4. ENAM BELAS

2K 203 54
                                    

Di lantai satu, Lily tidak melihat satu di antara empat temannya. Namun ia mendengar pekikan Jeje yang kesakitan dari atas. Ia segera naik tangga yang mengantarkannya ke lantai dua warung ayam geprek tersebut.

"ADUH, ADUH! SAKIT BANGET! KAYAK MAU MENINGGAL!" pekik Jeje.

"Sembarangan lo kalau ngomong!" sergah Lily. Ia berlari tergopoh-gopoh menghampiri Jeje. "Tadi kok lo bisa ketabrak? Gimana kejadiannya?"

Jeje tidak menjawab. Ia terlihat masih menahan perih, sehingga malas untuk bercerita.

"Pada ke mana temen-temen yang lain?" tanya Lily, lalu duduk di sebelah Jeje.

Lily menyingkap sedikit rok Jeje, untuk melihat luka Jeje yang sepertinya ada di lutut. Di belakang lututnya, Jeje memegang sebuah benda panjang yang tak sengaja disentuh Lily juga. Lily merasakan benda itu, lalu menatap Jeje dengan alisnya yang diangkat.

"Ini buat lo, Ly," ujar Jeje tersenyum lebar.

"Coklat? Buat gue?" tanya Lily.

"SELAMAT ULANG TAHUN, LY!"

Paduan tiga suara teriakan cempreng Niara, Selena, dan Pia itu sangat mengejutkan Lily. Mereka berdua membawa kue tar black forest yang di atasnya ada lilin angka 1 dan angka 6. Lily terenyak sampai mulutnya ternganga. Jeje yang di sebelah Lily, langsung memeluk Lily. Saking sedihnya Lily karena kejadian akhir-akhir ini, membuatnya lupa kalau hari ini ia genap berusia enam belas tahun.

"Tiup lilinnya dulu dong, Ly," suruh Selena.

Lily menurut. Ia berdiri menghadap kue itu. Sebelum meniup lilin, terlebih dahulu ia memanjatkan doa dan harapannya di usia yang ke-16 ini.

Ya Allah... Semoga di usia baru aku ini, aku diberikan rezeki yang berkah. Rezeki berupa kesehatan, kesempatan, kebahagiaan, kesuksesan, keluarga, sahabat-sahabat yang baik, dan semoga setelah ini aku bisa lebih dihargai oleh orang-orang di sekitarku. Aku juga berharap, ada seseorang... seorang lelaki di sekolah, yang bisa menerima aku apa adanya. Aamiin.

Lily meniup dua lilin itu secara bersamaan. Keempat sahabatnya bersorai bahagia. Jeje berdiri hingga berjingkrak-jingkrak kecil.

"Je, lo udah sehat?" tanya Lily heran.

"Sehat dong, kan tadi gue cuma akting," jawab Jeje santai sambil tertawa tanpa dosa.

Lily mendengus kesal, sekaligus lega. "Astaga, Je! Gue tadi udah khawatir banget, tahu."

"Oh ya, Ly. Maafin kami berempat juga ya," ucap Niara. "Maaf selama tiga minggu ini kami nutup-nutupin siapa pengagum rahasia yang ngasih lo coklat itu."

Lily mengerutkan kening, sekaligus deg-degan. Akhirnya perkara coklat itu dibahas lagi. Niara juga sudah mengucap kata maaf.

"Sekarang, gue bakal ngasih tahu siapa pengagum rahasia itu," sambung Pia. "Jadi, dia itu... adalah..."

"Kami berempat. Yeeee!" lanjut Selena, kemudian ketiga yang lain ikutan bersorak.

"Hah?! Kalian berempat? Yang ngasih coklat itu ke gue?" Lily terkejut mendengar pengakuan Selena barusan.

"Iya, kami yang ngasih lo coklat lewat acara Secret Admirer pas hari valentine itu. Kami patungan beli coklat itu buat lo. Kami ngerencanain ini semua waktu lo nggak masuk, dua hari sebelum lo dapet coklat itu," jelas Pia.

"Ide ini awalnya dari Jeje. Awalnya kami iseng doang, pengen ngerjain lo sekali-kali, karena kebetulan lo nggak masuk hari itu. Dan jahatnya Jeje sempet kepikiran mengakui semua ini ke lo kalau kita udah lulus," terang Selena, lalu ia tertawa terbahak-bahak. "Jahat banget nggak sih? Eh, tiba-tiba Niara inget kalau hari ini lo ulang tahun. Ya udah, kami sepakat buat ngebocorin ini semua pas hari ulang tahun lo, sekalian ngasih kejutan buat lo."

"Kalian juga kerjasama sama seorang cowok buat ngerjain gue?" interogasi Lily.

"Nggak, Ly. Ya ampun. Cuma kita berempat kok," sergah Jeje tak mau Lily salah paham. "Gue kadang suka kasihan sama lo. Lo sering insecure, nggak percaya diri, dan merasa nggak dihargai. Padahal lo punya kami. Kami berempat yang sayang banget sama lo, nggak peduli lo kayak gimana," ucap dalang dari permainan semua ini, kemudian ia memeluk Lily hangat.

