Yanis berulang kali mengedipkan mata pada Arok. Seniornya itu melempar kode dengan ekspresi gelisah. Takut rencananya gagal. Selanjutnya, Yanis mengangkat tangan, membentuk kepalan semangat.
"Apa nggak sulit tampil dari sini?" Tanya Maeda, namun tidak ada tanggapan dari yang ditanya.
Arok menggamit tangan Hani, menuruni anak tangga dan membawanya pergi.
"Yan, emang ada gitu pengiring catwalk model dari kursi penonton?" Maeda heran saja, karena baru pertama kali ini menyaksikannya.
"Ada. Banyak kok, di event-event luar negeri." Sebelum menjawab, Yanis mendongakkan mata, barangkali di atap gedung ada jawaban, dan rupanya memang ada.
Maeda hanya manggut-manggut. Jawaban itu tidak begitu penting, asal Arok sudah membuat Hani tenang.
"Sebegitu cintanya ya Han, kamu dengan Mas Arok. Aku lihat lagi, dia emang ganteng, menawan, apalagi dengan setelan itu. Kenapa 11 12 mirip andi arsyil?"
Host acara tersebut yang tak kalah cetar, kembali memasuki stage dengan suara fenomenalnya. Benar, Shoutun Band yang digawangi anak fakultas saintek, nampak bersiap dari panggung sisi kanan. Sedangkan sang vokalist sudah menebar senyum percaya diri kepada penonton.
"Hadirin semua, kita sambut seluruh peserta event hijab dan model 2020 fakultas ekonomi ...." Layaknya penyambutan miss indonesia, host acara tersebut benar-benar luar biasa.
Satu demi satu, wanita-wanita cantik yang mengikuti event tersebut melenggang dengan sangat anggun. Memasang senyum, menampakkan wajah paling semringah seperti bintang di malam itu.
Yanis dan Fardah sibuk menunjuk jagoan mereka. Sedangkan Maeda hanya diam, melihat bagaimana Arok memegangi mikrofon sambil memetik gitar.
Lagu deen assalam milik sabyan versi Shoutun Band, sedikit manly.
Aransementnya bagus dan apik. Mungkin semalam, saat Mas Arok dicari Hani, dia sibuk mengemasnya hingga terlahir seperti saat ini.
"Satu buah lagu, kalau tadi spesial untuk khumairah-khimairah until jannah. Melamarmu dari badai romantic, sekaligus menjadi lagu kedua kami." Ini suara Arok, bukan milik fiersa besari, kaum wanita sudah menyuarainya sambil berteriak histeris.
"Astaghfirullah. Apa Mas Arok nggak sedang salah pilih lagu? Ini bukan acara cari jodoh." Maeda tergelak, begitu seluruh penonton mengangkat tangan seperti konser sungguhan.
"Enggak. Buat apa, salah lagu. Dia memang sedang melamar salah satu wanita yang ada disini kok." Yanis merespon, kemudian mengikuti gerakan melambaikan tangan seperti yang lain.
"Siapa? Kok aku nggak tau."
"Adalah. Buat apa ngasih tau kamu, yang jelas bukan kamu, Mae. Salah sendiri, Mas Arok ngode berkali-kali, kamu selalu nggak mau." Yanis sengaja membuat Maeda kesal. Padahal, jawaban yang sesungguhnya bukan itu.
Ini bukan bagian dari rencananya bersama Arok. Tetapi Maeda, justru meninggalkan tempat dan turun dari kursi tribun VIP. Sangat sesuai dengan yang diharapkan dua laki-laki yang sekarang saling menatap.
Menginjak refrain, langkah kaki Maeda dan Arok seperti sedang membuat pertemuan. Kian dekat dan terarah. Penonton pun sampai dibuat bingung, dengan langkah kaki vokalis shoutun band. Dia sedang berada di tribun bawah. Siapa yang sedang dia hampiri?
Apalagi musik mendadak berhenti sejenak. Sepatu Maeda tidak ikut berhenti, melainkan langkahnya semakin dekat saja menuju Arok. Maeda sudah memahami, atau Tuhan sedang berkehendak, tangan itu digamitnya dan ditarik menuju panggung berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebening Cinta Maeda [END]
Teen Fiction#Rank-1 In Islamic Story (23 April- 12 Mei 2020) #Rank-2 Islamic Story (30 Maret - 07 April 2021) "Menikahlah denganku, Maeda." Tenggorokan Maeda seperti disumpal satu ton batu, hingga ia kesulitan meneguk ludah. "Ku ulangi sekali lagi. Menikahlah d...