Mata Oliv terbuka. Ia terduduk kaget mendapati cahaya remang-remang di kamar di mana ia barusan tidur. Selimut putih menutupi tubuhnya. Ia menyingkap selimut itu dan mendapati tubuhnya telanjang bulat tanpa ada sehelai benang pun yang menutupi.
"Astaga! Apa yang udah terjadi?" Oliv merapatkan selimutnya menutupi tubuh.
Ia melihat ke kanan. Ada Gilang yang sedang tertidur pulas dengan selimut putih yang juga menutupi sebagian tubuhnya.
Oliv mengacak rambutnya frustasi. Bibirnya bergetar. Tangisnya tak dapat ia tahan lagi. Air matanya mengalir, kemudian ia berteriak.
"AAAAARRGHHH!!! DASAR TUA-TUA KELADI! BANGSAT LO GILANG!!!"
Gilang menggeliat. Tidurnya terganggu karena teriakan Oliv yang memekakkan telinganya. Ia membalikkan posisinya menghadap Oliv. "Apa kamu bilang, hah?"
"BANGSAT!" pekik Oliv.
"Terserah kamu mau bilang apa, Oliv. Yang penting saya sudah puas karena sudah berhasil mengambil keperawanan kamu," ucap Gilang bangga.
***
"Jadi gitu ceritanya, Ly. Gue diperkosa Pak Gilang karena gue awalnya mau minjem duit doang." Oliv menghapus air matanya. Ia tak kuat menahan tangis ketika mengingat kembali kejadian pahit itu.
Lily speechless, tak bisa berkata apa-apa lagi. Kakaknya pernah mengalami masalah seberat ini dan tidak pernah bercerita sedikitpun kepadanya. Mungkin karena Oliv tidak ingin membebani pikiran Lily yang saat itu masih berumur 14 tahun.
Oliv melanjutkan ceritanya. "Besok paginya, kesebar semua foto-foto gue sama Pak Gilang di kampus. Semua dosen dan mahasiswa tahu. Parahnya gue difitnah sama Pak Gilang. Dia bilang gue ngelonte ke dia. Bangsat emang!"
"Gue udah koar-koar kejadian sebenarnya kayak gimana, tapi nggak ada satupun yang percaya, selain Marsha dan Hendra. Hendra, pacar gue waktu itu, kakaknya Andre. Dia cinta banget sama gue, seperti gue mencintai dia. Dia tetep percaya sama gue, karena dia yakin gue bukan perempuan serendah itu. Rencananya, Hendra mau nikahin gue setelah kami berdua lulus kuliah. Tapi ternyata keluarga Hendra udah nggak setuju lagi sama hubungan kami. Keluarga Hendra udah menganggap gue perempuan murahan. Hendra nggak terima, dia tetep nekat mau nikahin gue, padahal satu keluarga dia menentang. Akhirnya karena tertekan, dia kabur dari rumah. Terus dia loncat dari jembatan. Dia bunuh diri."
"Astaga!" pekik Lily tak menyangka.
"Papanya Hendra juga nggak lama setelah itu meninggal, karena beliau punya penyakit jantung. Beliau shock denger berita kematian anaknya yang mengenaskan. Sejak saat itu, mamanya Hendra benci banget sama gue. Andre juga. Meskipun dia masih SMP, kayaknya dia udah ngerti. Mereka berdua punya dendam kesumat sama gue, sampai mereka minta uang tebusan lima ratus juta ke gue. Waktu itu Bapak sama Mama langsung ke Jakarta, bawa uang lima ratus juta, hasil ngutang dari keluarga besar kita. Setelah uang tebusan itu diserahin ke mamanya Hendra, syukurlah hidup gue udah tenang. Habis lulus kuliah, gue langsung dapet kerja. Udah nggak pernah berurusan lagi sama keluarganya Hendra."
"Terus, nasib Pak Gilang itu gimana?" tanya Lily.
"Oh iya, Pak Gilang sekarang udah dipenjara. Bapak dan Mama udah laporin dia ke polisi. Kasusnya udah diusut tuntas, dan dia terbukti bersalah karena udah perkosa gue. Tapi sayangnya kasus ini udah terbukti setelah gue hilang kontak sama keluarga Hendra. Jadi wajar aja kalau Andre dan mamanya masih nganggep gue sebagai lonte."
"Kak Atha udah tahu masa lalu gue ini. Sebelum lamaran, gue udah jujur semuanya sama dia. Gue udah ikhlas kalaupun akhirnya dia nggak mau terima gue lagi. Ternyata gue salah. Dia menerima gue apa adanya meskipun gue udah nggak perawan lagi karena si Gilang," pungkas Oliv.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat untuk Lily [OPEN PRE-ORDER]✓
FanfictionJudul Sebelumnya: INSECURITY "Sahabatan, jangan?" "Jangan." Lily menautkan kelingkingnya ke kelingking Nuca sambil tersenyum tipis. "Jangan pernah berubah ya." Mimpi Lily yaitu ingin punya pacar satu sekolah, tetapi itu mustahil. Mengingat dirinya h...