R&R. 49

1.2K 59 17
                                    

Ditengah isak tangis ketakutan Reva, kini Mobil yang membawanya entah kemana itu pun berhenti. Seketika Reva was-was dengan keadaan sekitarnya.

Mobil itu berhenti di depan sebuah gedung bertingkat. Beberapa orang yang menculik Reva itu membuka pintu mobil dan satu per satu turun dari Mobil.

"Sudah sampai, Nona. Anda bisa turun" ujar salah satu diantara mereka.

Reva yang masih terikat dan matanya pun kini masih tertutupi kain pun mulai kesal. "Kamu tuh mikir nggak sih?! Reva tuh nggak bisa lihat. Mana tahu pintunya ada dimana. Makanya gak usah tutup-tutupin mata Reva gini" ujarnya menahan takut nya. Bagaimana pun Reva harus berani melawan.

Sedangkan orang-orang yang membawanya itu sekuat tenaga menahan tawanya, demi image. Menggemaskan.

Salah satu orang berbaju hitam yang tadi dimarahi oleh Reva kini berdehem untuk menghilangkan rasa ingin tertawa nya. "Ekhem, mari saya bantu"

"Nggak usah. Kalian mau apa-apain Reva 'kan? Reva nggak mau. Anterin Reva pulang aja, Reva takut" ujarnya dengan isakan yang kembali terdengar. Reva sedikit memundurkan badannya.

"Om. Om jangan nakal dong, masa beraninya sama anak bocil kaya Reva. Kalian tuh ada banyak, Reva cuman sendirian. Kalian nggak kasihan lihat Reva nangis gini apa?"

"Maaf Nona. Saya tidak melihat mata sembab anda" pantas saja. Mata Reva masih tertutupi kain. Dan kain yang menutupi mata Reva pun sudah basah sedari tadi.

Reva meruntuki ucapan nya. "Yakan Reva Dari tadi nyerot ingus mulu. Masa om nggak kasihan? Reva ditungguin bunda dirumah om. Om jangan gitu"

"Mari saya antar"

"Antar kemana? Pulang om?"

Sedikit menghela nafasnya, bagaimana pun juga. Dia diperintahkan agar tidak menyakiti target tuannya yang sedikit membuatnya kesal bercampur gemas ini. "Iya, mari turun, Nona"

Reva terdiam sejenak. Menimbang apakah dia harus percaya atau tidak. "Om nggak nipu Reva 'kan? Reva tuh udah biasa di tipuin Om. Tadi aja harusnya Reva ke acara Reza, eh taunya om ngajak jalan-jalan kesini sama temen-temen om. Revanya juga diiket lagi. Nanti kalau mereka nyariin gimana?"

Menghela nafas lagi, dia harus benar-benar ekstra sabar menghadapi target tuannya itu. "Mari Nona. Saya tidak berbohong"

Dengan sedikit ragu. Reva pun menurut saat lengannya ditarik pelan dan digiring keluar Mobil. Mereka pun membawa Reva masuk kedalam gedung yang sudah disiapkan tuan mereka itu.

***

Dengan melihat layar monitornya, pemuda itu terkekeh saat mendengarnya ujaran demi ujaran yang di ucapkan oleh gadisnya itu. Sangat menggemaskan.

Sesekali dia menggeleng karena namanya ikut disebut oleh gadi itu.

Kalian percaya? Reza lah yang merencanakan semuanya. Sedikit drama untuk ia berikan pada gadisnya itu. Semoga saja ini tidak terlalu kelewatan.

Tiba-tiba ponselnya kini kembali berdering. Reza pun mengangkat panggilan dari bawahannya itu.

"Target sudah berada di lantai atas tuan"

"Dia memberontak?"

"Tidak tuan"

Reza hanya mengangguk lalu menutup panggialnnya secara sepihak. Sepertinya jiwa-jiwa penguasanya sedang mendominan.

"Sudah sampai?" Ujar wanita paruh baya pada Reza.

Reza menoleh kebelakang. Mendapati mamanya yang tersenyum manis. Reza mengangguk menanggapi.

Reza dan Reva [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang