R&R.9

1.2K 111 2
                                    

"Siapa yang telpon Za?" tanya Dimas.


"Diana" jawabnya singkat.

"Oh"

"Ngapain?" sekarang giliran Niko yang bertanya

"Ngajak keluar" Dimas dan Niko pun ber-oh ria. "Kemana?" tanya Niko lagi dan dibalas kedikan bahu cuek dari Reza.

Niko hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti "jam berapa?"

"Dasar lo monyetnya Dora! Udah kaya pak Jarwo aja lo tanya-tanya mulu, mau ngikut Reza lo?"ujar Dimas kesal sendiri dengan pertanyaan yang dilontarkan Niko sedangkan Niko hanya memutar bola matanya malas menanggapi ujaran dari Dimas.

"Ya santuy dong. Ngegas amat heran gue" ujarnya.

Mata pekat Reza menatap jam dinding diruangan tersebut menunjukkan jarum panjang yang berada di angka lima dan jarum pendek berada di angka enam lalu Reza menatap datar temannya itu. "Pulang sono" usirnya tiba-tiba.

"Ye ini nih yang gua kagak suka dari lo tuh ini nih dimana suatu ketika neng Diana ngajak ketemuan sama lo terus dengan sesuka jantung lo usir kita-kita yang sedang berbahagia atas cemilan dirumah mewah satu ini, itu nancep bung.. Ya gak Dim" ujarnya dramatis.

"Kagak" jawab Dimas enteng, Niko pun mendatarkan wajahnya sambil menatap malas temannya itu. Reza pun tertawa cekikikan atas kelakuan temannya yang menurutnya menghibur ini.

"Udah deh gak usah drama king gitu, katanya lo mau ngadain yasin tahlil dirumah. Lah terus gimana acaranya kalo lo sendiri belom ada persiapan, kong guannya juga belom dibeli kan. Nah, maka dari itu gue ngusir lu pada karena gue punya tujuan tertentu yaitu memberi tahu tentang agenda nanti malam di rumah kebesaran panglima Niko" ujarnya ngasal.

Niko pun tersadar akan tujuannya tadi sore menepuk jidatnya "Oh iya lupa gue, Dim pulang yuk! Sekalian anterin gue beli biskuit kong guan dulu yak!" ucapnya kepada Dimas.

"Hm" jawab dimas malas dan memungut semua barang-barang yang berceceran dimana-mana, begitu pula dengan Niko.

"Hati-hati biasanya dipertigaan depan sekarang banyak bancinya" ujar Reza menasihati.

"Kalo gue mah gak takut orang gue bawa pawangnya juga" ujar Dimas sambil melirik Niko. Lantas Niko yang sedang memakai jaket kulitnya berhenti sejenak.

"Jabingan" umpatnya kesal. Dimas dan Reza pun menertawakan ekspresi temannya satu ini dengan puas.

"Ngumpat-ngumpat aja bego pake dibalik-balik segala" ucap Reza menanggapi. Niko pun berdecak dan menggeleng-gelengkan kepalanya dan juga jari terunjuknya ia goyangkan didepan wajahnya.

"No no no no. Banyak anak dibawah umur yang baca ini cerita, nanti kalo pada ikut-ikutan mau jadi apa negara kita ini bre." ujarnya sok bijak.

"Kek lo kagak aja" sindir Dimas.

"Si alan"

"Pak ketu dong"

"Itu Alan bege"

***

Malam ini Reva sedang berada di pusat perbelanjaan umum ibu kota bersama kedua sahabatnya. Tepatnya saat ini sedang di toko pakaian entah sudah berapa lama dirinya memilah-milah jaket yang menurutnya pas saat dipakai oleh Reza. Tak lupa juga teman-temannya membantu memilih, tapi tetap saja tanggapan dari Reva bermacam-macam seperti, 'Itu kurang cowok!', 'jangan yang kuning warnanya!', 'itu terlalu mahal buat kantong Reva', 'kalo itu kebesaran buat dipake Reza'. Dan masih banyak lagi tanggapan lainnya atas pilihan teman-temannya.

Nampak wajah kusut Siska yang jengah terhadap semuanya, bibirnya ia manyunkan dan beberapa kali menghembuskan nafasnya kasar. "Re masih lama nggak sih, laper nih"

"Bentar Siska.. Ini lagi milih aduhh bantuin kek!" jawabnya tanpa melepas tatapan dari berbagai jaket yang menggantung didepannya.

"Dari tadi udah gue pilihin Reva.. Tapi kata lo nggak cocok semua! Mendingan nggak usah beli aja deh ribet amat" ujarnya terlampau jengah.

Reva yang mendengar itu menoleh dan berkacak pinggang sembari berdecak sebal "Ish Siska mah, nanti Reva traktir makan deh" putusnya kemudian.

"Beneran nih" ucap Siska lemas menanggapi.

"Iya, kapan sih Reva boong"

"Yaudah gue tungguin di kursi sana yah" lantas Siska berjalan menjauh menuju kursi depan toko sambil memainkan handphonenya.

Tiba-tiba datanglah Firda yang membawa dua jaket kulit dan dua hoodie ditangannya. "Gue dapet ini mungkin lo suka"

Reva menyipitkan matanya menelisik siap akan berkomentar,jari telunjuknya ia ketukkan di dagu sembari tangan kanannya ia gunakan untuk berkacak pinggang. "Yang hitam bagus juga" ujarnya menilai.

Mata Firda melebar "So?". Terlihat Reva berpikir sejenak "Reva ambil jaket sama hoodie yang hitam aja deh"putusnya kemudian.

Firda pun yang mendengar itu tersenyum puas, akhirmya perutnya bisa terisi. "Yaudah nih,cepet sana ke kasir"ujarnya seraya memberikan pakaiannya. Reva pun mengangguk dan berlalu pergi kekasir.

"Alhamdulillah bisa makan gue" gumam Firda.

***

Kini Reza dan Diana sedang duduk berhadapan diCaffe mall sembari menunggu pesanannya datang. Malam ini Reza tak memenuhi permintaan temannya untuk menghadiri yasin tahlil dirumahnya. Siapa sangka bahwa Niko benar-benar tidak bermain-main dalam berbicara, entah dengan Dimas yang akan ikut hadir dalam acaranya atau tidak,Reza tidak mengerti. Dirinya lebih memilih untuk berdua dengan Diana.

"Za, gue tuh siapa sih?"

Reza menoleh menatap Diana "Orang" jawabnya singkat. Diana berdecak sebal manusia disampingnya ini tidak peka dengan keadaan.

"Maksudnya status gue dalam hidup lo"

Reza menghela nafas pendek "Temen" singkatnya lalu membuang muka kearah lain. Hatinya memang sependapat dengan apa yang barusaja ia ucapkan tapi pikirannya berbanding terbalik dengan hatinya. Entalah rasanya ada yang mengganjal jika dirinya mengatakan bahwa ia suka dengan Diana, rasanya seperti takut menyakiti hati orang lain.

"Cuma temen, gak lebih?" tanya Diana memandang Reza dalam, sebenarnya Diana mengharapkan pengakuan Reza terhadap dirinya. Terlalu percaya diri. Memang, dengan melihat sikap Reza terhadap Diana pasti orang-orang mengira bahwa mereka pacaran jika bertemu. Tapi melihat kenyataannya? Itu tidak benar.

Reza menggeleng merespon pertanyaan dari Diana. Tak lama kemudian pesanan mereka datang. Suasana kembali normal seperti semula.

Merasa diperhatikan oleh seseorang, mata Reza mencari sesuatu yang membuat hatinya mengganjal. Matanya menemukan satu objek yang sedang menatapnya sendu. Reza kenal siapa dia!. Tak lama kemudian orang itu berlalu pergi.

Dia kenapa?- batin Reza bertanya.

***

Up lagi yeee...
Maaf soal part yang pendek.
Emang bisanya segini doang hehe..
See you:'

Reza dan Reva [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang