16. Suho

142 19 0
                                    

--Malam hari--

Keterangan dengan mainan yang di sampaikan anak dari pengawal wanitaku selalu terngiang di kepalaku sejak di kantor tadi. Aku pun langsung menuju ke salah satu ruangan tempat penyimpanan barang-barang yang ada di rumahku. Sepertinya tempat ini sudah lama sekali tidak ku masuki setelah menyuruh para pekerja tuntuk tidak mendekatinya lagi. Kebanyakan di sana terdapat barang-barang peninggalan mendiang kedua orangtua serta kekasihku. Banyak pajangan foto besar yang tergeletak di lantai tanpa pernah ku rapihkan lagi. Dari pintu masuk, aku bisa melihat adanya mainan-mainan besar yang di dominasi dengan warna merah muda berada di ujung ruangan. 

Aku sempat terbatuk-batuk kecil saat melangkah ke sana karena debu yang bertebaran di sekitar ruangan. Penerangan yang minim juga menyulitkanku untuk meraih benda yang ingin ku bawa keluar itu. Setelah berjuang dengan mengenai sarang laba-laba di bagian lengan beberapa kali tadi, akhirnya aku tiba di depan tumpukan mainan itu. 

"Kenapa dia tidak membuangnya sama sekali?"

Aku pun membawanya keluar namun hanya beberapa saja karena mainan itu jumlahnya lebih banyak dari yang ku ingat. Aku menempatkannya dalam kardus kosong dan segera keluar dari sana. 

"Tuan Kim...." Salah satu pekerja pria melihatku. 

"Nde"

"Apa yang kau lakukan di dalam sana?"

"Tidak ada" Sepertinya dia pekerja baru yang tidak tahu mengenai keberadaan ruangan ini. Aku pun langsung mengunci rapat pintu dan segera menjauh dari sana. 

Saat sedang berjalan menuju kamarku, terdengar suara orang bernyanyi dari area samping rumah. Karena merasa penasaran, aku pun langsung ke sana sambil masih membawa kardus di kedua tanganku. Pintu samping berhasil ku buka pelan dan aku melihat punggung seorang anak lelaki gemuk tidak jauh di depanku. Sambil menatap lahan rumput di sana, dia kembali mengeluarkan suara emasnya tanpa henti. 

"Apa yang kau lakukan di sini?"

Anak itu terkejut saat melihat kehadiranku. 
"A-aku hanya........"

"Kau benar-benar bisa bernyanyi rupanya" Aku mulai duduk di bangku yang ada di sana. 

"N-nde. Apa kau mendengarnya, Ahjussi?"

"Suaramu sangat kencang sampai menembus area dalam rumah"

"Benarkah?" Dia mulai memperhatikan sekitarnya dengan waspada. 

"Apa kau sedang mempersiapkan diri untuk kompetisi besok?"

"Nde.. Aku tidak bisa berlatih di kamar karena Eomma sudah tertidur. Dia akan memarahiku kalau aku mengganggumu dengan suaraku tadi"

"Aku tidak merasa terganggu. Lanjutkan lah kegiatan bernyanyimu itu"

"Nde?"

"Kau sepertinya mempunyai bakat yang bagus" Aku bangkit berdiri dan hendak kembali ke arah pintu masuk. 

"Eoh? Kenapa kau membawa mainan itu, Ahjussi?" Pertanyaan itu menghentikan langkahku. 

"Aku ingin membuangnya"

"Waeyeo? Mainan itu masih terlihat bagus"

"Apa kau menginginkannya?"

"Tidak. Itu mainan untuk anak perempuan"

"Maka dari itu aku akan membuangnya. Tidak akan ada yang menggunakannya di sini" Setelahnya aku melanjutkan langkahku lagi sampai sudah berada di dalam rumah. 

"Kenapa aku sempat membelinya waktu itu?" Ucapku pelan sambil berjalan menuju kamar. 

Ponselku berbunyi saat baru saja ingin mengganti pakaian. Aku menjawabnya lebih dulu karena mungkin sesuatu yang sangat penting. 

Protect Me If You CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang