Irene.. Tulisan kecil yang tertera pada foto besar di hadapanku saat ini. Sosok wanita yang selalu membuat hidupku lebih berwarna waktu itu, kini sudah tiada di dunia ini. Ingatan mengenai kejadian penculikan yang melibatkanku dengannya selalu tergambar jelas di kepalaku setiap memandangi fotonya seperti ini. Meskipun aku tidak akan pernah bisa mengenali wajahnya karena penyakit yang ku derita, tapi semua kenangan bersamanya akan selalu ku ingat sampai kapan pun. Seandainya saja aku bisa menyelamatkannya dari kecelakaan itu, mungkin kami berdua sudah menikah dan hidup dengan bahagia sekarang.
"Tuan Kim.. Tamu anda sudah tiba" Suara seorang pekerja rumah menyadarkanku dari lamunan.
Aku menengok dan mendapati seorang wanita dan anaknya sudah berdiri tidak jauh dariku.
"Park Chorong.... Itu namamu, kan?"
"N-nde...."
Aku sudah mengambil keputusan untuk merekrutnya lagi karena kemampuannya dalam menghentikan tindakan kriminal tadi di tempat umum. Dan saat aku memberitahu maksudku menyuruhnya untuk datang ke sini, wanita ini jelas terkejut karena aku sempat memecatnya begitu saja pagi ini. Aku pun mengizinkannya menempati salah satu kamar di ruang paling belakang rumah ini bersama anaknya. Untuk Ibu tunggal sepertinya pasti sangat sulit membawa serta sang anak untuk datang ke Seoul tadi. Itu juga ku lakukan untuk membayar kesalahan padanya tadi pagi.
"Ahjussi..." Anak lelaki gemuk yang selalu berada di sebelah Ibunya itu mulai berbicara padaku.
"Terima kasih sudah berbuat baik pada kami berdua sejak kemarin""Kemarin?"
"Aku sudah melupakan urusan bolaku yang pecah kemarin. Jadi, terima kasih karena berbaik hati pada Ibuku sekarang"
Bola? Apa yang sudah dibicarakannya? Tapi, tunggu dulu....... Tidak mungkin.
"Kau.....anak kecil yang ku temui di Cheongju waktu itu?" Aku terkejut dengan kebetulan yang jarang terjadi padaku seperti ini. Bagaimana bisa aku bertemu kembali dengan mereka berdua dalam situasi yang berbeda?
"Tugasmu akan ku beritahu besok. Seragam yang harus kau kenakan juga sudah dibawa ke dalam kamarmu" Aku mencoba untuk menenangkan diri.
"N-nde, terima kasih, Tuan Kim"
Aku terdiam sebentar sambil memperhatikan mereka berdua terlebih dulu lalu mulai berjalan menjauh dari sana. Aku harus melupakan pertemuan kami waktu itu karena aku tidak ingin merasa bersalah untuk kedua kalinya pada mereka. Tapi kenapa aku masih bisa mengingat kemarahan wanita itu kemarin saat aku mencoba mengganti rugi bola milik anaknya? Aishh, lupakan hal itu, Suho. Dia akan menjadi pekerja baru mu mulai besok. Kau tidak boleh melibatkan kejadian itu lagi supaya tidak ada kecanggungan sedikitpun.
Setelah bertemu dengan mereka, aku langsung mengarah ke kamar dan beristirahat di sana sampai jam makan malam tiba. Aku harus mengatur banyak hal terkait kehadiran wanita bernama Kim Jisoo itu di kantor besok. Aku sama sekali tidak ingin menerimanya sebagai sekretarisku. Namun akhirnya aku melakukannya hanya untuk terhindar dari kedatangannya yang akan selalu membicarakan posisi kosong itu di perusahaan.
Ponselku berbunyi begitu aku membuka setelan jas yang masih ku kenakan sejak tadi. Nomor tidak dikenal tertera pada layar saat aku melihatnya. Ini bukan pertama kalinya aku menerima panggilan dari orang yang tidak ku kenal. Aku pun langsung menekan layar dan menempelkannya pada telinga tanpa membuka suara. Di ujung sana juga tidak terdengar apapun.
"Berhentilah menerorku, orang aneh. Apa kau sengaja membeli banyak nomor supaya bisa menghubungiku seperti ini setiap hari?"
"Ini nomorku, Direktur Kim" Kali ini suara wanita mulai terdengar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Protect Me If You Can
Fanfiction[COMPLETED] Nasib kehidupan yang berbeda rupanya bisa mempertemukan Park Chorong dan Kim Suho dalam situasi yang sama. Suho harus menyewa jasa pengawal pribadi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya sejak lama. Chorong yang direkrut olehnya...