Nizar teman duet Maira, Maira kenalan Hani, Hani menyukai Mas Arok, Mas Arok seniorku yang sekarang kembali dekat dengan aku, dan aku yang berusaha melupakan Nizar.
"Pentagon, segi lima." Ucap Maeda lirih, begitu Nizar dan Arok saling melempar senyum ke arah dia dan kerumunannya.
"Mas Arok, kok telat sih datangnya. Nih, aku udah panggil Mbak Mae, buat jemput. Kasihan kan, dia." Hani mengeluarkan perlakuan manja, layaknya seorang Adik.
"Nggak masalah. Biar aku saja yang antar kamu pulang. Memangnya kamu bawa helm dobel, Mae?" Arok menanyai wanita yang berdirinya cukup berjarak dari mereka.
"Nggak Mas. Aku hanya bawa satu. Buat aku sendiri." Bagaimana tidak kalem suaranya, Pentagon seperti yang dipikirkan, membuat Maeda kembali jadi wanita pemikir.
Berurutan, Nizar yang berdiri di samping Maira, dan Hani yang berdiri di samping Arok. Maeda sendiri?
"Tuh kan, kasihan Mbak Maeda, Mas. Udah capek-capek dari gedung saintek, buat nyamperin aku kesini." Hani membela Maeda yang justru enggan meladeni.
"Aku kan udah bilang ke kamu buat nunggu, karena antrean bank nya banyak." Mata Arok sesekali melirik Maeda yang hanya diam.
Berbeda dengan pria satunya, yang mengira bahwa diamnya Maeda karena peristiwa di taman fakultas.
Nizar dengan mengejutkan mengambil gambar, Nizar yang sekarang tengah mengotak-atik ponsel, sedang mengolah gambar tadi, di salah satu sosmed berlogo warna ungu-kemerah jambuan.
"Maeda, udah selesai nih. Captionnya keren nggak? Selamanya, semoga tetap terjaga dan percaya." Nizar melantunkan begitu mantap sambil memamerkan layar ponselnya ke empat orang itu.
Ini bukan ajang pamer. Bukan pula ajang lomba sifat ke kanak-kanak an yang membuat hati Maeda menjerit.
Perlahan dia sadar, ternyata bukan Nizar yang dia rindukan. Seorang Nizar masih tetap sama, dan detik ini Maeda sangat enggan menyaksikan tingkahnya.
Maeda hanya menyukai kenangan mereka. Terbukti, saat perasaannya kontras dengan potongan cerita tadi di taman fakultas."Nizar, mending itu foto kamu hapus. Sadar nggak, sikap kamu terlalu bocah." Sambutan Maeda membuat yang bersangkutan tersenyum getir.
"Kalau mau upload terserah kamu sih! Kenapa harus di pamerkan segala?" Maeda memutar badan dan pergi.
Dulu, di tengah perjalanan mereka berteman, seorang Maeda yang begitu mencintai Nizar, pernah tiga kali dongkol, lantaran sikap temannya yang kurang awam.
Orang yang belum kenal mungkin mengiranya cool. Tetapi saat dia mulai menyelami pergaulan dengannya, ada saja perbuatan Nizar yang tidak pantas untuk dilakukan di usianya.
"Hani, lihat saja, sikap Mbak Maeda. Aneh bukan? Padahal Mas Nizar hanya memposting foto dirinya di instagram." Pandangan Maira mengikuti langkah Maeda yang sudah berbelok.
"Nggak aneh, Ra. Maeda berusaha meredam perasaan abstrak, yang selama ini mekarnya keterlaluan. " Nizar menimpal dengan jawaban yang logis.
"Aku memang sudah ditolak. Tapi saat ini, aku berusaha melupakan, sekalipun belum mampu bila sepenuhnya." Lanjutnya cukup diplomatis.
Arok bisa menerima jawaban Nizar yang seperti itu. Dia bersyukur, keduanya sekarang mengusahakan agar tidak lagi terkepung dalam cinta yang rumit.
"Kok kamu nggak pernah bilang, kalau punya kenalan disini?" Arok menciptakan suasana yang sempat hening beberapa detik.
"Namanya manusia, apa bisa dia selalu ingat? Pertemuan kali ini saja tak terduga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebening Cinta Maeda [END]
Teen Fiction#Rank-1 In Islamic Story (23 April- 12 Mei 2020) #Rank-2 Islamic Story (30 Maret - 07 April 2021) "Menikahlah denganku, Maeda." Tenggorokan Maeda seperti disumpal satu ton batu, hingga ia kesulitan meneguk ludah. "Ku ulangi sekali lagi. Menikahlah d...