R&R.7

1.3K 112 0
                                    

Terlihat sekarang Reza,Dimas dan Niko sedang membolos pelajaran pak Ringgo tepatnya pelajaran seni. Kenapa mereka membolos?

1. Karena gurunya bermode senggol bacok alias tidak bisa diajak bercanda.
2. Tidakpunya bakat dibidang seni.
3. Malas belajar.

Bukankah lebih baik berteduh dan menikmati semilir  angin di atap sekolah? Merokok bebas tanpa mendengarkan celotehan sang guru? Itulah mereka, pecinta kebebasan, tapi kalau masalah cinta? Itu beda lagi.

Terdengar alunan lagu yang dinyanyikan Niko dengan gitarnya, Dimas yang sedang sibuk dengan benda hitam pipih ditangannya, dan Reza yang sedang merokok dengan tatapan kosong kedepan.

Biarkan ku menjaganya sampai berkerut dan putih rambutnya jadi saksi cintaku padanya

Tak main-main hatiku
Apapun rintangannya kuingin bersama dia

Kumau dia, tak mau yang lain
Hanya dia yang s'lalu ada kala susah dan senangku
Kumau dia, walau banyak perbedaan
Kuingin dia bahagia hanyalah denganku

Bukan aku memaksa, oh Tuhan
Tapi kucinta dia
Kumau dia, hanyalah dia, Tuhan
Kucinta dia..

"Bucin lo"ujar Reza yang diam-diam menghayati lagunya.

"Biarin lah. Memperjuangkan itu wajib dalam perasaan" ujarnya sok menasihati.

"Lelaki harusnya memperjuangkan bukannya diperjuangkan" lanjutnya lagi. Bahkan itu adalah kata-kata yang berupa sindiran bagi Reza.

Merasa tersindir Reza menoleh ke arah Niko dengan tatapan tajam dan datarnya. "Eits jangan marah dulu! Sumber: klup bucintapedia, tadi gue sempet buka-buka" elaknya.

Reza pun mendengus dan memilih menikmati rokoknya kembali.

"Semakin hari kita semakin tua ya" ujar Niko seraya menerawang kedepan.

"Kita? Lo aja kali" sahut Dimas.

"Diem ngapa ganggu suasana lo" ujarnya. Sedangkan yang diajak bicara sibuk berkutat dengan handphonnya kembali tanpa memperdulikan gerutu kesal dari Niko.

"Bangke" gerutu Niko.

"Percaya nggak sih kalo kita itu masih hidup di jaman dulu" lanjutnya dengan tatapan kedepan kembali.

Reza yang kurang mengerti maksud dari perkataan Niko pun menoleh dan berujar. "Maksudnya?"

"Gini deh. Lo bayangin suatu saat nanti lo udah jadi bapak bahkan kakek buat anak dan cucu lo. Mungkin lo bakal cerita ke mereka pas waktu masa SMA, SMP, SD, bahkan TK maupun PAUD dengan sebutan dulu kan? Maka dari itu gue bisa bilang kalo kita itu masih hidup dijaman dulu" ujarnya menerangkan.

Terlihat Reza yang mencermati kata demi kata dari ucapan Niko.

"Jadi, gue pengen buat cerita di jaman ini seindah mungkin biar bisa dikenang kalo udah tua nanti." lanjut Niko.

"Gimana kalo suatu saat nanti kita nggak bisa hidup damai dalam berkeluarga? Bisa jadi ayang-ayang keindahan dimana kita lagi bercerita dengan anak cucu nanti jadi hilang?" ujar Reza menimpali.

Niko menoleh dan tersenyum. "Maka dari itu bro, sebaiknya kita tuh harus pintar memilih pendamping hidup buat masa depan. Bukan hanya ngandelin tampang, body, harta, fisik. Justru menurut gue yang perlu di andelin itu kekuatan iman, setia, pekerja keras, apa adanya, dan sederhana. Bisa jadi kalo Reva itu kriteria yang kedua. Pertanyaannya menurut gue, kenapa lo nggak mau sama dia? Lo coba bayangin deh, dia tu nggak mau nyerah gitu ngadepin lo. Udah berapa kali dia nembak lo? Dan berapa kali juga lo nolak dia? Dan lo bahkan ga peduli sama perasaan dia saat dicuekin sama lo. Dan dia? Nggak pernah mau nyerah buat naklukin hati lo. The best sih menurut gue" ujarnya panjang lebar.

Reza yang menangkap kejanggalan dalam perkataan Niko pun memasang muka curuga. "Tunggu-tunggu kenapa lo sangkut pautin sama si Reva? Jangan-jangan lo suka ya sama dia" ujarnya menaruh curiga dengan mata sedikit menyipit.

"Hati mana ada yang ngerti" ujarnya diakhiri kekehan pelan.

Bagaikan rekaman suara, perkataan Niko masih terdengar ditelinganya. Benarkah selama ini Reva merasa tersakiti akan sikapnya? Apakah Reva sebenarnya yang terbaik? Apakah Reva akan menerima Niko saat dirinya terus menyakiti ? Mengapa rasanya sedikin mencleos saat memikirkannya. Ada apa ini?

"Heh lo pada lagi ngomongin apaan sih? Kalo ngomong tuh ngajak-ngajak napa" ucap Dimas tak mengerti dengan alur ceritanya.

"Dasar lonya aja dari tadi kaya culametan!"

"Lah kok gue?"

"Ya lo lah! Siapa suruh dari tadi Chattan mulu ama si Shila hah!"

"Ya nyelo dong gausah ngenggas. Mana bawa culametan lagi"

"Serah gue lah" ujar Niko lalu mengambil gitarnya kembali dan memainkannya dengan genjrengan keras.

"SIAMAH HIRUP TEH
CULAMETAN MET MET
CULAMETAN MET MET
CULAMETAN MET MET
CULAMETAN!

SIGANA TEH DIPETAAN DEUI TEH
EMBUNG SIA MAH

SIGANA MAH KALAU ADA MAKANAN DIMEJA MANGGA LEGLEG KUSIA!

TERORET! TERORET! TERORET! TERORET!

KALAU ADA MAKANAN DIMEJA MANGGA LEGLEG KUSIA!

TERORET! TERORET!" nyanyinya dengan nada tinggi dengan tempo cepat dan pastinya suaranya tak dimengerti oleh Reza maupun Dimas.

"Dia gila, nggak usah di temenin" ujar Reza pada Dimas.

***

Reza dan Reva [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang