"Pulang naik apa Re?" tanya Siska pada Reva yang sedari tadi masih memanyukan bibirnya.
Reva melipat tangannya didepan dada. "Gatau" ujarnya kesal dengan bibir yang memberengut.
"Ck! Masih marah lo. Ga asik ah, orang bercanda doang"
"Reva lagi ngga mau bercanda ya!"
"Iya deh iya ngalah gue, mau pulang bareng ngga?" oke, mungkin kalian bingung. Perlu diketahui kalau Reva tadi pagi berangkat dengan kakaknya. Iya Dino.
"Em,, Reva nungguin abang aja deh"
"Beneran? Supir gue kayaknya bentar lagi jemput" Reva mengangguk sebagai jawaban. Tak lama kemudian suara dering ponsel mengalihkan perhatian keduanya.
"Ponsel siapa yang bunyi?"
"Bukan punya Reva. Punya Siska kali" Siska meraba saku dan tasnya. Lalu menurunkan tas gendong berwarna biru langit itu dan membukanya.
"Ohh iya punya gue. Bentar ya Re" Reva hanya mengangguk.
"Halo"
"...."
"Ohh iya pak ngga papa. Disini sama temen juga"
"..."
"Iya pak, bilangin mommy aja mungkin aku pulang telat"
"..."
"Iya"
Akhir percakapan, Siska mematikan panggilannya dan memasukkan lagi ponselnya kedalam tas. "Siapa Sis?" tanya Reva.
"Itu supir gue. Katanya ngga bisa jemput. Ban mobil bocor" Reva mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti dengan mulut yang membentuk huruf O.
"Terus pulangnya? Nebeng Reva sekalian aja yah" tawar Reva.
Siska berpikir sejenak. Jika menolak, pulangnya bagaimana? Naik taksi? Ini sudah lumayan sore. "Em, ok deh" Reva tersenyum senang.
"Yaudah kita ke halte depan aja". Keduanya pun berjalan beriringan dengan tawa yang menghiasi percakapan mereka. Tak butuh waktu lama mungkin sekitar sepuluh menit, akhirnya halte depan sekolah mereka pijaki.
Sunyi
Disini tak ada orang selain mereka berdua. Mengingat saat ini menunjukkan pukul setengah lima. Dan dipastikan siswa lain sudah berada dirumahnya. Tadi mereka mengembalikan buku terlebih dahulu diperpustakaan. Makanya pulang telat.
Reva dan Siska pun menduduki bangku halte. "Kok lama yah" gumam Reva yang dapat didengar oleh Siska.
"Maybe, lagi dijalan" Reva menganggukkan kepalanya.
Hingga terhitung sepuluh menit lamanya mereka menunggu. Reva melirik jam tangan pinknya yang melingkar indah ditangan kirinya. Dan menghembuskan nafasnya.
Sampai-sampai deru motor mengalihkan rasa penantian keduanya. Bukan. Itu bukan Dino melainkan-
"Eh, upin ipin belum pulang lo?" tanya orang yang Reva yakini seorang lelaki.
Kayak kenal- batin Reva.
Reva dan Siska bertatap muka. Seakan bingung manusia yang masih berada di jok motor dan seragam yang sama seperti keduanya sedang mengajak bicara dengan siapa.
Orang yang masih mengenakan helm full fice itu memutar bola matanya malas. "Gue nanya sama cewek poni" siapa lagi yang ber poni selain Siska disini.
Siska dan Reva ber-oh ria. "Gue kira lo ngomong sana siapa" ujar Siska.
Cowok itu mengangjat sebelah alisnya yang tertutupi helm. "Gue belum pulang mau apa lo? Mau beliin gue boneka Mail?" tanya Siska. Mengapa Siska tau? Yaiyalah apa sih yang Siska tidak tahu dari Damar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reza dan Reva [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA:)] "REZAAAAAAAAA..... TUNGGUIN REVAAAA" "REZAAA.. BERENTIII.." "REZAAA DENGER NGGAK SIH.." "AELAH REZAAA TUNGGUINNN" "REZAAAAAAAAAA...." "Apa?" "Hosh..Hosh..Hosh.. Re hosh zha hosh bre hosh enthi.." ujar Reva ngos ngosa...