"Coklat itu sebagai tanda bahwa kami berempat memang mengagumi lo, Ly. Kami kagum sama lo, karena lo itu manusia kuat," sambung Pia.

"Oh ya, soal Sadam yang ngejek lo tempo hari, itu bukan campur tangan dari kami berempat kok! Yakin, gue juga heran kenapa tuh anak tiba-tiba nyindir lo, padahal jelas-jelas lo duduk di depan dia, dan lo pasti denger. Kebangetan emang," decak Jeje.

Mengungkit kejadian itu, kembali membuat darah Niara naik. "Bener-bener dah si cowok songong itu, emang nggak punya hati! Mampus tuh dia, kalah gue ajak adu bacot."

"Ya ampun, gue nggak nyangka loh, kalian sweet banget." Lily menyeka matanya yang basah karena tangisan haru. Ia telah salah sangka kepada keempat sahabatnya ini beberapa hari ke belakang. Ternyata mereka sangat-sangat menyayanginya. Namun, masih ada yang mengganjal di kepala Lily. Soal surat yang menyertai coklat itu. "Terus, surat itu tulisan siapa dong? Itu kan tulisan cowok."

"Adik gue yang nulis surat itu. Habis kami bingung mau minta tolong ke siapa lagi, yang penting bukan anak-anak cowok di kelas. Karena kita nggak mau anak-anak kelas ada yang tahu soal keisengan kami ini," jawab Selena. "Nanti mereka malah ikut-ikutan iseng, lagi."

Lily mengangguk, lalu menatap keempatnya satu per satu. Mereka menghambur memeluk Lily yang sudah tak sanggup berkata apa-apa. Mereka berempat sahabat Lily yang luar biasa.

"Ini, Ly, coklatnya," kata Jeje sambil memberikan coklat yang tadi di balik lututnya itu lagi. Coklat yang sama persis seperti tiga minggu yang lalu. Ada gulungan kertas berwarna merah muda. Pita yang mengikatnya juga berwarna merah muda. Tidak ada bedanya.

Mereka satu per satu melepaskan diri dari pelukan Lily, lalu merogoh saku rok mereka masing-masing. Diangkatnya benda yang mereka ambil dari saku itu ke udara. Niara memberikan white chocolate, Pia memberikan dark chocolate, dan Selena memberikan green tea chocolate kepada Lily.

"Ini semua dari kami buat lo. Buat ganti coklat yang dulu udah kami minta. Sekarang coklat-coklat ini buat lo seutuhnya," ucap Niara tulus.

Lagi-lagi Lily dibuat bergeming. Ia sangat terharu memiliki sahabat-sahabat yang baik seperti mereka berempat. Lily mengambil kertas surat yang disertakan di coklat yang diberikan Jeje. Surat itu segera dibukanya. Apa-apaan lagi ini?

HAPPY SWEET SIXTEENTH, LILY

WE LOVE YOU ❤️

Bukan lagi tulisan adik Selena yang mirip cakar ayam, tetapi tulisan tipografi yang sangat rapi. Tidak lain, ini pasti tulisan Pia, karena ia yang paling jago bikin tipografi. Ia memang memiliki bakat di bidang seni rupa, seperti seni kaligrafi dan lain-lain. Pia sudah sering memenangkan lomba melukis kaligrafi sejak ia SD sampai sekarang.

"Makasih banyak ya, kalian," kata Lily. "Gue juga cinta banget sama kalian semua."

Mereka berempat saling melempar senyum hangat, lalu memeluk Lily erat.

"Jangan insecure lagi ya, Ly. Sadam, Bayu, Oka, Andre, Dimas... buang aja ke laut," seru Pia. "Terus semangat menghadapi dunia yang semakin ironis ini, Ly!"

Rezeki itu tidak melulu tentang harta, menemukan empat manusia seperti mereka adalah salah satu anugerah yang berharga bagi Lily. Ketika orang-orang lain di kelas memandang Lily sebelah mata karena fisiknya, mereka berempat menganggap Lily sebagai sahabat sejati yang pantas untuk dikagumi.

"Kalau boleh tahu, tadi wish lo apa aja, Ly?" tanya Niara. "Salah satunya aja deh, biar kita-kita bisa bantu doain."

Lily tersenyum simpul, sambil menaikkan alis. Berharap keinginannya yang satu ini bisa terwujud nyata. "Gue pengen punya pacar satu sekolah."

Keempat sahabat Lily saling pandang, seolah menyamakan pikiran satu sama lain. Sesaat kemudian, tawa mereka meledak keras, membuat Lily terheran-heran dan berintrospeksi, apakah keinginannya yang satu itu terlalu muluk-muluk?

"Kebanyakan, Ly, kalau satu sekolah lo embat jadi pacar. Satu orang aja cukup kok," celetuk Jeje, yang membuat keempat lainnya tertawa ngakak membayangkan seorang Lily memacari seluruh penghuni sekolah.

~ TO BE CONTINUED ~

Sahabat untuk Lily [OPEN PRE-ORDER]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang