menggeleng-nggelengkan kepalanya.

"Biarin lah situ saha? Bacot wae!"

"Masih mending virus corona dari pada virus cocotnya tetangga"

"Gak nyambung bego!" ucap Reza seranya menggeplak keras kepala Dimas.

"Adoh! Kamu keterlaluan ya mas! Aku benci sama kamu! Aku jijik! Benci!" ujar Dimas lagi dengan gaya sok jijik.

"Heh bego! Kalo lo yang gitu kurang cocok Dim. Gininih. Aku jijik. Benci. Jijik. Benci. Aku benci sama kamu mass.!" dramatis Niko dengan gaya jadi-jadian.

"Bang Mereka siapa? Lo kenal nggak?" ujar Reza bertanya kepada Bimo dengan mata memandang kedua sahabatnya yang sedang berdrama king.

"Gatau gue gak kenal. Kemaren aja gue liat mereka nglendotin tante-tante di pasar lagi beli dalaman." ujar Bimo.

"JAHAT KAMU MAS!" ujar Niko dan Dimas kompak lalu pergi kedalam rumah Reza. Sedangkan sang pemilik rumah terlagak keras hinggga terpingkal-pingkal menepuk pundak satu sama lain.

***

Bungkus snak dimana-mana, sofa yang tidak pada tempatnya, dua asbak yang penuh dengan putung rokok, meja yang bergeser dua meter dari posisi awal, tas sekolah yang terbalik, sepatu yang berceceran dimana-mana, suara ribut yang entah sedang meributkan apa, karpet yang terlipat semprawut. Namun itu tidak sama sekali di permasalahkan oleh sang tuan rumah. Menurutnya, itu sudah biasa dan sudah jadi kebiasaan ketika kedua sahabatnya ini bermain dirumahnya.

Tiga pemuda itu sedang asik dengan dunia mereka sendiri. Dua diantara mereka sedang mabar game dan yang satunya sedang sibuk membalas chat yang dikirim dari sebrang sana.

"YES MENANG! GUE MENANG! WOY GUE MENANG! WUHUHU... DIM GUE MENANGG!" heboh Niko sambil mengangkat kedua tangannya keatas.

Sedangkan Reza memutar bola matanya jengah dan berdecak sebal karna kalah.

"Baru sekali menang aja lebay" cibir Dimas kepada Niko yang sedang berjoget merayakan kemenangannya.

"Eh gue tuh kagak lebay bro. Elonya aja yang kagak pernah ada diposisi gue kan? Nggak pernah kan lo menang ngelawan Raja ML kita ini" ujarnya menyahut sambil menepuk pundak Reza.

"Dih tapi gue kan nggak selebay lo gitu"

"Biarin lah. Pokoknya nanti malem gue adain syukuran dirumah, atau emak gue suruh buat nasi kuning aja, eh nggak-nggak gimana kalo nanti malem gue adain yasin tahlil aja dirumah. Gimana? Nanti malem jangan lupa dateng ya" ujar Niko menggebu-gebu.

"Za temen lo tuh" ujar Dimas kelada Reza. Sedangkan yang diajak bicara hanya mengedikkan bahunya tak tahu lalu menggelengkan kepalanya mantap tanda bukan.

Niko berdecak sebal "Ini tuh fenomena langka, Keajaiban dunia yang bukan kaleng-kaleng tau!" ujarnya.

"Serah"ujar Dimas jengah.

"Oh ya Dim lo ada ide nggak nanti gue mau buatin jajanan apa buat yasinan nanti? Mending kasih bakso, mie ayam, snak, atau biskuit kong guan?"tanya Niko.

"Mending lo minum obat dulu gih" jawab Dimas.

"Lo tuh ya kalo temen lagi seneng tu bukannya-.."

Ucapan Niko terpotong oleh dering ponsel milik Reza. Terbukti dengan Reza yang bangkit dari duduknya dan berjalan menjauh untuk menerima telepon.

"Iya nanti aku jemput" ujar Reza.

***

Reza dan Reva [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang