"Dia--"
"Izin! Iya izin! Katanya tadi izin ngga tau izin buat apaan, palingan nyamperin bokapnya yang di luar negeri dia mah suka gitu" sahut Dimas menyela ucapan Niko. Niko tersentak kaget ketika disela ucapannya.
Reva hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Reva mendesah kecewa padahal tadi sudah bangun lebih pagi dan berangkat lebih awal tapi ternyata Rezanya tidak berangkat huh! Tak apa mungkin kali ini dirinya belum beruntung, kembali ke prinsip semula tak ada kata menyerah sebelum perang.
"Oh gitu ya" Dimas mengangguk dan menyenggol lengan Niko pelan agar mengangguk. "Iya Re. Oh ya btw lo bawa apaan tuh?" tanya Dimas agar tak canggung.
Reva melirik kotak makanan yang ia bawa. Sampai lupa dia. Mungkin Reva bisa memberinya kesahabat Reza ini dari pada mubazir. "Oh ini. Itu tadinya Reva kesini mau ngasih bekal tapi Rezanya ngga berangkat jadi kalian ambil aja yah. Dari pada mubazir" ujar Reva dan memberikan kotak nasinya kepada Dimas.
"Wuihh.. Enak nih makasih ya Re"
"Iya sama-sama, Reva duluan yah"
Dimas mengangguk dan mengacungkan jempolnya sedangkan Niko "hati-hati ya Re" ujar Niko. Reva pun mengangguk.
Rasanya masih canggung setelah kejadian malam itu ketika Niko mengutarakan isi hatinya. Ah! Sudahlah biarlah itu berlalu.
Reva berjalan kearah kantin untuk menyusul teman-temannya yang mungkin sedang makan. Dan benar. Firda dan Siska sedang menyantap bakso mereka dengan lahap, Reva pun menghampirinya.
"Eh Re udah ketemu Rezanya?" tanya Siska. Reva menggeleng lemas.
"Ngga ketemu?"
"Rezanya ngga berangkat hari ini"
"Bolos mungkin" Reva menggeleng menanggapinya "Bukan bolos Fir, Reza ngga berangkat katanya izin. Tadi Dimas bilang palingan nyusul orang tuanya yang lagi di luar negeri"
Siska mengangguk mengerti. "Gampang yah jadi orang kaya. Mau kemana aja walaupun lagi sekolah mah bebas, yakan. Kalo gue yang kayak gitu, beh.. Pasti udah diajak keruang bk sama pak Marmut" Mereka yang mendengarnya pun terkekeh.
"Mahmud Sis bukan Marmut! Ada-ada aja, kalo pak Mahmud denger bisa dibawa ke bk beneran loh" ujar Reva mengoreksi dengan tawanya.
"Ya itu maksudnya. Lagian namanya juga mirip kan, Mahmud sama Marmut. Tapi sayangnya orangnya garang ngga kayak Marmut yang lembut, lucu, imut"
"Sebahagia lo deh Sis. Gue mah iya aja" ujar Firda yang membuat mereka semakin tertawa karena ke retjehan yang mereka buat.
"Lo tadi ke kelas Reza bawa apaan sih?" ujar Firda kepo.
GEBRAK
"Wah ada yang ngga beres nih. Sejak kapan lo jadi kepo gitu Fir?" ujar Siska sambil berdiri setelah menggebrak meja kantin tanpa memperdulikan tatapan siswa lain dan kuah bakso yang keluar dari mangkuknya.
"Gila lo kaget anjir" ujar Firda memegang dadanya. Reva tertawa memegangi perutnya melihat temannya yang saling ribut.
"Ya lagian elo. Sejak kapan sifat keingin tahuan lo jadi terlihat gini. Gue kan kaget jadinya biasanya juga diem"
"Bukannya seneng gue mulai peduli juga malah bikin jantungan gini" Reva masih dengan tawanya mendengarkan mereka beradu.
"Itu kenapa juga si Reva ketawa gitu?"
"Tau"
"Haduh.. Reva liat ekspresi Firda pas kaget sama gebrakan meja jadi ketawa puas, besok lagi ya Sis. Reva pengen liat muka Firda pas terkejot lagi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Reza dan Reva [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA:)] "REZAAAAAAAAA..... TUNGGUIN REVAAAA" "REZAAA.. BERENTIII.." "REZAAA DENGER NGGAK SIH.." "AELAH REZAAA TUNGGUINNN" "REZAAAAAAAAAA...." "Apa?" "Hosh..Hosh..Hosh.. Re hosh zha hosh bre hosh enthi.." ujar Reva ngos ngosa...