Tissue toilet ku tarik beberapa kali untuk mengusap air mataku yang belum berhenti mengalir sejak tadi. Aku tidak bisa menangis dengan kencang karena mendengar suara beberapa wanita dari arah luar. Dadaku terasa sesak dengan menangis secara diam-diam seperti ini. Aku tidak tahu darimana mendapatkan keberanian untuk mengungkap semuanya pada pria itu. Sebenarnya aku sama sekali tidak ingin melakukannya, tapi entah kenapa kalimat-kalimat pengakuan itu mengalir begitu saja dari mulutku.
"Aishh, bagaimana ini?"
Aku menghabiskan seluruh tissue di sana dan masih mencoba untuk menenangkan diriku sendiri. Tapi yang muncul malah isak tangis yang mungkin saja terdengar oleh pengguna toilet di sini.
Pintu di depanku terketuk dari luar.
"Apa ada orang? Aku ingin menggunakannya sekarang"
Aku terburu-buru menghapus air mata dan merapihkan pakaianku kembali. Lalu closet juga ku tekan tombol siram di sana sebelum membuka pintu itu.
"Ma-maaf, tapi tissue di sini habis"
Wajah wanita di hadapanku menunjukkan rasa kesalnya. Dia pun membuka pintu kloset lain yang sudah kosong dan masuk ke sana sekarang.
Dengan masih mengatur nafasku sendiri, aku berjalan ke arah wastafel yang terdapat cermin di sana.
"Apa yang terjadi padamu?"
Aku menengok dan mendapati sekretaris direktur sedang merapihkan make up di sebelahku.
"Nde? Ti-tidak ada apa-apa"
"Kau masuk ke sini dengan menangis tadi. Apa Direktur memarahimu?"
Tanganku berhenti di tengah aliran air saat mendengar kalimatnya. Apa dia melihatku? Kenapa aku tidak menyadari kehadirannya?
"Apa kau sempat membuat masalah?" Dia bertanya lagi namun sekarang melihat ke arahku dari bayangan cermin.
"Ti-tidak. A-aku hanya mempunyai masalah dengan kedua orangtuaku yang sempat meneleponku tadi"
"Benarkah? Ku pikir kau menangis karena omelan dari Direktur. Tapi sepertinya dia tidak akan pernah melakukannya padamu, benar kan?"
"Nde?"
"Aku tidak pernah melihat dia meninggikan volume suaranya padamu. Berbeda sekali dariku yang tidak pernah bisa berada di ruangannya dalam waktu lama. Bahkan dia menghentikanku lebih dulu saat ingin membicarakan hal-hal di luar pekerjaan"
Aku terdiam untuk menyelesaikan kegiatan mencuci tanganku.
"Mungkin Direktur Kim menyukaimu"
Aku sontak melihat ke arahnya yang sedang menggunakan lipstik warna cerahnya.
"Waeyeo? Seharusnya kau yang lebih tahu daripadaku. Kau menghabiskan waktu lebih lama dengannya" Dia menangkap arah pandangku padanya.
"Ti-tidak. Direktur Kim tidak mungkin menyukaiku. Kami hanya sebatas Direktur dan pengawal pribadi saja"
"Apa kau tidak bisa membaca situasi dengan baik?"
"Nde?"
Dia memasukkan peralatan make-up nya sebelum menengok ke arahku.
"Park Chorong'ssi, apa kau tahu kalau selama kau di rawat di Rumah Sakit kemarin, Direktur Kim tidak pernah datang ke kantor sama sekali?"
Aku tidak tahu sepenuhnya mengenai hal itu, tapi Direktur hanya pernah memberitahu mengenai pekerjaannya yang di alihkan pada wanita ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Protect Me If You Can
Fanfiction[COMPLETED] Nasib kehidupan yang berbeda rupanya bisa mempertemukan Park Chorong dan Kim Suho dalam situasi yang sama. Suho harus menyewa jasa pengawal pribadi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya sejak lama. Chorong yang direkrut olehnya...