Setelah dari toko pakaian, kini ketiga gadis itu berjalan hendak menuju caffe terlebih dahulu. Siska terlihat antusias saat berjalan melewati toko tas dan sepatu. Ah... Rasanya jiwa perempuannya meronta-ronta. Tapi tidak dengan Firda si cewek tomboy dan Reva,entah mengapa Reva saat ini lebih memilih berjalan cepat menuju caffe yang mereka tuju ,rasanya cukup lapar."Nggak usah pada lebay deh.." kesal Firda yang dari tadi melihat tingkah kanak-kanakkan dari sahabatnya.
"Ck! Biarin kali Fir emang lo kagak doyan begituan apa" ujar Siska.
"Emang engga kali" dan dijawab putaran bola mata malas dari Siska.
"Nyaut ae lo kutu"
"Lo kali dasar marmut"
"Marmut imut tau"
"Mirmit imit tii"
"Ih dasar Firda! Sini lo"
"Ih disir firdi sini li, nyinyinyinyi"
Diantara perdebatan mereka yang amat sangat bising Reva sudah berada didepan mereka terlebih dahulu, sekitar enam langkah lebih depan dari Siska dan Firda mungkin karna efek lapar setelah cukup lama memilih kado untuk Reza makanya dia tak menghiraukan perdebatan kedua sahabatnya.
Pintu caffe sudah dekat dan terlihat dari jendela caffe banyak pelanggan yang antri untuk memesan cemilan atau coofie maupun duduk santai dibar sambil berbincang-bincang dengan rekannya. Matanya menelisik area dalam caffe, dengan reflek Reva berhenti saat memandang sebuah objek dua manusia yang sedang berbincang yang nampaknya serius dengan tatapan yang sendu. Si empu yang merasa bahwa dirinya diperhatikan pun menoleh, dengan cepat Reva berbalik dan berlari menjauh dari caffe tersebut. Kedua sahabatnya yang sedang berdebatpun mendadak diam dan terkejut dengan pergerakan Reva yang tiba-tiba menabrak mereka dengan mata yang agak berkaca-kaca.
"Eh Reva! Kok nggak jadi?!" teriak Siska karena heran.
"..." tak ada sahutan dari Reva, punggungnya semakin menjauh.
"Keknya gue tau deh alasannya" ujar Firda kemudian. Siska menautkan alisnya bingung. Firda pun mengerti dengan tatapan bingung dari Siska menunjuk meja dalam caffe yang berisi dua manusia berbeda jenis kelamin dengan dagunya.
Siska menganggung mengerti dan menghela nafas pendek ."Lagian Reva demen amat si ngejar-ngejar Reza udah tau kalo dia sensitif-an"
"Udahlah kejar yuk" ajak Firda. Yang dijawab anggukan oleh Siska.
***
Seakan lupa dengan dua sahabatnya kini yang Reva pikirkan adalah bagaimana ia harus pulang, sembari memikirkannya Reva berjalan tergesa keluar mall dengan air mata yang menggenang dimatanya, sesekali tangannya mengusap air mata yang turun. Tak memperdulikan pandangan orang disekitarnya yang merasa aneh. Katakan saja Reva ini lebay, baperan, atau sebagainya menurut kalian masing-masing.
Pasti yang ada dipikiran kalian Reva memang terlalu baper dengan keadaan, Entahlah hatinya merasakan tidak terima saat Reza berdua dengan orang lain apalagi cewek. Walaupun ia tahu kalau dirinya bukan siapa-siapa hanya sebatas pengagum yang bukan rahasia lagi untuk dikatakan iya pengagum yang tidak pernah direspon mungkin.
Reva tertawa miris memikirkannya, seburuk itukah dirinya? Terlalu mengejar sesuatu yang mungkin tidak akan pernah ia dapat. Halu. Itu kata yang tepat menurutnya.
Tak lama kemudian sebuah motor sport berwarna merah berhenti didepannya. Reva terlihat bingung dengan pengendaranya tapi, sebentar sepertinya Reva kenal siapa itu.
"Naik" titah sang pengendara dibalik helm full ficenya.
Reva menyerngit bingung dengan hidung merah dan mata sembab. Pengendara itu terkekeh melihatnya. "Gue Niko udah cepet naik" Tak ambil pusing Reva menuruti kemauan Niko.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reza dan Reva [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA:)] "REZAAAAAAAAA..... TUNGGUIN REVAAAA" "REZAAA.. BERENTIII.." "REZAAA DENGER NGGAK SIH.." "AELAH REZAAA TUNGGUINNN" "REZAAAAAAAAAA...." "Apa?" "Hosh..Hosh..Hosh.. Re hosh zha hosh bre hosh enthi.." ujar Reva ngos ngosa...