"Baiklah anak-anak berhubung kini semakin siang dan panas kita akhiri dengan lari seperti biasa mengerti?" ujar pak Rosyid.
"Iya pakk!" serempak murid yang diajak bicara menjawabnya.
"Silahkan barisan paling depan pojok bagian kanan untuk berlari terlebih dahulu" semua arah terarah ke posisi yang diucapkan pak Rosyid.
Kalian tahu siapa?
Niko. Tapi orang yang dipandang oleh beberapa pasang mata malah terlihat bingung. "Bentar-bentar. Depan kan gue, pojok juga gue, bagian kanan juga gue! Jadi yang lari duluan gue?" dengan bodohnya dia bertanya demikian.
"Iya ogeb! Siapa lagi kalo bukan elo!" sarkas Dimas yang berada dibelakang Niko. Sorak-sorak dari teman lainnya juga terdengar. Apalagi sekarang siswa lain juga ikut menonton. Lengkap sudah malunya ini. Tapi bukan Niko namanya, maklum kalau dia biasa saja karena saraf malunya yang putus. Haha!
"Cepetan Ko! Gue kepanasan nih!" gerutu Reza yang ada disampingnya. Niko pun mengangguk dan cepat-cepat berlari.
1 putaran
2 putaran
Mengelilingi lapangan utama yang amat luas membuat mereka kelelahan. Baru aja dua putaran!
Reza dan kawan-kawan memilih untuk meneduh di kursi semen bawah pohon tepi lapangan. "Beli minuman sana kasian Reza udah kekelahan" suruh Dimas kepada Niko. Niko menatap sahabatnya yang sedang memejamkan matanya dan bersandar di pohon menjadi kasihan. Benar juga. Kasihan Reza, dengan tanpa kata karena dia tahu kondisi Niko langsung pergi begitu saja.
"Woy jangan lupa beliin gue juga!" teriak Dimas.
"Lo ngga papa kan Za? Mau ke UKS?" tanyanya kemudian pada Reza. "Nggak usah" ujar Reza yang masih memejamkan matanya.
"Tapi lo puc-" ucapan Dimas terpotong kala Reva datang membawa sebuah kotak indah berwarna biru muda.
"Maaf ganggu" ujarnya dengan senyuman manis dan ujarannya ternyata membuat Reza membuka matanya.
Mata Reva menoleh ke arah Reza yang sedang bersandar. "Ada apa Re?" tanya Dimas basa-basi.
Reva tersenyum. "Reza selamat ulang tahun yah.. Semoga panjang umur sehat selalu, bisa jadi kebanggaan semua orang dan-" Reva menjeda kalimatnya.
"-dan bisa nerima Reva" lanjutnya dan menyodorkan barang bawaannya.
Reza mengangkat sebelah alisnya. Menerima? Menerima apa? Jangan bilang mau nembak lagi? Astaga menjadi tampan itu susah gaess!!
"Reza mau kan jadi pacar Reva?" Reflek Reza melotot tajam. Benar kan dugaannya! Sedangkan Dimas masih diam menyimak tanpa ikut campur.
"Udah berapa kali sih gue bilang. Kalo gue nggak suka sama lo! Budek ha?! Jangan jadi wanita rendahan yang ngejar-ngejar cowok tanpa malu! Gak punya harga diri lo? Punya harga diri berapa lo?!" emosi Reza menggebu membanting barang yang disodorkan Reva dan menarik perhatian banyak siswa. Reva menundukkan kepalanya.
"Maaf kalo Reva ganggu waktu Reza seenggaknya Reza nerima pemberian Reva. Reva tahu itu nggak seberapa tapi hargai pemberiannya. Reva nerima Reza ngatain Reva apa aja bahkan ngerendahin Reva sekalipun" ujarnya masih sambil menunduk.
Sudah bisa dipastikan oleh Reva bahwa disekelilingnya banyak yang memandang kejadian ini walaupun tidak secara dekat.
"Nggak usah belagak nangis didepan umum karena lo sendiri yang mempermaluin diri lo, ngapain nangis? Mau ngedrama biar orang ngira gue yang bikin lo nangis?" sentak Reza sambil bangkit berdiri membuat Reva terdiam. Sungguh Reva tak terbiasa dibentak. Palingan kalau pun ditolak pasti barangnya dibanting.
Sedangkan dari sudut pandang Reza, dia sudah muak dengan cewek di depannya ini. Tak tahu malu! Murahan! Rendahan! Apapun umpatan untuknya ia ucapkan dalam hati. Apa dia tidak lelah terus menerus mempermalukan dirinya sendiri?!
Hingga seseorang tiba-tiba datang dan memeluk lengan Reza berupaya menenangkannya dan menatap sinis Reva.
"Heh murahan! Ngapain lo? Belom jera ha? Apa orang tua lo nggak ngajarin sopan santun sampai lo mau ngerendahin diri lo sendiri?" Reva mendongak dan menatap Diana tajam. Kalau pun dia yang harus dimaki Reva tak marah tapi tidak dengan orang tuanya.
