43. Chorong

149 20 1
                                        

Menjalin hubungan dengan seorang Direktur sebuah perusahaan besar merupakan keberuntungan bagiku. Jonghyun sudah kembali bersekolah di Seoul dan selalu berangkat bersama dengan Sohee menggunakan bus umum. Direktur sendiri yang mengurus kepindahannya sampai membuat kedua orangtuaku bingung saat kami datang ke Cheongju untuk mengambil beberapa pakaian lagi yang belum sempat terbawa waktu itu. Aku sangat berterima kasih pada kekasihku itu atas perhatiannya. Jonghyun tidak merasa curiga sama sekali karena kami berdua selalu bersikap biasa di depannya. Tapi mungkin dia akan mulai merasakan sebuah kejanggalan karena tidak mendapatiku di kamar setelah dia tertidur pulas. 

"Apa terasa aneh?" Aku sekarang sedang duduk di meja makan bersama sang pemilik rumah. Hanya ada kami berdua saja di sana dengan beberapa piring berisi makanan di hadapan masing-masing. 

"Kenapa rasanya seperti ini?" Pria itu kembali mengaduk sup yang ada di mangkuknya sebelum mencicipinya lagi. Aku dengan sabar menunggu respon darinya. 

"Bagaimana?"

Dia menaruh sendok lalu menyilangkan kedua tangannya di depan. Pandangannya tertuju pada sup itu lalu melihat ke arahku. Ekspresinya benar-benar sulit untuk ditebak. Tapi tiba-tiba dia tersenyum sambil menganggukkan kepalanya pelan. 

"Rasanya seperti sup rumput laut buatan mendiang Ibuku"

"Benarkah?" Ucapannya membuatku merasa senang dan sedih dalam waktu yang bersamaan. 

"Eoh. Aku bisa menghabiskan satu panci itu sekarang" Dia kembali menyuapkan supnya ke dalam mulut dan sekarang terlihat lebih lahap dari sebelumnya. Aku membiarkannya seperti itu. 
"Kenapa kau tidak makan?"

"Aku membuatkannya hanya untukmu karena hari ini adalah hari ulang tahunmu"

"Apa kau sudah makan lebih dulu?"

"Nde. Para Ahjumma menawarkanku makan malam sambil menunggumu pulang tadi"

Dia hanya menganggukkan kepalanya pelan sambil memakan lagi masakan buatanku. 

"Sudah lama sekali aku tidak merasakan seperti ini"

"Nde?" Aku sempat mendengar ucapan pelannya. 

"Kau wanita kedua setelah Ibuku yang ingat hari ulang tahunku" Dia bisa tersenyum sambil melihatku sekarang. 

"Bagaimana dengan mendiang kekasihmu? Apa kalian tidak pernah merayakan apapun bersama?"

Pertanyaanku berhasil memperlambat cara makannya. Dia kembali menatapku setelah berusaha menelan sup di mulutnya. 

"Aku tidak tahu... Setelah mendengar pengakuan dari Kim Jisoo, entah kenapa kenangan bersama Irene seakan menghilang dari pikiranku. Aku bahkan tidak tahu apa waktu itu aku sedang bersama Irene atau Jisoo"

Dia sudah tahu kalau kedua wanita itu merupakan saudara kembar. Aku mulai merasa bersalah karena sudah menanyakan masa lalunya seperti itu. Gelas berisi air ku taruh di depannya karena dia belum meminumnya sejak tadi. 

"Tapi sekarang, aku akan membuat banyak kenangan baru bersamamu" 

Ucapannya selalu bisa membuatku gugup. Terlebih dengan senyuman kecil yang di tunjukkannya padaku. Dia mulai memegang tanganku yang ada di atas meja dan mulai melebarkan senyumnya sampai hampir menghilangkan kedua matanya itu. Aku tidak bisa untuk tidak ikut tersenyum juga ke arahnya. Di saat seperti ini, aku bisa mengabaikan beberapa pekerja rumah yang berlalu lalang di depan ruang makan sambil memperhatikan kami berdua. Mereka sudah mengetahui hubungan kami ini dan selalu menyembunyikannya dari kedua anak yang sudah tertidur di kamar masing-masing. 

"Apa kau ingin melakukan sesuatu denganku setelah ini?" Pria di depanku memulai pembicaraan lagi setelah menyelesaikan kegiatan makannya. 

"Nde? Sesuatu apa yang kau maksud itu?"

Protect Me If You CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang