Friendzone?

999 112 88
                                    

"Katanya mau ada temu clien lagi. Kok, motornya di masukin?" Maeda mengintrogasi, saat Nizar berlalu begitu saja dan membuka pintu ruang tamu mbak Inayah (Pemilik kos).

"Mungkin besok saja, Mae. Aku mendadak ngantuk." Pria itu menjawab sambil menguap, setelah itu tubuhnya benar-benar tak terlihat lagi.

"Udah, minta kejelasan saja. Jangan mau dibonceng sana sini, jangan mau jadi teman curhatnya kalau ujung-ujungnya hanya teman."

Maeda belum beranjak dari parkiran kos, ada lagi cuitan yang membuat kepalanya makin mendidih. Kompleks kampus berbasis islam, ternyata tak menjanjikan salah satu warganya untuk berakhlak yang baik. Termasuk wanita tanpa hijab, yang sedang berdiskusi dengan tiga teman laki-lakinya di teras kos-kosan.

"Aku dan Nizar hanya teman, nggak perlu nyebarin gosip baru deh." Respon Maeda malas sambil meletakkan sepatu di rak umum.

"Nyebarin? Gosip?" Zakiyah namanya, mahasiswi semester awal pascasarjana itu, mendadak mengibaskan rambutnya seperti hendak melakukan aksi hiburan di panggung.

"Mae, itu bukan gosip. Kedekatan kamu dan Nizar yang tidak wajar, sudah menjadi buah bibir satu kos-kosan. Bahkan Mbak Inayah saja, sepertinya sudah tahu."

Rupanya kalimat tadi masih belum selesai, disaat Maeda sudah mendorong pintu utama menuju kamarnya.

"Mending nggak perlu diomongin lagi, Zak. Aku dan Nizar hanya teman kok, dan sifatnya wajar." Suara Maeda menggema, di sepanjang lorong yang sepi.

***
Tepung Kedelai

Besok bisa kan, nmenin aq bwat ktemu clien??

Mata Maeda mendelik sempurna, saat langit-langit kamar telah menyambutnya. Menengok notifikasi HP baginya sudah menjadi kebutuhan nomer wahid. Apalagi pemberitahuan itu muncul dari laki-laki yang tengah duduk di kusenan jendela, seberang kamarnya. Melambaikan tangan kearahnya dan tersenyum.

"Kenapa harus melewati pesan segala, kalau kita bisa ngobrol seperti ini?" Hati Maeda tentu senang bukan main. Disana, mungkin kembang api sedang meledak-ledak bersama seruan terompet seperti akan menyambut tahun baru.

"Omongan Mbak Zakiyah jangan dipikirkan. Satu kos memang sedang mengisukan kita lebih dari sekedar teman." Nizar menarik resleting jaketnya. Angin malam di tengah musim kemarau saat ini, sering berhembus sejuk.

"Kita lanjut di chat saja. Sebaiknya kamu tutup itu jendela. Laki-laki tidak sepantasnya masuk ke zona perempuan. Apalagi kamu jebolan pesantren." Tutur Maeda, lalu menutup jendela yang langganan terbuka berhari-hari di musim kemarau ini.

Pisang Ijo

Bsok jm berapa? Biar aq bisa menyesuaikan dgn jdwal kuliahku.

Dalam menit yang sama, chat itu sudah tertanda dua centang warna biru.

Tepung kedelai
Aq nurut sama kamu saja, Mae si Pisang Ijo.

Mnding habis kamu kuliah saja deh. Aq tunggu kamu, di fakultas ekonomi

Pisang Ijo
Fakultas ekonomi? Jauh amat! Apa gak mending di depan fakultasku. Gazebo ada, tmpatnya juga teduh.

Sebening Cinta Maeda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang