Tidak ada manusia yang tidak takut akan kematian. Aku merupakan salah satunya dan itu sangat berpengaruh pada suasana hatiku setiap harinya. Aku bahkan hampir tidak ingat hari pertama tersadar di Rumah Sakit setelah terbaring tidak berdaya selama dua minggu lamanya waktu itu. Menurut keterangan perawat, aku selalu meminta untuk ditinggalkan sendiri di ruang rawat sampai membuatku berdebat hebat dengan kekasihku sendiri dalam waktu yang lama. Bahkan aku sering berakhir pingsan karena kondisiku yang memang masih lemah dan membutuhkan istirahat lebih banyak lagi. Namun Seiring berjalannya waktu, kesabaran pria itu bisa terbukti dan rasa bersalahku perlahan muncul dengan sendirinya.
"Eomma, biar aku yang membantumu..." Seperti biasanya, Jonghyun membantuku untuk meminum air dari gelas di depanku.
Setelah keluar dari Rumah Sakit beberapa hari yang lalu, kondisi tubuhku perlahan membaik. Namun tidak dengan kedua tanganku yang belum bisa ku gunakan. Setiap memegang benda apapun, pergelangan hingga bahuku terasa sangat sakit dan dokter menyarankan ku untuk tidak mengepal atau pun menggunakannya lagi selama proses pemulihan masih berlangsung.
"Cepatlah. Kau akan telat berangkat ke sekolah nanti"
Anakku menurut saat pria pemilik rumah masuk ke dalam ruang makan dengan pakaian santainya.
"Kau tidak boleh meminta Ahjussi sopir untuk mempercepat laju kendaraan lagi atau kau akan mendapatkan hukumannya saat pulang nanti, apa kau mengerti?" Pria itu kembali berbicara.
"Nde. Aku berangkat sekarang, Eomma...."
Aku hanya bisa tersenyum sambil memperhatikannya beranjak dari ruangan ini. Kedekatan mereka berdua selalu bisa terlihat di kedua mataku seperti tadi. Entah sejak kapan mereka bisa saling berkomunikasi dengan baik, tapi aku tidak terlalu merasa penasaran dengan hal itu.
"Kau belum menghabiskan sarapanmu" Dia mulai duduk di sebelahku setelah menyeduh teh nya sendiri.
Aku hanya bisa terdiam menatap mangkuk berisi nasi yang masih ada di hadapanku.
"Apa kau masih merasa lapar?"
Aku melihat ke arahnya sebentar.
"Tidak""Arasseo.." Dia langsung membawanya ke tempat pencucian piring sebelum duduk di sebelahku lagi.
"Pihak kepolisian kembali memintaku untuk datang ke sana nanti siang. Mereka juga menemukan bukti baru mengenai tempat para pelaku itu bersembunyi selama satu bulan ini"
Aku kembali terdiam mendengarkan.
"Apa kau ingin ikut denganku ke sana siang nanti?"
Kepalaku menggeleng untuk menjawabnya.
"Arasseo. Kau masih memerlukan banyak istirahat. Aku akan menyelesaikan pertemuan dengan cepat supaya bisa menjagamu lagi di sini"
Aku benar-benar merasa tidak pantas untuknya selama dia menunjukkan perhatiannya seperti itu. Bagaimana bisa pria ini tidak pernah meninggalkanku sendirian setelah kejadian waktu itu? Aku bahkan pernah menyampaikan permintaan terakhirku lagi padanya namun dia malah mengabaikannya dan membahas hal lain mengenai pekerjaan yang tidak ku mengerti. Hubunganku dengannya sekarang terasa tumpang tindih. Aku belum pernah memberikan perhatian sebesar dirinya. Dan dia sepertinya tidak mengizinkanku untuk melakukannya karena dia selalu ingin menunjukkan perasaannya yang lebih padaku.
Tanpa sadar, mulutku mengeluarkan suara decakan dengan sendirinya karena tidak sengaja menggerakkan tanganku di atas pangkuan.
"Wae? Apa ada yang terasa sakit?"
Dengan cepat, aku kembali menggelengkan kepala padanya. Dia kemudian memegang pelan lenganku dan menelitinya dalam diam.
"Ada sedikit luka lebam di sini. Aku akan menanyakannya pada dokter nanti"
KAMU SEDANG MEMBACA
Protect Me If You Can
Fanfiction[COMPLETED] Nasib kehidupan yang berbeda rupanya bisa mempertemukan Park Chorong dan Kim Suho dalam situasi yang sama. Suho harus menyewa jasa pengawal pribadi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya sejak lama. Chorong yang direkrut olehnya...