"Diana boleh maki Reva tapi nggak dengan orang tua Reva. Tahu apa Diana tentang keluarga Reva? Reva tahu kalau Reva bukan orang yang pantas bersanding dengan Reza karena Reva bukan orang yang berada kaya kamu! Tapi setidaknya Reva mau berusaha! Reva nggak rela orang tua Reva sangkut pautin dengan makian Diana!" ucapnya nyalang.
Plak
Satu tamparan melayang bebas ke pipi Reva. Diana yang berbuat. Reza terkejut melihatnya.
"Berani lo bentak-bentak gue! Bagus kalo lo sadar bukan sandingannya Reza! Jadi lo nggak usah repot-repot ngejar dia! Dia itu nggak pantes sama lo bitch! Sampah murahan! Nggak tahu malu!" bentak Diana lebih kasar lagi.
"Apa urusan Diana sama Reza! Kamu juga bukan siapa-siapa nya kan?! Jadi Reva masih bisa ngejar Reza!" tangan Diana hendak menampar Reva kembali terhenti kala dicegah oleh Reza.
"Diana pacar gue!" ucapan Reza yang mencekal tangan Diana membuat semua orang terdiam.
Mata Reva memanas. Benarkah?
"Jadi gue mohon lo jauh-jauh dari gue! Lo bukan sandingan gue! Dan lo nggak pantes sama gue! Jangan hancurin hubungan gue! Dan satu lagi jangan pernah deketin gue! Gue ga sudi dideketin cewek murahan kaya lo!" ujar Reza dingin.
Reva tertohok mendengarnya. Kenapa saat Reza yang mengucapkan bahwa Reva bukan sandingannya terasa amat sakit dari tamparan Diana?. Inikah akhir perjuangannya?
Diluar ekspetasinya yang saat itu dimimpikan. Itulah mengapa halu lebih baik dari pada kenyataan yang pahit. Karena halu bisa membuat hati bahagia walaupun tak bisa tercapai dan hanya sekedar imajinasi.
"Ok kalau itu mau Reza. Reva ngerti, Reva minta maaf udah hampir hancurin hubungan kalian. Reva janji nggak bakal deketin Reza lagi"ujar Reva dengan air mata yang terus mengalir dan berlari menjauhi kerumunan yang menonton aksinya. Lebih malu dari pada aksi ke ge-eran Siska lagi karena ini yang menonton hampir seluruh siswa GERHANA.
Sebenarnya Reza merasa bersalah telah menyakiti hati Reva. Ah mungkin hanya sekedar kasihan karena ditampar Diana. Tepisan rasa bersalah terus dilakukan oleh Reza. Yang Reza tahu ini akhir dari semua dan ia akan bersama dengan Diana tanpa pengganggu.
Berbahagia. Mungkin, Reza belum hisa menjaminnya.
"Kamu serius sama ucapan kamu Za?" tanya Diana dengan rasa penasaran. Reza mengangguk.
"Buat apa aku bohong?"
"Tapikan waktu itu kamu bilang kita cum-" ucapan Diana terpotong.
"Surprise buat kamu" ujarnya datar. Alih-alih dengan senyuman tulus dan manis kini hanya wajah datar yang pucat. Entalah Reza tak tahu dengan hatinya.
Hatinya mengatakan kalau itu bohong tapi otaknya tak sejalan dengan hatinya. Reza bingung dengan hatinya.
"Kamu sakit? Muka kamu pucat" ujar Diana sok perhatian. Reza hanya menggeleng untuk memberi jawaban. Sedangkan manusia yang kini masih terduduk sedari tadi hanya memutar bola matanya malas. "Dasar manusia bucin" gerutu Dimas.
"Bro! Nih minumannya!" ujar Niko yang datang dengan tiga botol air mineral.
"Ck! Lama lo! Tadi ada perang dunia ketiga! Nyesel lo kalo nggak nonton gue aja sampek tertohok dapet makian jahanam dari lawan" ujar Dimas menyindir manusia yang sedang bucin dedepannya itu. Sedangkan yang merasa tersindir menatapnya tajam.
"Maksudnya?"
"Nanti gue ceritain. Kekelas aja yuk takut gue ditatap sama manusia jahanam" ujarnya lagi seraya merangkul bahu Niko agar menjauh.
***
Awal atau akhir?
Jangan lupa vot dan komen:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Reza dan Reva [COMPLETED]
Roman pour Adolescents[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA:)] "REZAAAAAAAAA..... TUNGGUIN REVAAAA" "REZAAA.. BERENTIII.." "REZAAA DENGER NGGAK SIH.." "AELAH REZAAA TUNGGUINNN" "REZAAAAAAAAAA...." "Apa?" "Hosh..Hosh..Hosh.. Re hosh zha hosh bre hosh enthi.." ujar Reva ngos ngosa...