"CUT!" teriak Oka menyudahi scene yang baru saja dimainkan Bayu dan Selena. Semuanya menghela napas lega. Akhirnya scene pertama ini selesai juga setelah berkali-kali take, sampai menghabiskan waktu satu setengah jam.
Scene ini adalah adegan Bayu yang sedang menyaksikan sakaratul maut ibunya yang meninggal karena penyakit jantung. Ibu Bayu diperankan oleh Selena. Mereka selalu tertawa ngakak ketika Selena mulai akting dadanya sesak lalu kehabisan napas. Akting itu lucu sekali bagi mereka, ibarat film komedi.
Setelah membereskan semua peralatan dan merapikan rumah seperti semula, Oka menemui sang nenek untuk memberi sejumlah imbalan untuk biaya sewa. Tak lupa mereka berdelapan mengucapkan banyak terima kasih. Mereka pamit, lalu beranjak pergi menuju lokasi shooting kedua, yaitu air terjun yang jaraknya kurang lebih lima kilometer dari rumah nenek itu.
Pukul tiga sore mereka telah sampai di tempat parkir pengunjung air terjun. Niara tergopoh-gopoh menurunkan segala perkakas milik Oka yang ia bawakan selama duduk di motor. Ketika semua sudah diturunkan, Oka meminta Bayu dan Nuca untuk membawakan peralatan yang sekiranya berat. Ia tidak ingin Niara membawa apa-apa selain tas selempang kecilnya. Kenyamanan Niara selalu jadi prioritas nomor satu bagi Oka, pilih kasih memang.
Untuk menuju ke air terjun tempat mereka shooting, mereka berjalan naik melintasi jalan yang terjal dan berbatu. Bau tanah yang khas menyeruak ke indera penciuman mereka. Tak jarang permukaan jalan itu licin, karena semalam hujan.
"Eh, eh, eh, ayam, ayam!" Niara hampir terpeleset. Namun, Oka yang berjalan di sebelahnya segera menahan tubuhnya dengan sigap. Hal itu mengundang ledekan cie cie dari keenam teman mereka yang lain.
"Duh, modusnya!" ledek Keyla. "Coba aja kalau gue yang mau jatuh, kayaknya nggak bakal lo gituin gue ya, Ka?"
"Ya iya lah, Oka kan pilih kasih! Semua hanya dia lakukan demi Niara seorang," sindir Jeje. "Apalah gue yang cuma remahan rempeyek ini."
Kalau Jeje remahan rempeyek, gue apaan coba? Sampah tisu toilet? batin Lily berdecak. Selama shooting berlangsung, ia selalu dijadikan pembantu oleh Oka dan Baper. Ia juga tidak diizinkan membantu teknis yang berurusan dengan kamera, tripod, dan lain-lain. Mereka menganggap Lily terlalu kampungan untuk urusan seperti itu.
"Nuc, capek banget," keluh Selena sambil meremas tangan Nuca yang berjalan sedikit di depannya. Ia mengurut lututnya. Kakinya pegal-pegal karena melangkah di jalan seperti ini beralaskan wedges. Sungguh pilihan alas kaki yang salah untuk dikenakan.
"Pelan-pelan aja, Len. Nanti nggak kerasa bakalan sampai kok," balas Nuca menenangkan. Ia membiarkan Selena terus memegang tangannya, meskipun ia kurang suka. Namun ia tidak enak untuk menepisnya. Toh Selena juga sedang kelelahan.
Jeje melirik mereka berdua. Ia mencium bau-bau modus Selena. "Kalau yang ono, cowoknya yang modus. Eh, kalau yang ini ceweknya yang modus. Dasar, shooting hari pertama aja udah jadi ajang modus!" sindir Jeje.
"Sikat terus, Len. Sikat! Jangan kasih kendor," timpal Bayu.
"Bilang aja lo cemburu, Per," ejek Keyla.
"Kalau Selena nggak kesampaian, kan masih ada lo, Key," ucap Bayu genit sambil menaikkan alis. Tingkahnya membuat Keyla bergidik geli.
Napas mereka terengah-engah karena sudah sekian ratus meter melewati jalan yang menanjak. Kelelahan mereka seakan terbayar ketika sepasang mata mereka menyaksikan pemandangan air terjun yang begitu indah. Udara di sana sangat sejuk. Pepohonan rindang turut menghiasi. Suara air terjun yang berisik beradu dengan suara cuitan burung. Keadaan yang jarang mereka temui selama ini di kota Jakarta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat untuk Lily [OPEN PRE-ORDER]✓
FanfictionJudul Sebelumnya: INSECURITY "Sahabatan, jangan?" "Jangan." Lily menautkan kelingkingnya ke kelingking Nuca sambil tersenyum tipis. "Jangan pernah berubah ya." Mimpi Lily yaitu ingin punya pacar satu sekolah, tetapi itu mustahil. Mengingat dirinya h...