50. Suho

360 23 21
                                        

"Nde?" Ku pikir aku salah mendengar ucapan darinya tadi. 

"A-aku ingin mengajakmu untuk tidur bersama malam ini"

Rupanya pendengaranku masih berfungsi dengan normal saat dia mengulang kalimatnya lagi. 

"Wae?"

"Wa-waktu itu aku sempat menolak, tapi kurasa tidak ada salahnya untuk tidur tanpa melakukan apapun di tempat tidur yang sama, benar kan?"

Setiap dia berbicara, aku bisa melihat betapa imutnya dia menyampaikan hal itu sejak tadi. Aku harus menahan diriku untuk memeluknya dengan erat karena kondisi kedua tangannya yang masih memerlukan proses penyembuhan. 

"Biar ku beritahu Sohee dan Jonghyun terlebih dulu. Mereka bisa tidur di kamarku bersama" Aku mulai berjalan keluar dan meninggalkannya sendiri. Entah kenapa degup jantungku berdetak sangat cepat saat ini. 

Setelah berusaha menenangkan diriku sendiri, aku melangkah kembali menuju salah satu kamar lain yang tidak jauh dari tempat ku keluar tadi. 

"Mwoya? Bagaimana bisa kalian tertidur di lantai?" Kedua anak itu sudah menutup kedua matanya masing-masing dan sangat terlelap sampai tidak terganggu dengan kehadiranku. 

Aku meminta bantuan pada salah satu pekerja untuk membawa keduanya ke atas tempat tidur sementara aku merapihkan beberapa buku serta alat tulis yang berserakan di sekitar. Tanganku berhenti menutup sebuah buku tulis saat melihat adanya goresan tinta pulpen yang menunjukkan banyak kata tertuang di sana. 

Liburan pertama bersama Ibuku

Dari gaya menulisnya saja aku bisa menebak kalau buku ini milik Sohee. Sambil memperhatikan pekerja lain membereskan barang-barang yang masih tersisa di lantai, kedua mataku perlahan membaca tulisan tangan dari anak itu. 

Aku ingin pergi berlibur lagi dengan Ibuku karena itu terasa sangat menyenangkan. 

Senyumku perlahan terangkat dengan sendirinya. Sohee menguraikan kegiatannya bersama dengan wanita itu saat kami mengunjungi taman bermain untuk pertama kalinya. Aku merasa senang karena tidak salah dalam memilih calon istri untuk menjadi pendamping hidupku nanti. Meskipun hasutan dari beberapa rekan bisnisku tadi sempat membuatku memikirkannya sejenak, namun keputusanku tidak dapat diganggu lagi oleh siapapun. Aku akan menikahinya dan tetap melanjutkan pekerjaanku di perusahaan secara perlahan. 

"Tuan Kim, apa ada lagi yang perlu ku bereskan?"

Ucapan seorang pekerja membuatku harus mengecek bagian dalam kamar ini. 

"Tidak. Terima kasih"

Dia langsung beranjak keluar setelah mendengar jawabanku. Aku berjalan menuju tas Sohee berada dan memasukkan buku tulisnya di sana. Kedua anak ini mungkin merasa lelah dengan kegiatan belajar yang berlangsung lebih lama dari hari-hari sebelumnya. Namun aku akan menghilangkan rasa lelah mereka dengan hadiah yang ku berikan nanti. 

Ahh, benar.... Aku hampir lupa dengan kekasihku yang masih ada di kamar tadi dengan posisi pintu yang tertutup rapat. Aku langsung menuju ke sana dan membiarkan kedua anak itu melanjutkan mimpi indahnya dengan tenang. 

"Maaf, apa aku membuatmu menunggu terlalu lama?"

Dia sudah duduk di pinggir tempat tidur. 
"Tidak"

"Apa kau tidak akan mengganti pakaianmu?"

"N-nde.... Ta-tapi aku tidak bisa melakukannya sendiri"

Biasanya dia dibantu oleh pekerja wanita yang selalu bersedia melakukannya selagi tangannya masih belum bisa digunakan. 

"Apa kau ingin membantuku?" Pertanyaannya selalu berhasil mengejutkanku. 

Protect Me If You CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang