More Beautiful

455 46 20
                                    

   Maeda memainkan jarinya di ujung atasan. Dia hanya minder, saat matanya mengedar ke sekeliling bazaar. Yanis dan Fardah, sedang menunggunya di penjual bakso paling ujung. Sementara dia, melangkah perlahan di deret pertama.

   Tidak ada yang salah dengan tampilan Maeda malam ini. Dia sendiri yang merasa kurang percaya diri.

    "Yanis sama Fardah kemana sih? Ini aku sudah sampai, di barisan paling ujung." Maeda menggerutu kesal. Dia seperti orang yang mendadak terserang gangguan anti sosial. Takut melihat kerumunan.

     "Mbak Maeda ya?" Orang itu muncul saja tiba-tiba dan langsung menggamitnya. Entah akan dibawa kemana dia.

     "Kamu siapa?" Wajar bukan, Maeda bertanya.

     "Aku adik kelasnya Mas Yanis, Mbak. Dia dan Mbak Fardah nunggu kamu di dalam." Jelasnya sembari menuntun Maeda agar tetap mengikutinya.

     Bukan pintu depan, mereka justru melewati pintu belakang gedung serbaguna, dimana tak jauh dari situ, ada ruang make up.

     "Mae, selalu nggak pernah make up. Hari ini tunjukin kalau kamu memang cantik pakai make up." Yanis sudah disana dengan menenteng tas berisi pakaian.

    "Astaghfirullah. Buat apa juga aku make up. Aku hanya penonton, aku nggak sedang perform." Maeda memaki temannya, karena meminta dengan sembarangan.

    "Setidaknya, baju kamu modisin dikit. Nih, ini baju dari Fardah. Dia udah nunggu di kursi VIP." Yanis memberikan tas itu.

    "Jangan rewel dan banyak tanya. Kamu duduk di kursi VIP. Setidaknya, pakaian trendy bisa membuat kamu percaya diri." Yanis pergi begitu saja.

     Maeda mengedarkan mata ke sekeliling dan membuat penilaian lagi. Hanya dia, yang memakai pakaian casual dan tidak sepantasnya digunakan.

     Dia bukan gadis cupu dan ketinggalan jaman. Standart Maeda dalam memoles wajah juga tidak diragukan. Hampir menyerupai natasha rizky kalau semisal wajahnya penuh make up. Bahkan kecantikan Maira jauh tidak ada apa-apanya.

      "Mereka pikir aku tidak bisa seperti model-model itu." Maeda meletakkan kuas blush on, lalu membentuk diri di cermin.

       Tumben sekali, selera Yanis bagus sekali. Rupanya satu set pakaian tadi bukan darinya. Melainkan dari pria yang sedang check gitar dengan teman-temannya.

       Maeda segera meninggalkan ruangan itu. Takut saja, nanti ada yang melihatnya. Tetapi, saat pintu ruangan baru dilewatinya, sesuatu membuatnya kaget. Tangan siapa yang berani, meraih jemarinya.

     "Terimakasih udah mau datang. Jangan lupa, hari ini aku perform, Mae." Rupanya Nizar yang pemilik tangan tadi.

     Maeda seketika mengibaskan tangan Nizar. " Kamu ini anak jebolan pesantren, Zar. Nggak ada akhlak banget, sih." Kali ini, sensinya karena Nizar yang lebih dulu memulai.

    "Malam ini kamu cantik banget, Mae. Dandan buat siapa?" Tanya Nizar sembari berdiri menghadapnya.

    "Dandan buat siapa? Tentu saja buat aku sendiri, Nizar. Aku seorang wanita. Wajar bukan, kalau ingin tampil cantik." Daripada melibatkan amarah, Maeda tak peduli dengan laki-laki itu yang ada disana.

     "Mas Arok malam ini juga bakal perform loh. Bagiku, dia sangat tampan." Suara itu masih saja terdengar ke telinga Maeda.

      Tampan? Laki-laki saja memujinya. Bagaimana dengan para wanita.

     Maeda menyerahkan tiket dan segera memasuki gedung serbaguna. Suasana disini lebih gaduh ketimbang di ruangan tadi. Tanpa lama-lama mengedarkan pandang, yang dicarinya sudah melambaikan tangan.
 
    ***
    Bangku VIP terletak di tribun atas. Saat Maeda menapaki tangga, tidak sengaja matanya menangkap Maira dan Nizar yang saling menyemangati.

    "Kamu sudah punya kekasih Nizar. Jadi, berhenti dekat-dekat aku lagi. Bukannya aku tidak bersahabat. Tapi, beginilah antisipasi ku, agar aku tidak teramat jauh menjatuhkan perasaanku." Maeda bergumam sendiri, tanpa tahu kalau para wanita menyerbu dan  hampir saja menabraknya.

     "Kamu lihat apa, Mae?" Pemilik suara itu memegangi bahu Maeda, dan meminta dia menepi sebentar.

   Rupanya dia seorang pria. Dia segera mengarahkan kepala, dimana Nizar dan Maira berada.

     "Kamu iri dengan mereka?" Tanyanya menyempurnakan.

     "Buat apa iri dengan mereka?" Maeda tersenyum, sempat sebelumnya tak berkedip karena melihat penampilan pria di depannya yang luar biasa menawan.

     "Tuh, kamu sudah ditunggu Yanis sama Fardah." Arok menunjuk dua orang yang juga tersenyum di tribun tak jauh dari mereka.

     "Mas Arok katanya mau perform. Kok ada di tribun?" Maeda belum beranjak, malah menanyakan hal tidak penting.

    "Ini juga bagian dari perform. Emang perform harus di panggung aja, ya. Nggak surprise donk." Arok meraih gitar yang dibawakan oleh salah satu panitia.

    "Performku masih nanti. Habis ini opening, trus Maira dan Nizar yang bakal perform. Dan selanjutnya band ku, yang sekaligus jadi backing, saat para model menunjukkan kebolehannya." Ujar Arok kemudian ikut duduk di samping Maeda.
   
   ***
   Bagaimana bisa mereka sangat serasi di atas panggung? Waktu itu saja, Nizar sempat mengelak dengan perasaannya. Sekarang, lihat semua penonton bahkan tercengang dengan duo perform bersama kekasihnya.

    Maira yang selalu cetar dengan make up nya. Dan Nizar masih sama dengan yang terakhir kali ditemui Maeda tadi.

    Mereka membawakan dua lagu yakni, bidadari surga dan assalamualaikum milik haris j.

    "Mereka benar-benar, pasangan mencengangkan." Celetuk Maeda sambil bertepuk tangan.

    Acara yang dibuka untuk umum ini, membuat adik-adik SMA dan remaja lain berteriak histeris karena perform tadi. Saling menyahut menyebut Kak Maira dan Kak Nizar, tanpa embel-embel band mereka.

   "Mas, kalau semisal kamu masih berlanjut sama band kamu. Aku saranin, buat nggaet penyanyi perempuan sebagai teman duet." Yanis begitu saja beragumen sambil melirik Maeda.

   "Maksud kamu apa, lihat-lihat aku. Aku nggak minat tuh, buat jadi teman duet dia. Suaraku fals." Maeda yang merasa lirikan tadi yang dimaksud Yanis, mendadak senewen.

   "Mae, jangan terlalu ditanggapi. Hari ini dia emang nyebelin banget." Fardah mencoba menengahi.

   "Lagian siapa juga yang bakal nggaet kamu. Baru intro saja, penonton sudah kabur melihat kamu penyanyinya." Kelakar Arok membuat ketiga orang di sampingnya terpingkal-pingkal.

    Bukan berarti Maeda memasukkan hati, dia teramat fokus beradu pandang dengan Hani yang tiba-tiba berdiri tak jauh dari mereka. Tatapannya membuat Maeda ingin berlari dari tempat itu, dan menjelaskan kalau dia dan Arok tidak bermaksud menyakitinya.

    "Mas Arok, rundown habis ini apa? Kalau kamu belum perform, lebih baik temuin Hani Dulu. Kamu belum ketemu dia kan? Dia minta support kamu." Maeda menepuk bahu Arok, memberi kode agar dia segera beranjak.

     "Dia udah besar, Mae."

     "Tapi dia adik kamu, Mas. Dia minta kamu buat dukung. Mengetahui kamu jadi guest saja, aku rasa Hani sudah senang." Maeda membujuk Arok lagi.

    Dan pria itu dengan berat hati meninggalkan junior mereka dengan menjinjing gitar.

***
Assalamualaikum
Alhamdulillah, bisa update
Ada bocoran nih
Tinggal 2 chapter bakal ending

Jang Mi
Sabtu, 23 Mei 2020

     
  

Sebening Cinta Maeda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang