"Nuc! Buka, Nuc!"
Tidak ada jawaban.
"Buka heh, Nuc!"
Tetap tidak ada jawaban.
Axel mencoba membuka pintu kamar Nuca, tetapi ternyata pintunya dikunci.
"HEEEEHHH NUC BUKA!!! NGAPAIN CUK PAKE DIKUNCI SEGALA???" Axel mulai berteriak keras sambil mengetuk keras pintu kamar Nuca.
Di dalam kamar mandi, Nuca baru saja mematikan shower-nya. Sayup-sayup ia mendengar teriakan Axel dari luar kamarnya, meskipun ia tidak tahu persis apa yang Axel ucapkan, yang pasti nge-gas.
Nuca mengeringkan badannya dengan handuk. Ia juga mengeringkan rambutnya sekilas yang baru saja ia keramasi. Kemudian ia memakai celana pendek selutut berwarna hitam.
"NUNUUUUCCCC!!!"
"SEK TO, MAS!" balas Nuca ikut berteriak, ketika ia melangkahkan kaki keluar dari kamar mandi dengan telanjang dada. Tangannya masih menenteng handuk, lalu ia kembali mengeringkan rambutnya dengan handuk tersebut.
"KAMU LAGI NGAPAIN AJA SIH?"
"Lagi mandi besar, Mas," jawab Nuca cepat, keceplosan, ketika ia membuka kunci pintu kamarnya dan langsung berhadapan dengan Axel.
"HAH? APA KAMU BILANG? MANDI BESAR?" ulang Axel dengan suara yang menggelegar.
"HEH!" Nuca membekap mulut Axel segera. "Emang tadi aku bilang mandi besar, ya?" Nuca mengecilkan volume suaranya.
Tangan Nuca di mulut Axel ditepis keras oleh Axel. "Iya, heh. Kamu bilang gitu tadi," Axel pun ikut mengecilkan volume suaranya. Ia melangkah santai ke dalam kamar Nuca dan menjatuhkan dirinya di kasur empuk Nuca. "Emang beneran kamu mandi besar tadi?"
Nuca menundukkan kepalanya, malu. Wajahnya merah padam. "Ya... iya sih, Mas."
Mulut Axel ternganga lebar. Ia langsung mengusap dadanya sambil berucap, "Astaghfirullahaladziim, Ya Allah, Nuc! Kamu habis ngapain aja sama Lily tadi di kamarnya Mbak Tsana? Ngawur kamu! Habis dirasuki setan apa sih?" Axel menaruh tangannya di dahi Nuca.
"Dengerin aku dulu, Mas-" Nuca mencoba menenangkan dan menjelaskan, tetapi keburu dipotong oleh Axel.
"Dengerin apa lagi, hah? Dengerin berita kalau kamu udah nggak perjaka?"
"HEH!" Nuca memukul keras paha Axel. "Masih lah, Mas. Enak aja kamu nuduh-nuduh!"
"Ckckck," Axel berdecak. "Gimana aku nggak mikir aneh-aneh? Orang kamu habis mandi besar lho. Astaga, nggak nyangka lho aku, Nuc."
Axel menatap Nuca lama, menelisik wajah Nuca dengan tatapan seperti ia sudah tidak mengenal Nuca yang biasa ia kenal. "Padahal kamu tadi bilang ke Mama kalau kamu pulangnya agak lama karena kamu ke perpus dulu sama Lily, eh ternyata... astaghfirullah. Pakai pengaman nggak tadi kamu?"
Kening Nuca mengerut. Ia bingung, tidak paham maksudnya. "Pengaman apa sih?"
"Halah, nggak usah pura-pura bego ya kamu!" Axel menoyor kepala Nuca dengan geram. "Masa udah gitu-gitu tapi nggak tau bahasa semacem itu?"
"Apa sih? Aku nggak paham pengaman-pengaman tadi. Tapi serius deh, aku nggak sampai ke tahap 'gituan' sama Lily," jelas Nuca.
"Nggak sampai enak-enak? Terus sampai mana, hm?" cecar Axel dengan tatapannya yang mengintimidasi.
"Yaa sampai... Mmmm..." Nuca menggaruk kepalanya yang tidak gatal, tangannya ikut basah karena rambutnya juga masih basah. "Sampai ini sih, Mas," jawab Nuca sambil menunjuk bibir merah mudanya, dengan suara yang sangat lirih, hampir tidak terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat untuk Lily [OPEN PRE-ORDER]✓
FanfictionJudul Sebelumnya: INSECURITY "Sahabatan, jangan?" "Jangan." Lily menautkan kelingkingnya ke kelingking Nuca sambil tersenyum tipis. "Jangan pernah berubah ya." Mimpi Lily yaitu ingin punya pacar satu sekolah, tetapi itu mustahil. Mengingat dirinya h...