Nizar mengeluarkan blocknote dari laci. Padahal seusai shalat shubuh, pembiasaan dia ialah kembali tidur. Gitaris Band Accustic islami anyaran, yang digawanginya bersama Maira, seminggu ke depan bakal menjumpai kesibukan.
Semalam, ialah kali kedua Nizar menunjukkan kebolehannya dengan memetik dawai. Serta semalam merupakan waktu ter- mustajabah dalam hidupnya, karena boleh dibilang, mulai sekarang rezeki yang ia gadang-gadang akhirnya mampu ia kecap hasilnya.
Sebagai selebrasi sederhana, Nizar mengunggah foto bersama hijabers top kampus di sosial media facebook, dan hasilnya banjir komentar.
Kenapa Maira baru sekarang foto dengan laki-laki setampan dia. Namanya siapa nih?
Zar, sejak kapan kamu berhasil naklukin bidadari secantik dia.
Kalian serasi. Perfect couple. Aku suka.
Semalam, seusai berfoto, Nizar cepat-cepat mengunggahnya. Selain hampir tiga bulan dia tidak menapak di aplikasi berlogo F itu, dia juga ingin menunjukkan kepada teman-temannya yang sering meragukan profesinya.
Nizar ingin bangkit, Nizar ingin berkemas dari cerita kelam yang kurang berkenan di hatinya. Tetapi Nizar, kembali terngiang senyum Maeda saat blocknote itu ditaruh di meja.
"Tepung Kedelai, kapan kita foto bersama? Sekarang yuk. Mumpung tampilanku sedang on." Saat itu, Maeda dan Nizar pergi ke lapangan kodam brawijaya untuk menghabiskan malam yang katanya kurang menarik.
"Akunya Mae, yang nggak on. Udah keringetan, bau asem lagi." Arok memarkir motor, kemudian memimpin jalan ke jajaran lapak makanan.
"Kamu keringetan, kamu yang bau asem. Tetap ganteng kok, Nizar. Beneran." Maeda yang saat itu masih belum mengerti Nizar yang bagaimana. Masih memahami kalau pria itu sedang kesepian dengan status jomblonya.
Maeda tidak mengindahkan larangan Nizar agar tidak mengambil foto, tetapi wanita itu sudah menempatkan ponsel dengan kamera depannya.
"Astaghfirullah Mae. Dosa, foto nggak bilang-bilang."
Tidak ada cahaya blitz, tidak ada suara kamera, Nizar memaki Maeda yang sudah menekan tombol tangkap kamera. Disitu, di galeri, terlihat bibir Nizar yang terbuka dengan ekspresi kurang tepat.
"Mana HP kamu. Ini foto nggak berkualitas." Nizar merebut ponsel Maeda dan foto itu berhasil dihapusnya.
"Kapan-kapan? Justru aku yang akan tanya kapan lagi kamu akan bersedia foto dengan aku." Maeda merengek, tetapi Nizar tidak peduli dan meninggalkannya.
"Maafin aku, Mae. Ternyata seperti itu perlakuanku ke kamu. Egois kah? Kurasa lebih dari yang namanya egois. Kamu masih sabar aja, ngadepin aku." Nizar tetap di tempat semula. Di kamarnya, melihati foto yang ia posting semalam bersama Maira.
Tidak lama, muncul notifikasi dari gadis yang berpose dengannya dengan senyum menawan itu.
Foto yang sama dengan caption berbeda.
With My Lovely, My Teamwork, and My Everything.Nizar mendelik dan seketika tergelak. Dia memang buta bahasa inggris, tetapi kalimat Maira yang cukup murahan itu, tanpa dilafalkan, hanya sebatas dengan lirikan, Nizar sudah memahami artinya.
"Kenapa, aku dulu bisa ngejar cinta dia mati-matian? Maeda udah nggak ada, giliran aku yang merasa kehilangan dia. Ya Allah, Astaghfirullahal adzim. Salah hamba apa?" Nizar kembali melihat foto mereka di profil Maira yang sudah mendapat like lebih dari 500 orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebening Cinta Maeda [END]
Teen Fiction#Rank-1 In Islamic Story (23 April- 12 Mei 2020) #Rank-2 Islamic Story (30 Maret - 07 April 2021) "Menikahlah denganku, Maeda." Tenggorokan Maeda seperti disumpal satu ton batu, hingga ia kesulitan meneguk ludah. "Ku ulangi sekali lagi. Menikahlah d...